Mei, 3

388 39 0
                                    

*kalau kalian punya waktu dan banyak kuota, dengerin mulmednya yahh...

———————

Pada menit ke-lima saya menemukanmu, mati, di hati saya. - April.

Maaf.

Satu kata, tak lebih dan tak memiliki arti lagi sedang diucap berulang kali oleh lelaki yang berada di hadapan April. April mengetuk-ngetuk meja kayu kafe ini menghitung sampai ia lupa kapan terakhir kalinya menyesap kopi di hadapannya karena sejak sejam berlalu kopi itu masih terlihat utuh berbeda dengan milik lawannya yang sudah diteguk setengahnya.

"Hanya itu?" April mendengak, menatap lelaki itu penuh kebencian.

"Maaf,"

Puluhan maaf yang tak memberikan efek apapun bagi April, maaf yang diucapkan lelaki itu hanya membuat perasaannya semakin sakit saja.

"Harusnya kamu tahu——" April dapat melihat binar di mata lelaki itu mulai ada tak seperti sebelumnya.

"Kalau usahamu tidak memberikan hasil apapun. Maafmu terlambat." kata April dengan penuh yakin meskipun hatinya sakit sekali saat mengucapkan itu.

"April~" desahnya pasrah yang membuat hati April sedikit senang. Nampaknya lelaki di hadapannya sekarang sudah menyesali perbuatannya dahulu.

"Saya minta maaf, saya hanya ingin memperbaiki hubungan kita karena sebentar lagi saya akan menikah. Saya tak akan bisa menikah jika saya sendiri pun belum bisa berdamai dengan masa lalu saya, April, kamu pasti tahu kalau meninggalkan kamu adalah bagian yang tersulit dan perjalanan yang sangat sakit untuk saya lewati. Maafkan saya."

DEG!

Bagai petir di siang bolong, ucapan lelaki itu benar-benar mengagetkan April, membuat mulutnya ternganga. Dan tentu saja jangan lupakan perasaannya sekarang yang semakin terinjak-injak, jadi ini maksud lelaki itu menemuinya setelah dia berhasil menyakiti April? Ya, lelaki itu datang untuk menyakiti April kedua kali.

"Alva~" April mengaikat jari-jari tangannya, pandangannya tak lagi lurus. April sangat menghindari tatapan lelaki itu yang terlihat seperti meremehkannya.

"Saya sudah bilang, maafmu terlambat." tambah April yang semakin membuat tatapan Alva tak bisa hilang.

April menarik napasnya, mengeluarkan sesak di dalam dadanya yang mencekat.

"Saya bilang seperti itu bukan berarti saya tidak memaafkan kamu. Saya telah memaafkanmu." senyum indah dari bibir April hanya buaian agar tangisnya tak pecah saat ini karena rasanya seperti ada yang meremas-remas dadanya tanpa ampun, masa lalu namanya.

"Terima kasih, April. Saya tahu kamu wanita yang baik."

Ya, saya memang wanita baik
Kamu saja yang terlalu jahat
Meninggalkan saya.

April To SeptemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang