{♡} 7A

50 7 5
                                    

JIMIN&V POV

Jimin berjalan menujuh balkon atas dengan wajah yang sedang memikirkan sesuatu. Kakinya menaiki anak tangga dengan perlahan, sehingga memperlambat langkahnya.

"Jimin!" Teriak seseorang dari belakang.

Jimin menoleh ke sumber suara. Ternyata V yang memanggil dirinya.

V mengatur nafasnya."Lo mau kemana?" Tanya V.

Jimin mendengus pelan."Lo kan udah tau ini mau kearah mana?" Tanya Jimin balik.

V melihat arah anak tangga tersebut, lalu kembali melihat Jimin."Yap, kearah balkon!" Sahut V.

"Lalu kenapa lo tanya?"

V terkekeh pelan."Mianhae," ujar V yang tersenyum lebar kearah jimin.

Mereka berdua melanjutkan menaiki anak tangga tersebut. Sampailah mereka di balkon.

V menarik nafas dan menghembuskan pelan."Segar udaranya." Ucap V disela keheningan.

"Uhm.." Jimin tersenyum kecil.

"Kenapa wajah lo seperti itu." Tanya V yang sedari tadi memperhatikan Jimin.

Jimin tersenyum kecil lagi."Gue sedang memikirkan sesuatu." Ucap Jimin.

"Iya, gue tahu. Dan itu apa?" Tanya V lagi.

"Private."

Walaupun rasa penasaran masih terlintas dalam otaknya. V ingin menanyakan lebih dalam kenapa akhir-akhir ini sifat Jimin berubah. Tapi mungkin waktunya belum tepat.

"Jim, lo pernah nggak punya seseorang yang lo sayang?" Tanya V yang mencoba memulai percakapan.

"Uhm..ada." Jawab Jimin.

"Apakah kalian pernah jadian?" Tanya V yang membuat Jimin terdiam.

"Kalau lo nggak mau katakan, nggak apa-apa." Ucap V. Mungkin V salah menanyakan pertanyaan kepada Jimin.

Jimin tersenyum."Awalnya gue berharap seperti itu. Namun saat dia pergi menghilang, rasa kecewa membuat diriku lemah." Ucap Jimin yang masih menatap ke depan.

"Apa lo pernah mencari dia?" Tanya V sekali lagi.

"Udah. Tapi gue nggak menemukan bahkan tempat tinggalnya sekarang." Jawab Jimin dengan wajah yang tertunduk.

"Apakah semua yang terjadi padamu sekarang, berkaitan dengan dirinya."

"Diriku yang sekarang adalah kehidupanku. Gue jadi seperti ini karena dia, dan jika dia tidak kembali kehidupanku tak akan berjalan mulus." Ucap Jimin mencoba tersenyum.

V yang mendengar itu langsung terhanyut dalam perasaannya. Betapa pentingnya perempuan itu dalam hidupnya.

"Tetapi kenapa dia meninggalkanmu?"

"Gue juga nggak tahu. Semua itu hanya dia yang bisa menjelaskan kepadaku saat ia kembali."

"Apa dia akan kembali?"

"Gue berharap dia bisa kembali, menjelaskan semua dan disitulah gue akan mencoba mengerti."

V yang tak ingin bertanya lebih, langsung mencoba untuk diam.

"Apakah lo pernah punya orang yang lo sayang?" Kali ini Jimin yang bertanya setelah beberapa menit, dia akhirnya mengeluarkan suaranya.

"Ada. Semua yang pernah gue lalui bersamanya itu sangat berharga." Ucap V.

"Kalian pernah jadian?" Tanya Jimin lagi.

"Dia belum menjawab pertanyaanku. Sampai sekarang gue terus mencarinya, tapi gue belum ketemu."

"Kenapa kisah kita hampir mirip." Ucap Jimin yang mulai tersenyum.

"Gue juga nggak tahu."

"Apa lo pernah kasih sesuatu padanya?" Tanya Jimin.

"Pernah, gue kasih dia sebuah buku."

"Apa! hanya sebuah buku." Jimin semakin tak percaya dengan V. Jika dibandingkan dengan cowok yang memberikan sesuatu pasti yang romantis. Namun dia memberikan sebuah buku.

"Tapi, didalam buku itu ada banyak kenangan antara kami berdua." Ucap V mencoba untuk menjelaskan.

Jimin tersenyum."Lo cukup romantis." Ucap Jimin.

"Uhm..padahal jika dia tidak tinggalkan gue, pasti gue akan mewujudkan semua yang ada dibuku itu." Ucap V.

"Kapan terakhir lo bertemu dengannya?!" Tanya Jimin.

"2 tahun yang lalu, saat dia akan kembali ke Indonesia dan buku itu gue berikan padanya." Jawab V.

"Dia orang Indonesia?"

"Iya, dia datang bersama tantenya ke korea."

Jimin terdiam sejenak, ia mengingat perempuan yang ia tunggu-tunggu selama ini juga pernah bilang ia tinggal di Indonesia.

"Apa lo pernah cari dia di Indonesia?" Tanya Jimin serius.

"Belum, karena jadwal kita padat, untuk sementara gue belum mencari dia."

"Gue baru ingat, perempuan itu pernah meninggalkan alamat rumahnya di Indonesia. Gue akan mencari kertas itu." Batin jimin.

"Oh gitu."

"Pasti lo ada kontaknya dia?"

"Dulunya ada, tapi saat ponsel gue hilang semua tentangnya ikut hilang."

"Uhm.." Jimin menganggukan kepalanya.

"Apa lo akan tetap menunggu dia?" Tanya Jimin lagi.

"Ya. Sampai ia sendiri akan datang dan menjawab pertanyaan gue." Ucap V dengan yakin.

"Benarkah? Apakah lo bisa tahan dengan sebuah penantian?"

"Penantian memang bukan hal yang gampang. Namun jika gue berhenti sampai disini, semuanya hanya akan menjadi sebuah mimpi yang tak terwujud." Jelas V sekali lagi.

"Lo begitu menginginkan dia kembali padamu lagi. Gue juga ingin dia bisa kembali dan berkata yang sebenarnya kepadaku." Ucap Jimin.

"Tenanglah waktu akan mempertemukan kita dengan dia lagi." Ucap V yang menepuk pelan pundak Jimin.

"Aku berharap begitu."

Kedua cowok itu langsung melihat ke depan dan tersenyum bersama.

☆☆☆

Hi! Aku update lagi ini perantara untuk bab selanjutnya dibaca dan jgn lupa klik ☆ ok!

Hargai author☺

#TBC

                     

LIKE A STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang