7 [Andra-Vano]

3.5K 215 93
                                    

Sesampainya di depan rumah, Andra segera turun dari motor besar milik Vano kemudian menatap Vano.

"Kak makasih ya udah mau nganterin saya walaupun terpaksa sih hehe, tapi makasih banyak ya kak." ucap Andra tersenyum tulus.

"Oh iya kak, kakak mau mampir gak?" tanya Andra.

"Gak usah." ucap Vano dingin dan mulai menghidupkan mesin motornya dan melajukan motornya menjauhi rumah Andra.
Andra hanya menatap motor Vano yang hilang di pertigaan kompleksnya dengan tatapan sulit diartikan.

⭐⭐⭐

Motor besar itu berhenti di depan rumah yang menjulang tinggi bercat putih. Di depan rumah terdapat taman bunga dan air mancur, sedangkan di samping rumah terdapat halaman yang cukup luas untuk bermain ada juga ayunan untuk bersantai.

'Ceklek'
Pintu rumah dibuka dari dalam.

"Sayang kok baru pulang?" ucap wanita paruh baya dengan sedikit cemas.

"Hehe tadi Vano nongkrong di cafe deket sekolah sama temen-temen ma." jawab Vano sambil mencium tangan Diana.

"Kamu bikin mama cemas tau gak!" ucap Diana memelototkan matanya ke arah Vano.

"Jangan melotot gitu dong ma, mama nakutin tau." ucap Vano dengan manja.

"Ya udah masuk sana! Mama udah nyiapin makanan buat kamu." ucap mamanya lembut.

"Tapi sebelumnya kamu mandi dulu, kamu bau!!" lanjutnya.

"Siap mamaku sayang."

Di luar rumah maupun di sekolahan Vano memang pribadi yang dingin dan cuek, tapi siapa sangka di depan keluarganya Vano menjadi anak yang manja terutama kepada mamanya.

⭐⭐⭐

Setelah makan malam Vano berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai dua.
Ia melangkah menuju balkon kamar sembari melihat kemerlip bintang yang bertebaran di langit.
Saat sedang asyik-asyiknya melamun dari arah luar ada yang mengetuk pintu kamarnya dengan keras.

'TOK TOK TOK TOK TOKK'

"BAANNGGG BUKA PINTUNYA DONG!! VINO MAU MASUK BANGG," teriak Vino dengan keras.

"ABANG BUKAIN DONG!" lanjutnya.
Dengan kesal Vano berjalan mendekati pintu lalu membukanya.

"Ngapain lo gedor-gedor pintu kamar gue?" tanyanya dengan tajam.

Sedangkan Vino yang ditatap dengan tajam hanya menujukkan deretan giginya cengengesan.

"Bang temenin Vino main robot-robotan yuk! Tadi Vino habis dibeliin robot baru sama papa." ucapnya girang sambil menarik-narik tangan Vano.

"Gak gue gak mau!!" sentaknya dengan kesal.

"Iihhh abang kok gitu sekarang, Vino bilangin mama nihh." ucapnya mengancam.

Vano menarik napas, kemudian...

"TERSERAH LO!" bentaknya.

Dengan gerakan cepat Vano menutup pintunya sedikit keras.

'BRAKKK'

"MAMAAAA BANG VANO NAKALLLLL!" teriak Vino menahan tangis.

Sedangkan Diana yang mendengar anak bungsunya teriak dari lantai atas ia segera menghampirinya.

"Kenapa sih sayang kok teriak-teriak?" tanya Diana lembut.

"Bang Vano gak mau main sama Vino ma." ucapnya sebal.

"Mungkin abang kamu lagi capek sayang tadi kan baru pulang sekolah." Diana menatap anaknya yang sedang mengerucutkan bibirnya.

"Ya udah ayo main, mama temenin." lanjutnya mengelus puncak kepala Vino dengan lembut.

"Beneran ma?" tanyanya berbinar-binar.

"Iya sayang." ucap Diana gemas.

"Ya udah ayo ma!" ucapnya dengan semangat 45.
Diana yang melihat kelakuan anak bungsunya hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum.

⭐⭐⭐

Di minggu pagi yang cerah ini Andra bersiap-siap menuju taman untuk menjalankan rutinitasnya setiap hari minggu yaitu jogging.
Ia mengenakan kaos putih, celana training biru tua, sepatu kets putih polos, dan tidak lupa mengenakan headset.
Ia memutari kompleks dengan santai dan sesekali tersenyum kepada orang yang menyapanya.

Tak terasa arloji di tangannya sudah menujukkan pukul 07.30, kemudian Andra menuju taman kompleks untuk beristirahat sejenak.
Andra duduk di kursi taman sambil sesekali menebar senyum kepada anak kecil yang menoleh ke arahnya.

"Apa gue se-imut itu ya sampai anak kecil pada liatin gue semua?"

"Gue tau gue emang cantik dan imut."

"Mungkin anak-anak itu baru pertama kali lihat cewek cantik kayak gue."

Pikirnya dengan tingkat rasa percaya diri yang tinggi.
Saat Andra menolehkan wajahnya ke arah kanan, ia tidak sengaja melihat kakak kelasnya sekaligus orang yang sudah membantunya kemarin.
Kakak kelasnya itu mengenakan kaos biru lengan panjang, celana jeans hitam, dan mengenakan headset seperti dirinya sambil membaca sebuah komik.

"Kak Vano? Itu kan Kak Vano!"

"Ngapain dia disini?"

"Apa gue setenar itu sampai-sampai Kak Vano ngikutin gue sampai sini?"

Pikir Andra tersenyum geli akan pikiran gilanya.

"Samperin ah! Bodo amat gue mau di bilang sok kenal, sok deket, ganjen, centil, yang penting gue bisa ngucapin makasih lagi ke dia karena dia udah nganterin gue pulang kemarin, walaupun maksa sih hehe," ucapnya pelan.

"Semoga ucapan makasih gue kali ini diterima." sambungnya.

Setelah berada disamping Vano, Andra segera duduk di sebelah kirinya.

'Ekhemmm'

Vano refleks menoleh ke sumber suara dan mendapati Andra yang sedang cengengesan ke arahnya, sedangkan Vano memasang ekspresi terkejut.

⭐⭐⭐

TBC
Maaf typo bertebaran.
Makasih ya sebelumnya yang udah mau baca cerita abal-abal ini.
Kritik dan masukkan dari kalian semua penting banget buat aku.
Jangan lupa vomentnya😂
Hehehe😊

My Cold BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang