10 [JODOH?]

3K 199 10
                                    

Budayakan vote sebelum baca!
Jadilah pembaca yang smart~
Jangan langsung di scroll ke bawah~

***

"Apa daya jika perasaan suka mulai berperan?"

__________



'BUGHH BUGHH BUGHH'

"Kak Vano..." ucap Andra lirih setelah melihat dengan jelas cowok yang datang menolongnya.
Vano memukul ketiga preman itu dengan balok kayu cukup keras, sehingga ketiga preman itu tengkurap.
Sedangkan preman yang berbadan kekar berjalan mendekati Vano dan melayangkan satu bogem mentah ke arah wajah Vano, tetapi Vano menahannya dan balas meninju perut preman itu sampai terjatuh.

"Eh, bocah jangan ikut campur lo sama urusan kita-kita!" ucap preman yang bertato sambil memegangi pundaknya akibat pukulan keras Vano.
Vano yang mendengar hanya tersenyum sinis ke arah ke-empat preman itu, senyum Vano seolah 'menantang' dan membuat salah satu dari preman itu tersulut emosi.

"Lo milih pergi dari sini atau gue bonyokin muka songong lo itu?" timpal preman berkepala botak yang mulai tersulut emosi.

"Alahh kelamaan lo, ayo kepung bocah tengil ini!" Komandan bos mereka.

Preman-preman itu mulai mengerubungi Vano dan berjalan mendekatinya, belum sempat menghindar ketiga preman itu sudah mencengkram kedua tangan Vano.
Vano mulai berontak sekuat tenaga, tapi apa daya kekuatan Vano yang tidak sebanding dengan preman-preman itu.
Sedangkan preman yang berkepala botak mulai melayangkan bogem mentah ke wajah Vano berkali-kali kemudian meninju perut Vano dengan keras.
Andra yang tidak tahan melihat kakak kelas sekaligus orang yang sudah membantunya di pukuli segera mengambil balok kayu yang tergeletak di bawah dan memukulkan balok kayu itu ke arah kepala preman yang memukuli Vano.

'BUGHH'

Preman itu terjatuh dan memegangi pelipisnya yang berdarah sesekali meringis menahan sakit. Ketiga preman yang memegangi tubuh Vano saat melihat temannya dipukul sempat terkejut dan melepaskan Vano kemudian menghampiri teman mereka yang kesakitan.
Vano tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, dengan menahan sakit disekujur tubuhnya Vano menarik tangan Andra dan berjalan tertatih menuju mobilnya yang berada tidak jauh dari dirinya.

"Ayo cepet jalannya!" ucap Vano tegas menarik Andra yang berlinang air mata.

Setelah sampai di depan mobilnya, Vano melepaskan genggaman tangannya pada tangan Andra, dan berjalan menuju pintu kemudi.
Belum sempat Vano membuka pintu mobilnya, ia melihat Andra yang terisak dan sesekali menoleh ke belakang ke arah preman itu.

"Cepetan masuk!" ucap Vano sedikit membentak karena Andra tak kunjung memasuki mobilnya.
Andra yang mendengar bentakan Vano segera membuka pintu mobil dan masuk ke dalamnya diikuti Vano, kemudian Vano mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi saat melihat preman-preman itu berlari ke arah mobilnya.
Saat sedang konsentrasi menyetir terdengar isak tangis dari sebelahnya yang tak kunjung berhenti.

"Lo bisa berhenti nangis gak sih? Berisik tau gak?!" sentak Vano cukup keras.

"Bi...bisa kak." jawab Andra sesenggukan dan membekap mulutnya sendiri agar suara tangisnya tidak sampai ke telinga Vano.
Vano yang melihat kejadian itu sedikit menyunggingkan bibirnya.

"Lucu juga." pikirnya sambil melirik Andra.

1 detik

2 detik

3 detik

Vano tersadar akan pikiran gilanya terhadap gadis disampingnya, dan Vano tanpa sadar menggelengkan kepalanya.
Andra yang melihat kejadian itu mengguncangkan bahu Vano pelan.

My Cold BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang