About Us

2.9K 200 6
                                    

Typo-typo bertebaran jadi maklumkan saja. Tapi, jika ingin ada yang komen juga tak masalah. Saya akan menerima apapun itu… tulisan dengan cetak TEBAL+MIRING artinya FLASBACK ^^ #happyreading *BOW*

-About Us-
Chapter 6

Jaera duduk tegang di sofa tersebut dengan pandangan lurus ke depan menatap wanita paruh baya yang masih terlihat cantik di usianya yang sudah memasuki kepala 4. Sebuah kejadian yang sangat tak diinginkannya, bertemu wanita ini sama saja seperti sebuah malapetaka untuknya.

“kau sudah menikah?”, kata keramat itu terucap sehingga membuat Jaera semakin menegang. Urusan bisnis yang ia katakan pada member Super Junior tidak benar, padahal ia pergi menemui wanita ini setelah mendapat email untuk pertama kalinya setelah beberapa tahun berlalu.
“apakah ada urusan dengan anda, Ny. Lim? Kurasa kita sudah tak memiliki hubungan lagi, bukan begitu?”, Lim Hyerim mengkerutkan kening sebelum akhirnya menghela nafas pelan.
“apakah begitu caramu berbicara pada omma?”, Jaera tertawa sinis kemudian mengalihkan pandangannya ketika merasakan matanya memanas.
“omma?? Omma kau bilang?!! Aku bahkan tak pernah merasa memiliki omma sepanjang hidupku!”, Hyerim reflek membulatkan matanya mendengar Jaera mengatakan hal itu, anaknya sendiri sekarang membencinya.
“tak seharusnya kau membenci omma sejahat apapun diriku!”,
“dan kau akan terus menyakitiku hingga mati, begitu? Tidak, Ny. Lim!! Aku tidak mau mati sia-sia”,
“Shin Jaera!!!”, bentak Hyerim.
“jika memang kau adalah ommaku, seharusnya kau menjagaku, mempertahanku, tidak meninggalkanku sendiri. Tapi, apa...? Kau tidak lebih seperti seorang omma tiri”,
“kenapa kau berbicara seperti itu? Omma terdesak, sayang”,
“tolong, Ny. Lim... Aku mohon...”,
“sayang...”,
“apakah pantas aku masih kau sebut ‘sayang’? Tidak! Aku tahu tipe manusia seperti dirimu, Ny. Lim. Anakmu yang kau buang sia-sia ini sudah berubah. Sudah beribu orang aku bertemu dengan berbagai jenis yang berbeda, sifat berbeda, dan juga perilaku yang berbeda. Aku sangat mengenal jelas tipe-tipe semua orang. Dari pengalaman yang kudapat, wajah sepertimu sama sekali tidak menampakkan penyesalan sedikitpun. Mungkin kau menangis sekarang? Tapi, tidak nanti”, Hyerim membulatkan mata kecil namun Jaera masih bisa melihat dengan jelas raut terkejut itu.
“terkejut, Ny. Lim? Tentu saja, kau harus merasa terkejut. Mungkin dari sekarang kau sudah bisa merangkai rencana sebaik mungkin untuk mengelabuhiku sebelum menghancurkanku hingga berkeping-keping...”, Jaera berhenti sejenak seraya menatap tajam tepat di manik nata Hyerim yang juga menatapnya penuh rasa penasaran dan tertantang.
“dan aku pun sudah siap, kapan saja untuk melawanmu. Oh ya, tak lupa juga dengan tuan Shin. Dia mungkin bisa membantumu, kalian bisa bekerja sama satu sama lain agar menyempurnakan rencana. Tapi, ingat! Aku tak akan menyerah sampai kapanpun walai kalian mencoba mengancamku dengan kat keramat itu. Membunuh? Yah, bunuh saja jika kalian berani, aku siap memberikan nyawaku tapi jangan sentuh anakku!”,

Jaera terisak pelan dengan kepala tertunduk dalam tanpa tahu bahwa Hyerim menatapnya dengan tatapan sendu penuh penyesalan.

“oh ya, jika kalian sudah melancarkan rencana busuk itu, kumohon jangan ganggu hidupku! Kau ataupun suamimu itu! Jangan pernah muncul dihadapanku lagi dan...”, Jaera berhenti sejenak untuk mengambil udara mengingat dadanya saat ini terasa sesak harus mengingat kembali kenangan pahitnya dulu.
“dan jangan dekati anakku, sedikitpun! Jika kalian berani menyentuhnya, aku tak akan segan-segan bertindak kasar”,
“mengapa kau jahat padaku?? Kau bahkan tak memperbolehkanku bertemu dengan cucuku”,
“sudah cukup, sudah cukup kalian membuatku menderita selama bertahun-tahun. Jangan buat anakku ikut menderita dengan bertemu dengan kalian”,
“egois!!”,
“lebih egois mana, aku atau dirimu yang tega membiarkan anaknya sendiri mencari kehidupan dengan kekuatannya sendiri?”, Hyerim terdiam tak lagi berani menatap Jaera yang sedang menatapinya penuh rasa dendam terdalam.
“kau bahkan tak sadar telah bertemu denganku beberapa kali beberapa tahun lalu.. Iyakan?”, Hyerim semakin bungkam mendengar ocehan demi ocehan yang dilontarkan Jaera, putri kecilnya. Ya, putri kecilnya lah yang sedang berbicara dengannya saat ini mengingat ini adalah kenangan dulunya.
“mengapa kau mau bertemu denganku saat ini? Mengapa, Ny. Lim? Kenapa kau tak bertemu denganku sejak dulu padahal kita berada dijarak yang sangat dekat? KENAPA?!!!”,
“aku sibuk!!”, balas Hyerim cepat.
“sibuk? Kau sibuk atau malu harus menemuiku yang seperti seorang gelandangan saat itu?? Dan di saat diriku sudah tak membuatmu malu seperti sekarang, barulah kau berani menemuiku. Itu maksudmu?? Kau malu memilikiku?? Kau malu memiliki anak seperti diriku, begitu?!”, Hyerim menggeleng kuat dan tanpa bisa dicegah air matanya mengalir.
“tidak, Jaera. Demi tuhan, omma bukan bermaksud seperti itu... Percayalah...”, Jaera menunduk menatap lantai marmer berwarna putih tersebut.
“bahkan kepercayaanku padamu sudah hilang sepenuhnya dalam hatiku, Ny. Lim. Maaf karena tak bisa mempercayaimu lagi”,

Wife, Daughter, and My MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang