Telulas

5.1K 467 59
                                    

Emak ngamuk begitu menemukan Cecep kedapatan tengah berbadan dua. Padahal seingatnya ia tak pernah lupa menyuruh Na mencekoki kucing betina itu dengan pil KB yang diselipkan dalam batangan sosis setiap awal bulan.

Kejam memang, tapi apa boleh dikata. Emak sudah lelah gendong cucu hasil hubungan gelap Cecep-namanya aslinya sebenarnya Chelsea, tapi ya gitu terlalu cakep jadi memanggilnya cecep aja biar juragannya kagak kalah pamor-dengan Garong kucing kampung yang dikenal sebagai centeng pasar dan hobby malak anak sekolah.

Sebenarnya dia baik kok, kalo tak ada Garong sudah pasti komplek tempat Na berdiam akan hancur dilanda wabah tikus. Kucing ini terkenal garang, jika sudah berdiri depan pintu rumah orang kagak bakal minggir kecuali sudah sukses menangkap buruannya.

Menurut lo info ini ngga penting?

Penting, Mbak Bro. Karena hal ini emak terpaksa merestui hubungan gelap Cecep dan Garong termasuk mempertimbangkan lagi hubungan Na dan Lindu. Bukan karena si Na juga kebobolan tapi Bang Lindu dengan gagah berani kembali menemui emak dan bapak di warung soto punya Na guna menjelaskan simpang siur isu, fitnah, kabar bohong, gosip, dan apapun yang jelas tidak benar.

"Memang benar jika almarhum bersama dengan mendiang ibu saya saat meninggal dunia, tapi hal tidak membenarkan kebohongan yang sedang terjadi. Ibu saya memang bukan perempuan baik-baik, tapi ia bukan seorang pembohong yang akan menipu anaknya sendiri."

Wajah Emak masih belum bisa menerima sepenuhnya. Ia butuh lebih dari kata-kata, mungkin pengakuan suaminya yang bangkit dari kubur.

?

Yakin, mak?

Saya sich ogah pindah genre horor, serem. Yang ada nanti malah ada judul baru di work saya 'My Husband is Gendruwo' yang ternyata seorang CEO dan terjebak One Night stand sekali bikin langsung jadi.

Ya salam kagak aahhh... belum kuat iman. Lagian lebih enak kalo mainnya berkali-kali. Lebih banyak variasi, lebih seru.

"Apa kamu punya bukti? Bapak kamu saja tidak mau mengakuimu?"

"Benar saya tidak punya bukti ... sama halnya dengan orang yang menyebar fitnah ini. Dia juga tak punya bukti."

Mata Na terbelalak, tak sadar dirinya bertepuk tangan. Bang Lindu menyerang balik dengan kata-kata emak sendiri. Menyadarkan semuanya kalau yang mereka percayai hanya sebuah kebohongan yang belum tentu kebenarannya.

"Saya tak mau ambil resiko menikahkan kalian berdua." Emak sudah mengambil keputusan.

Na sich kagak keberatan kagak disuruh nikah, meski wajah Lindu berkata sebaliknya. Ekspresinya dingin, menakutkan. Yakinlah sumpah kalo si emak bukan calon mertua pasti sudah kena tabok.

"Dengan atau tanpa sebuah ikatan kami akan tetap bersama." Ujar Lindu tanpa keraguan, "hanya Tuhan yang bisa memisahkan kami. Itupun jika kami memang tidak berjodoh." Lanjutnya bikin Na merinding.

Ini laki nakutin. Tipikal pembangkang yang ngegemesin, punya pendirian, dan bikin ngga kuat iman.

Satu lagi, sering bikin celana dalam basah.

"Benar tidaknya semua itu," mata Lindu beralih menatap Mbok Yah yang ikut hadir di antara emak dan bapak. Tepatnya duduk di sebelah kanan dengan wajah tua menakutkan berisi kebencian. "Kita semua sudah tahu dengan pasti jawabannya."

***

"Kenapa kagak tes DNA aja kayak di tipi?" Bisik Embi yang mencuri dengar pembicaraan para orang tua.

"Ngga tahu," sahut Hans yang ikut jongkok di balik counter makanan berisi kerupuk dan camilan melempem lainnya.

Beda dengan Pandu yang mempertimbangkan faktor finansial sebagai alasan utama, "dari pada buat ginian mending dipakek modal kawin."

SijiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang