Weekend ini beda dari sebelumnya. Naya yang biasanya menginap dirumah salah satu dari Shila atau Rani, kali ini gadis itu lebih memilih untuk pulang ke rumah. Orang yang sedari tadi ia cari terlihat asyik menonton tv. ~ Dum tara dum.. dum.. ta raaa dumm.. ii uttaraann ~. Lagu itu langsung menggema di telinga Naya hanya dalam hitungan detik.
"Assalamualaikum, ma??" Naya melangkah masuk.
"Waalaikumsalam, oh udah dateng ya. Tumben sore banget"
Naya menceritakan kepada ibunya jika ia harus mengerjakan tugas terlebih dahulu. Sebenarnya gadis itu tidak ingin pulang ke rumah hari ini. Dirinya belum siap jika terjadi sesuatu hal yang tidak ingin dilihatnya. Naya tidak suka jika mendengar orang tuanya melakukan percekcokan. Naya lebih memilih untuk menghidar. Menurutnya, kedua orang tuanya sudah bukan anak kecil lagi. Jadi suatu saat mereka pasti bisa menyelesaikan masalah mereka sendiri. Gadis itu mengelilingi ruangan, tetapi tak terlihat batang hidung sang ayah. Mungkin lagi pergi pikir Naya.
Malam itu, udara terasa semakin dingin. Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, Naya masih sibuk dengan laptopnya. Tangannya berhenti memijat keyboard ketika suara benda terjatuh menganggu telinganya. Suara itu bukan berasal dari ruangannya tetapi dari tempat lain. Rasa penasarannya terjawab setelah mendengar teriakan seorang wanita yang tak lain adalah mamanya sendiri. Akan tetapi seperti biasa, ia tak mendengar suara ayahnya. Ayah Naya memang selalu diam dengan pertengkaran yang terjadi, begitu juga Naya yang lebih memilih untuk pura- pura tidak mengetahuinya.
Lamunan Naya terbuyarkan oleh getaran ponsel yang ada di meja. Tangan mungil itu berpindah dari laptop menuju atas meja. Diambilnya ponsel, layarnya menampilkan pemberitahuan pesan dari facebook, seseorang yang baru saja menjadi temannya kemarin. MAESAPUTRA.
Esa : Hai
Karena tidak ingin terlihat sombong, judes, atau apapun itu. Naya membalas pesannya.
Naya : Hai juga
Esa : Naya ya?
Naya : Kok tahu? (read)
Naya membalas demikian lantaran nama facebooknya Naka bukan Naya. Satu menit, dua menit, tiga menit, tidak ada balasan lagi dari Esa meskipun pesannya sudah dibaca. Walaupun penasaran, Naya tidak melakukan apapun. Suasana hatinya terlalu buruk untuk melakukan sesuatu.
***
Tok tok tok
"Assalamualaikum," ucap seseorang beberapa kali dari tepi pintu.
Dengan langkah gontai Naya berjalan menyusuri ruangan, menuruni beberapa anak tangga, melewatu ruang tamu. Sampai akhirnya langkahnya terhenti tepat di depan pintu masuk. Muka bantal yang masih menghiasi wajah Naya seketika berubah setelah pintu itu terbuka. "Waalaikum...sa..lam," ucapnya gugup setelah melihat Reno berada di ambang pintu dengan kardus kotak ditangan. Ia tersenyum dengan wajah yang bisa dibilang 'ganteng'. Naya terdiam dan memaku di depan pintu.
"Hai, Nay. Tumben pulang kerumah. Oh iya, ini dari mamaku buat tante," ucap Reno dengan ramah membuyarkan lamunan gadis itu, sontak Naya langsung merapikan rambut dan membersihkan pipinya.
"Eh, iya- iya. Makasih Ren," ucapnya yang masih tak percaya. Seorang Reno bisa ngomong sama dirinya? Demi apa? Mungkin karena pribadi lelaki itu yang terlalu pendiam, bahkan dalam satu hari dia hanya mengucapkan beberapa patah kata saja.
***