Ditemani suasana langit senja, Naya bisa melihat daun- daun yang semula hijau mulai menguning berubah merah keemasan. Benda itu berputar- putar hingga akhirnya jatuh ke tanah. Warna- warni daun maple (sering disebut momiji) yang jatuh menyelimuti bukit dan pegunungan bagaikan hamparan karpet yang membentang luas. Musim gugur merupakan waktu yang tepat untuk berlibur ke Jepang terutama momijigari (berburu daun momiji). Hawa dingin yang sesekali menusuk tubuh, juga pemandangan alam yang menyegarkan, semua Naya nikmati di musim gugur kali ini. Ia merasakan kesenangan yang tidak dapat diutarakan dengan kata- kata. Akhirnya salah satu mimpinya bisa terwujud juga apalagi itu semua berasal dari usahanya sendiri.
Ada perasaan sesal di dalam hati gadis tersebut, lantaran akhir- akhir ini ia jarang sekali berkomunikasi dengan kedua orang tuanya. Naya hampir tidak ingat, kapan terakhir kali ia berbicara dengan mereka berdua. Bahkan, mungkin keduanya tidak mengetahui jika Naya sedang berada di negeri orang saat ini. Uang yang Naya gunakan untuk berlibur berasal dari tabungannya sendiri yang setiap bulan diisi oleh ayahnya. Sebuah kerja keras yang justru membuat keduanya bertengkar. Ayahnya yang selalu pulang malam membuat mama Naya curiga. Apalagi setelah beredarnya kabar burung tentang Danu yang kepergok sedang selingkuh dengan wanita lain. Sejak saat itu, mama Naya sering menangis hampir di setiap malam. Karena tidak tahan dengan suasana yang ada di rumah, Naya akhirnya lebih memilih untuk menjauh dan tinggal di sebuah kos- kosan dekat sekolahnya. Masih sangat jelas juga di ingatan gadis itu, saat dimana kabar mulai muncul ke permukaan. Seseorang pernah datang ke rumahnya. Dengan pakaian layaknya preman namun bertubuh kecil, dirinya mengancam akan membawa Danu ke penjara. Namun semuanya berlalu begitu saja, kenyataannya itu hanya sebuah gertakan belaka.
Naya tersadar dari lamunannya. Tangannya mengusap pelan air yang mengalir di pipi. Untuk saat ini ia hanya harus bersenang- senang dan melupakan sejenak beban yang ada, karena dia hanya memiliki waktu satu minggu untuk menghabiskan liburannya di Tokyo. Meskipun ia hanya bisa menginap di sebuah apartemen kecil, tak membuatnya merasa minder. Malam mulai gelap, dengan kamar yang tidak terlalu besar ia menata barang- barang keperluannya. Sebuah kamera hitam hadiah dari pamannya yang selalu ia bawa tergeletak di atas meja kayu bercat coklat. Naya merebahkan tubuhnya ke kasur, tangannya meraih ponsel yang sedari tadi berada di bawah bantal. Tanpa diperintah, ia membuka halaman facebook untuk hanya sekadar mengecek pesan dari Esa. Bahkan membaca history mereka. Tiba- tiba sebuah pesan muncul.
Esa : Ngambek...
Naya : Nggak ih. Sok tau :p
Esa : Posisi dimana Nay?
Naya : Emang kenapa? Mau nyamperin?
Esa : Aku nanya, eh dianya balik nanya
Naya : Suka suka nyanyi di pinggir jalan. Sukaa suukaaa......
Esa : Malah nyanyi. Aku serius nih, dimana?
Naya : Di depan layar hp
Esa : Argghhhh....
Naya : Hehehe. Lagi di Tokyo (Sumpah aku nggak bohong)
Esa : Wihh, samaan dong. Mungkin kita sehati
Naya sempat tak percaya jika Esa, teman mayanya bisa berada di sini juga. Ini hanya sebuah kebetulan belaka, atau memang kebetulan yang sudah direncanakan.
Naya : Mati dong, kalau hati 1 buat berdua
Esa : Ah, kamu mah gak peka.
Esa dan Naya tampak gembira menatap layar ponsel masing- masing. Entah sudah berapa banyak kalimat, kata, atau huruf yang mereka kirimkan satu sama lain. Karena sedang berada pada tempat yang sama, bukan hanya di tempat yang sama melainkan berada di kompleks yang sama pula, akhirnya mereka berencana untuk ketemuan. Obrolan mereka juga baru berakhir setelah salah seorang dari keduanya tertidur.
New RomxL(