Hari ini meskipun matahari bersinar terang, tidak membuat hantu- hantu itu bersembunyi. Mereka justru terlihat bahagia merasakan sejuknya udara dan hangatnya mentari. Ya mereka adalah teman- teman Naya dari kelas IPA 9. Tubuh mereka telah terbalut dengan berbagai macam kostum hallowen. May dengan pakaian pocongnya. Meskipun begitu, dia tidak perlu repot- repot melompat untuk pindah dari satu tempat ke tempat lain karena gaun pocongnya di desain sangat modern. Rani terlihat elegan dengan kostum vampir di tubuhnya. Sedangkan Naya sendiri, merasa seperti seorang iblis dengan dua tanduk dikepala. Meskipun bertugas membawa spanduk, tetap diwajibkan untuk memakai kostum yang bertema horror.
Tak jauh dari tempat Naya berdiri, tepatnya di bawah pohon hijau yang mulai menguning terlihat segerombolan anak- anak yang mengenakan pakaian keagamaan. Fero dengan jubah putihnya ditambah beberapa aksesoris seperti sorban dan tasbih yang melingkar ditangannya. Adapun Bobby yang mengenakan kostum seorang pendeta. Kontras sekali dengan tema horror yang kelas Naya kenakan.
Hari ini saatnya bagi semua siswa SMA Permata untuk mengikuti karnaval. Semua wajib berpartisipasi kecuali kelas 12. Sebuah tangan menyentuh pundak Naya, mata gadis itu menatap Rani yang sudah berdiri di sampingnya. Mata Rani berkedip beberapa kali, sepertinya ada sesuatu yang ia inginkan.
"Nay anterin aku yuk. Ke tempatnya Fero." Rani menunjukkan spanduk yang sedari tadi ia pegang. Sedangkan Naya hanya mengangguk menanggapi ajakan Rani.
"Hai Fer, ini spanduk buat kelas kamu," Rani menyodorkan benda tersebut ke arah Fero kemudian ditanggapi dengan uluran tangan darinya. Rani menarik kedua sudut bibirnya membentuk senyuman. Fero membalas senyum Rani.
"Hai Nay, Ran. Cantik banget deh hari ini, besok jalan yuk," goda Bobby. Pipi Naya mulai memanas, untung yang lainnya tidak menyadari. Bobby bangkit dari tempatnya semula kemudian berlari- lari kecil menghampiri Naya dan Rani.
Rani mencoba mengelak "Ih, apaan sih."
"Udah ah Ran, yuk balik aja. Duluan ya," Naya sedikit menunduk melambaikan tangan ke arah Fero dan kawanannya yang yang masih duduk di bawah pohon.
Pagi ini acara dimulai dengan pembukaan oleh Bapak Kepala Sekolah. Kelas Naya mendapat bagian untuk mengawali perjalanan disusul kelas Fero kemudian kelas 11 yang lain. Selama perjalanan Naya bersama Rani memegang benda yang tidak terlalu berat tapi berhasil membuat tangan- tangannya pegal. Karena Kayla tidak berangkat, jadi Rani yang menggantikan tugasnya memegang spanduk. Naya benar- benar berharap supaya perjalanan ini cepat selesai. Sedangkan Shila terlihat nyaman dengan dress pocongnya. Meskipun begitu setelah sampai disana ia berencana mengganti kostum karena dirinya sudah cukup menahan malu.
"Nay. Capek nggak? Mau aku gantiin?" Reno yang berada tepat di belakang Naya menawarkan bantuan. Sedangkan Naya menolaknya dengan halus. Rani yang mulai curiga dengan kedekatan mereka berdua mencoba menyunggingkan senyum jahil.
"Kalian pacaran ya?" Jari telunjuk Rani mengarah ke Naya dan Reno secara bergantian. Suara Rani yang cukup keras berhasil menarik perhatian semua orang yang ada di sana, bahkan ada diantaranya yang mengucapkan selamat dan menjahili mereka berdua.
"Ih, apaan sih Ran. Nggak- nggak." Naya melambaikan kedua tangannya.
"Kalau iya juga nggak papa kok Nay. Ntar kan kita bisa double date. Kamu sama Reno, aku sama Fero," ujar Rani menampakkan deretan giginya yang terbaris rapi.
Tak terasa sudah 30 menit mereka berjalan. Karena kelas Naya jalannya melambat, akhirnya kelompok Fero lah yang berada di barisan pertama.
"Nay, udah nggak kuat nih. Capek banget." Rani mulai mengeluh. Keringat sedikit demi sedikit turun dari pelipisnya.