Pagi ini suasana kelas sangat ramai. Jam kosong membuatnya terasa seperti surga. Ia teringat bahwa hari ini semua foto yang dilombakan akan dipasang di akun instagram panitia. Tangannya membuka akun tersebut sudah ada 100 foto yang terpampang disana, dan selamanya hanya itu karena jumlah peserta dibatasi. Naya beruntung karena dirinya mendaftar lebih awal sehingga masih bisa mengikuti kontes. Untuk saat ini posisinya lumayan bagus, sudah ada 10 likes untuk gambarnya. Awal yang bagus, karena votingnya akan ditutup 3 hari kedepan. Jika Naya ingin memenangkan kontes ini, maka ia harus berusaha lebih keras lagi untuk minta dukungan.
"Gimana Nay?" Rani meletakkan sikunya di bahu kanan Naya. Matanya melirik layar ponsel yang sedang dipegang gadis itu.
"Promote-in aja di sekolah ini Nay. Secara kamu kan cukup dikenal. Kemungkinan besar banyak yang bantu." Wafer coklat melayang di udara dan mendarat di mulut Shila. Dirinya terus berbicara meskipun mulutnya sedang bekerja.
"Caranya? Masa aku harus datengin tiap kelas? Kan malu."
Rani tersentak mendengar ucapan Naya. Tubuhnya maju beberapa senti, membuat Naya dan Shila mengikuti kepala Rani. Tangan Rani diletakkan di atas meja sedangkan matanya membulat menatap Naya dan Shila secara bergantian. "Good idea istirahat ini nanti aku temenin buat ngasih pengumuman ke tiap kelas, gimana? Setuju?"
Shila menepukkan kedua tangannya tepat didepan kepala mereka dan itu membuat yang lainnya terkejut. "Setuju." Sedangkan Naya hanya mengangkat kedua bahunya tanda tak yakin.
Istirahat pertama telah tiba. Rani menyarankan agar misi pertama ini dilakukan di kelas Fero. Sambil menyelam minum air, itulah yang ingin ia lakukan. Rani berharap ia bisa bertemu dengan Fero, dan harapannya menjadi kenyataan. Hanya ada beberapa siswa yang ada di kelas. Tapi lumayanlah, setidaknya orang- orang itu terlihat mau membantu. Naya memulai promosinya. Ia menuliskan akun instagram yang digunakan di papan tulis.
"Nah teman- teman disini aku mau minta bantuan kalian buat ngevote gambar aku. Caranya gampang kok. Tinggal buka aja @kontesftgr." Tangannya menunjuk tulisan yang ada di papan "Lalu likes gambar no 98, pokoknya ada di bagian bawah. Mohon kerjasamanya ya terima kasih." Ia mengakhiri promosi di kelas Fero dan beralih ke kelas lainnya.
Ternyata susah ya. Batin Naya dalam hati.
"Semangat dong Nay. Kamu baru berjuang hari ini masa udah mau nyerah? Aku aja yang udah dari kemaren perjuangin Fero, nggak direspon juga masih tetap semangat kok." Rani mencoba menghibur Naya.
Shila mendorong bahu Rani sedikit membuatnya terhuyung ke samping. "Dasar Lu."
Tak lama kemudian muncullah seseorang dari balik pintu membawa sejumlah buku ditangan. Kacamatanya yang selalu bertengger di dahi menjadi ciri khas guru kimia di kelas ini.
Bel istirahat kedua berbunyi. Ditemani kedua sahabatnya, Naya melakukan promosi kebeberapa kelas. Jam ini merupakan waktu yang tepat, karena mayoritas anak- anak terlalu malas untuk ke kantin bahkan sekadar keluar kelas. Mereka berpindah dari satu kelas ke kelas lain.
Siang ini, dengan sisa- sisa semangat yang ada Naya mempromosikan gambarnya di beberapa akun media sosial. Bahkan ia membuat selebaran yang bertuliskan tentang tata cara untuk mendukungnya dilengkapi foto yang ia lombakan. Setelah mencetaknya menjadi beberapa lembar ia melangkah ke sebuah tempat yang ramai. Kebetulan Naya mendengar bahwa di daerahnya sedang diadakan sebuah bazar. Ia memutuskan untuk pergi kesana sekaligus pulang ke rumah.
Panas matahari yang tak kunjung mereda tidak mematahkan semangat Naya untuk terus membagikan selebaran itu. Keringat menetes silih berganti dari pelipisnya. Tubuhnya yang mungil berjalan kesana kemari dan akhirnya terjatuh setelah menubruk seseorang yang sudah tidak asing lagi baginya, Reno.
"Hai, Nay. Ngapain?" Tangannya terulur kearah gadis yang tengah terduduk di atas tanah kering. Mata Naya menyipit karena sinar matahari yang menganggu matanya. Ia berdiam sebentar sebelum akhirnya menanggapi uluran tangan dari Reno. Kini mereka berdua saling berhadapan. Seulas senyum tersungging di wajah Naya. Senyuman itu cukup berhasil membuat Reno merasakan panas di pipinya.
"Cuma nyebarin ini." Naya menunjukkan selebaran yang ada di tangannya.
Reno mengambil kertas - kertas itu kemudian berjalan menghampiri beberapa orang yang sedang berkerumun. Naya tersenyum untuk yang kedua kalinya. Ia berteriak di tengah ramainya suasana siang ini. "Makasih ya Renn!"
Mereka berdua menghabiskan siang itu berjalan kesana kemari membagikan selebaran yang ada. Meskipun Naya tahu, tidak sedikit orang yang membuang selebarannya, ia masih tetap berusaha. Sakit itulah yang ia rasakan, seharusnya mereka semua menghargai usaha yang telah dilakukan gadis itu, jika ingin membuangnya mengapa tidak menunggu dirinya pergi dahulu?
***
Kaki Naya melangkah menuju pintu rumah. Dia tidak melihat seseorang yang biasanya berada di depan TV, mamanya. Ia menghempaskan tubuhnya keatas sofa putih yang meghadap televisi. Ia menyalakan benda tersebut dan mengambil ponsel dari dalam ranselnya. Lagi- lagi seulas senyum terlukis di bibirnya, sebuah notifikasi pesan dari facebook.
Esa : Tumben nggak on
Naya : Kenapa? Kangen ya?
Esa : Ngapain harus kangen, kalau aku bisa liat kamu tiap hari
Naya : Jangan bilang kamu psikopat
Esa : Ya enggak lah. Ganteng- ganteng gini dibilang psiko
Naya : Ya, siapa tahu
Esa : Cieee, yang lagi sibuk sama kontesnya...
Naya mematikan ponselnya ketika seseorang masuk dengan tas hitam ditangan. Ternyata papanya, Danu.
"Assalamualaikum, Pa." Naya menghampiri lelaki itu dan mencium kedua tangannya. "Mama mana?"
Wajah Danu berubah bingung, senyum yang awalnya menghias pipinya lama kelamaan pudar. Tangannya mulai membetulkan posisi kacamata yang tidak bermasalah. "Mamamu sudah beberapa hari ini tidak ada dirumah. Papa juga tidak tahu." Danu menaiki tangga meninggalkan Naya yang masih terpaku disana, mencoba terlihat baik- baik saja.
Kata- kata papanya seakan tersangkut di tenggorokan Naya. Hatinya terasa linu. Kenapa papanya tidak pernah memberitahu dirinya kalau mamanya pergi? Kenapa semuanya harus seperti ini? Tak bisakah mereka menyelesaikan masalah tanpa harus bertindak kekanak- kanakan seperti ini?
***