17

7 0 0
                                    

Liburan telah usai, kini tiba saatnya untuk kembali ke aktifitas sekolah seperti biasa. Karena baru minggu- minggu pertama, jam pelajaran masih belum efektif. Mereka bertiga duduk di kantin dan melahap makanan yang sudah dipesan. Seperti biasa dari tempat itu, ketiganya dapat melihat Fero dan kawanannya duduk tak jauh dari tempat mereka.

Fero terlihat tengah asyik mengobrol dengan teman lainnya, sesekali ia bahkan melirik ke arah meja Naya. Ia mengeluarkan ponsel dan mengotak- atiknya.

Ponsel Naya bergetar, notifikasi pesan facebook muncul di layar. Ia merasa senang, namun mencoba untuk menyembunyikannya.

Esa : :p

Naya : Dasar cowok gaje

Esa : SSG (Suka Suka Gue)

Naya : Jangan kebanyakan SSG, nggak baik buat kesehata :v

Esa : MSG coeg. Wkwkwk. Cie perhatian banget si...

"Siapa Nay?" pertanyaan Rani membuat Naya terkejut. Naya dengan segera membuka halaman lain.

"Temen sosmed aku kok Ran." Ponsel Naya lagi- lagi bergetar.

Esa : Nggak- nggak bercanda. Jangan ngambekan gitu dong Nay.

Naya : Siapa yang ngambek? Sok tau..

Esa : Iya deh kalah. Nay nanti aku ke rumahmu ya, udah lama nggak main nih

Naya : Emang kamu pernah main kerumahku?

Tak ada balasan dari Fero. Laki- laki itu hanya membacanya. Satu hal yang sangat dibenci Naya. Kenapa dia lagi sih, yang nge read duluan. Sekali- kali aku kek.

Naya menyukai laki- laki itu. Ya, dia memang harus mengakuinya. Meskipun ia hanya bisa mengagumi laki- laki itu dalam diam. Dia percaya meskipun tidak ada kata yang terucap jika seandainya mereka berdua memang ditakdirkan untuk bersama pasti akan dipertemukan juga.

"Nay, nanti kumpul-kumpul lagi yuk! Di kosmu, cerita- cerita." Ucapan Rani membuat Naya tersadar dari lamunannya.

"Terserah kalian pada. Pintu selalu terbuka." Naya mengambil sesendok nasi dan menyuapkannya ke dalam mulut.

Tapi, tunggu sebentar. Fero kan juga mau ke rumahku. Oh iya rumah, bukan kos kan? Lagi pula mana tau dia aku tinggal dimana. Naya berbicara dalam hati.

***

"Ran, kamu udah nggak ngasih surat- suratan lagi nih ke Fero?" celetuk Shila dengan kwaci di tangan.

Pertanyaan Shila membuat wajah Rani dihiasi dengan senyuman. "Rencananya sih aku mau ngomong aja. Habisnya doi nggak peka- peka."

Naya yang sedang meminum segelas air putih tiba- tiba tersedak setelah mendengar ucapan Rani. Sedangkan kwaci yang dipegang Shila berhenti tepat di depan mulutnya. Mereka berdua sejenak saling bertatapan.

"Kalian kenapa?" tanya Rani penasaran melihat tingkah mereka berdua. Sedangkan keduanya hanya menggeleng.

Setelah hening beberapa saat, Naya membuka suara. "Kamu yakin Ran? Nggak gengsi gitu? Biasanya kan cowok yang nembak duluan."

"Hari gini masih gengsi? Keburu diembat sama yang lain Nay," timpal Rani. Ia membuka oleh- oleh dari Naya yang baru bisa diambilnya hari ini.

Tak lama berselang, suara petikan gitar dan nyanyian terdengar dari luar jendela. Karena penasaran, Rani menghampiri tempat itu dan kepalanya mendongak keluar. Ia menutup mulutnya tak percaya. "Feroo," pekiknya setengah berteriak. Naya dan Shila membulatkan mata kemudian mereka berdua berlari menyusul Rani yang masih terpaku di tempat.

Virtual ImageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang