Menanti Hari

29 1 2
                                    

Penulis; intongg

Cinta itu adalah sebuah kebahagiaan (katamu).

Tapi, kebahagiaan yang seperti apa yang kau maksudkan, berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan hingga bertahun-tahun ku jelajahi dunia ini namun tak jua ku temukan kebahagiaan yang kau bilang itu.

Mungkin kata itu hanya ada di bibir mu saja, sebab telah ku koyak separuh hati ku hanya untuk meraba kira-kira ada di bagian mana posisi kebahagiaan itu, tapi tak ada titik terang sama sekali atau sebenarnya memang tak ada ?

Lalu untuk apa aku disini ?

"Menungguku kembali"

Kata itu yang sekali lagi membuatku tersadar akan tujuanku disini. Perlahan seulas senyum mulai terukir di bibirku, sebab dua kalimat itu selalu memberikan nyawa yang baru pada raga ku yang seakan mati.

Setiap musimnya aku selalu sendiri di temani sunyi juga angin yang berhembus dengan lembutnya membelai kulit ku yang telanjang. Di sini aku menatap jauh ke ujung cakrawala sambil melukis anganku bersama dirinya yang ada disana.

Disana, disebuah tempat yang aku tak tau itu dimana. Aku merindunya, rindu yang amat sangat, jika ku ceritakan pada kalian mungkin kalian akan menegurku tentang perihal yang ku ceritakan berkali-kali, semestapun ku yakin akan dengan sengajanya meruntuhkan diri sebab gema suaraku yang tak hentinya menyebut nama mu.

Jika saja kau tau akan kisahku selama ini, mungkin kau tak akan tega meninggalkan ku disini. Saat hati telah menggunda gulana saat itu pula aku sangat benci pada mata ini yang tak bisa berkompromi.

Aku bisa bertahan disini untuknya, aku bisa tanpa kabarnya, aku bisa bertahan dengan semua gosip tak enak tentangnya. Sungguh hati ku sangat kuat jika hanya untuk menunggunya. Tapi entah mengapa aku tak bisa membendung air mata, hingga akan ada hari dimana pipiku kerap basah sebab merindunya.

Entah bagaimana pendapat kalian tentangku, kuatkah aku atau mungkin rapuh sebab tak bisa menahan tangis atau justru bodoh sebab menunggu sesuatu yang tak pasti.

"Dia pasti untukku, dia sudah berjanji akan kembali, diapun menyuruhku untuk menunggunya disini"

"Sampai kapan kau akan menunggunya, sedang kabar pun kau tak punya" kata temanku

Aku tetap kokoh pada pendirianku, sebab aku yakin akan tiba waktunya, seluruh penantian ku akan digantikan dengan kedatangannya dan air mata ku akan digantikan dengan senyuman tulus ketika melihat wajahnya.

"Sudahlah dia tak akan datang" kata temanku lagi

Hey aku ingin menunggunya dan itu kemauanku sendiri, kenapa disaat aku hanya ingin menetap pada pijakakanku justru segelintir orang ingin merubah posisi dimana pijakku menginjak bumi.

Lagi-lagi tahun telah berganti, keyakinanku perlahan-lahan mulai memudar, dinding kokoh yang utuh itu mulai menampakkan retakan kecil, yang sangat aku yakini jika selalu terkena air retakannya akan melebar dan suatu waktu akan tumbang jua.

Apa penantianku selama ini akan berakhir sia-sia ?

"Kau harus bisa menungguku kembali"

Yah kata itu kembali berputar di otak ku, bag memori rusak yang memutar kembali keadaan dimana aku dan dia selalu bersama berbagi suka dan duka, canda dan tawa. Aku masih ingat, senyum ku tak pernah hilang kala itu.

Aku kembali menyusuri jalan, menuju ke sebuah tempat dimana telah ku layangkan sumpahku untuk tetap menunggunya hingga dia kembali, tempat dimana kiranya telah jutaan hari aku duduk sambil memandang cakrawala yang mungkin sudah muak dengan tatapanku yang tak benar-benar sedang melihatnya. Seluruh alam semesta pun tahu jika semua yang ada dalam diriku ini nyatanya hanya untuk mu, seperti halnya jatuh ku yang rindu akan uluran tanganmu agar dapat berdiri kembali.

About LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang