Hmm... CINTA
Indah memang, tapi belum ada yang benar2 meletakkan hatinya tepat di sebelah hatiku
Kaki sudah terlalu jauh melangkah, menyusuri belahan dunia, untuk mencari dan menemukan sepenggal kisah cinta yang mengharu dan biru.
Tapi, ternyata apa yang di dambakan jiwa tak pernah sejalan. Rupanya menemukan tak pelak membuatku bahagia sebab pada akhirnya ia hilang. Pun ditemukan namun akhirnya ia pergi, meninggalkan genangan di pelupuk mata juga menggores luka di dasar hati terdalam.
Aku duduk disini,dengan sebuah angan yang jauh menembus gumpalan awan. Di atas sana telah ku lukis sebuah kisah yang amat sangat romantis, yakni kisahku yang akhirnya ditemukan jua oleh sang pangeran tampan lalu bahagia.
Dan lagi, lukisan itu hanya menggoreskan senyum sedetik, kemudian aku sadar bahwa kisah cintaku memang hanya bertahan dalam angan.
Aku harus bangun lalu melanjutkan hidup, sebab Tuhan tidak menakdirkan ku hanya untuk melanglang buana mencari cinta. Aku harus menyibukkan diri agar otakku tak lagi memutar memori masa lalu tentang mereka yang menjanjikan setia namun akhirnya mendua.
Namun, kejadian di satu waktu, akhirnya mempertemukan ku dengan dia, si pria bermata bulat (bag bola pingpong), sedang menatapku dari kejauhan. Ia duduk manis di seberang sana dengan sebuah gitar berwarna hitam yang mengeluarkan irama yang entah mengapa terdengar begitu merdu di telinga.
Astaga...
Apakah aku jatuh cinta lagi ?
Kadang aku sebal, terhadap diriku sendiri terutama pada hati yang terlalu mudah menjatuhkan dirinya hanya dengan tatapan murahan para pria terlebih lagi pada dia yang di seberang sana.Dia masih menatapku sambil bernyanyi, entah tatapnya benar mengarah padaku atau pada wanita lain di depanku.
Dan benar saja dia berjalan ke arahku lalu menyatakan cintanya.
Entah siapa dia, berani2nya menyatakan cinta pada seorang wanita yang tak ia kenal yang tidak sengaja ia temukan duduk sendiri di sebuah cafe. Atau mungkinkah dia lukisan angan yang akhirnya menjadi nyata lalu Tuhan menurunkannya lewat sebuah lagu.
Tapi rasanya begitu fiksi. Sebab aku bukanlah manusia yang begitu patuh dan tunduk terhadap apa yang di perintahkan dan dilarang oleh Allah, sehingga Ia akan menjadikan nyata atas apa yang ku angankan padahal aku tak pernah meminta pada-Nya.
Tapi, aku tak ingin begitu lemah pada cinta, aku tak ingin di remehkan dunia hanya karena terlalu cepat jatuh cinta.
Aku hanya bungkam, padanya yang menyatakan perasaannya yang katanya terlontar dari dasar hatinya yang terdalam. Namun siapa yang bisa menjamin bahwa hati terdalam itu kenyataannya hanya ilusi yang ia buat untuk membuat fantasi baru di kepala ku dan kenyataannya akan melemparku jauh ke dasar jurang terdalam.
Aku memutuskan pergi bersama perasaan yang sejujurnya telah melambung jauh menembus cakrawala, yang sebenarnya telah ku buat pula lukisan baru di atas sana. Namun aku pula yang membuat luntur warna yang telah ku toreh.
"Masihkah kau ingat pengemis kecil di ujung gang itu ?"
Sedetik itu pula, kepala memutar sepotong kisah lama, tentangku dengan versi kecil bertemu dengan seorang pria kecil yang tubuhnya terkulai lemah di ujung gang. Aku iba padanya dan memberinya sekotak bekal makanan yang seharusnya ku bawa kesekolah.
Telah seminggu aku berpikir, apa mungkin perkataannya menandakan bahwa dialah pria kecil itu yang sekarang telah beranjak dewasa hingga tak dapat ku pungkiri bahwa ia terlihat manis di versinya yang sekarang.
Sudah berapa kali pula, ku dapati tatapannya masih mengarah padaku. Sungguh aku tak tahu lagi bentuk jantung dan hatiku seperti apa sekarang, sebab debaran dadaku yang tiap hari bergema memecah keheningan dalam relung hatiku yang telah lama hampa.
Namun, ku pilih untuk berpaling, tapi sejujurnya aku sangat ingin meraihnya dan melontarkan perkataan bahwa aku juga mencintainya. Tapi sekali lagi, hati kecil ku mengingatkan agar aku tak begitu saja terperangkap pada rasa yang sebenarnya salah, ia juga mengingatkan bahwa bukan sekali aku jatuh dan terinjak melainkan berkali2, hingga seluruh yang ada pada raga tak lagi mau terjatuh di lubang yang sama, yang pada akhirnya akan merasakan sakit yang sama, juga air mata untuk tangis yang sama.
Katanya hidupku bukan untuk itu saja, masih ada banyak kejutan di depan sana yang bisa melukis tawa serta merekam kebahagiaan ku yang lebih dari apapun.
Untuk ke sekian kali mungkin sudah beribu, aku kembali melihat tatap nya, yang entah mengapa terasa hampa, tak sama seperti tatap yang sebelumnya, yang seakan memanggilku untuk segera memeluknya, dan entah mengapa pula, aku merasa dia telah pergi, bukan raganya bukan pula jiwanya melainkan cintanya.
Hari ini, entah mengapa lagi, aku merasa hampa kembali, aku rasa cintanya bukan untukku lagi atau mungkin dari awal cintanya memang hanya sebuah bayang2 yang ku buat seperti nyata ?
Dan mungkin pula, saat itu dia tidak sedang mengutarakan cinta melainkan sedang mengucapkan terimakasih padaku sebab kejadian singkat dimasa silam yang akhirnya mempertemukannya denganku di sebuah kafe, yang tatapannya kusangka sebentuk ungkapan rasa cinta.
Dan akhirnya, kejadian hari ini benar2 membuatku terbangun.
Disana, ya disana, di seberang jalan itu. Si pria bermata bulat sedang menggenggam tangan seorang gadis cantik dan tangan sebelahnya menggenggam sepucuk mawar merah dan memberikannya pada si gadis cantik, mereka terlihat bahagia, sama seperti lukisan yang ku buat di atas sana namun yang berakhir bahagia bukanlah diriku, melainkan seseorang yang lain.
Dan lagi, kecewa kembali mengetuk pintu hati yang memang sudah lama kosong tak berpenghuni. Ini yang selalu ku benci dari cinta, pergi bersama hati yang baru lantas meninggalkan kenangan lama beserta rumahnya tanpa memberi aba2 terlebih dulu. Apakah cinta memang selalu begitu ?
Tapi bukankah kali ini, karena ulah ku sendiri, mendambakan seorang pangeran namun aku pula menyuruhnya agar segera pergi dan aku pula yang kecewa lantas berderai air mata ?
Aku ini bodoh atau idiot ?
Thanks yang udah mau nyempetin waktu buat baca.
Tetap tinggalin jejak vote and comments yahh 😆😆😆
KAMU SEDANG MEMBACA
About Love
Short StoryIni hanya sebuah cerpen, yang di dalamnya berisi tentang cinta beserta bumbu yang terdapat di dalamnya...