Bab 1

88.7K 3.9K 84
                                    

Tinnn..!! Tinn..!!

Kegiatan seorang Ibu Rumah Tangga yang sedang menyiram tanaman langsung terhenti. Pandangannya mengarah ke pagar. Tepat disana berhenti sebuah mobil putih dengan plat putih pula. Matanya menyipit karena tak mengenal siapa pengendara yang terlihat samar dari kaca depan mobil.

Lagi klakson berbunyi. Setengah kesal wanita itu berjalan tergesa dan membuka pintu pagar. Matanya tak lepas saat mobil mulai memasuki area garasi.

Begitu pintu terbuka. "Ihhh... Gita..!!" pekik wanita yang bernama Winda itu, langsung memukul bahu Sagita Ayu –keponakannya, anak dari Adik perempuannya yang telah meninggal- "Bikin penasaran tau! Ini mobil siapa?"

Gita menjawab dengan kekehan. "Ya, mobil Gita lah..."

"Minta duit sama Papa kamu lagi? Kamu udah nikah loh, Ta..."

"Kalau sama Papa Gita nggak perlu minta, tinggal pake kartu kredit ntar Papa yang bayar. Tapi, tenang Tante, kali ini Gita nggak akan buat bengkak tagihan kredit kok. Ini hadiah pernikahan dari Mas Abdi."

"Serius? Ih.. sweet banget."

Gita kembali tertawa sambil menggandeng tangan Tantenya berjalan ke dalam rumah. "Iya, dong. Tante ngiri kan?"

Tante Winda mendengus. "Iya deh. Iya... kamu emang istri yang paling beruntung. Puas!"

"Tan, buatin teh melati ya. Aku kan tamu," ucap Gita yang langsung menerima pukulan dibahu.

"Dasar kamu ya! Mana ada tamu datengnya sering-sering."

"Lho. Jadi Tante penginnya aku jarang-jarang dateng gitu."

"Bicara sama kamu nggak ada matinya. Ngaku kalah Tante."

Gita tak hentinya tertawa dan berjalan ke teras samping, sementara Tantenya sudah menuju ke arah dapur. Hari menjelang sore, duduk-duduk ditemani dengan secangkir teh memang sangat pas.

Selang beberapa menit. Tante Winda datang dengan membawa nampan. Ia meletakkan nampannya di atas meja besi berbentuk bulat.

"Ta..."

"Hmm."

Gita mengambil cangkir tehnya dan menyesapnya sedikit.

"Kamu seriuskan sama pernikahan kamu?"

Gita tak lantas menjawab. Jujur hanya ditempat ini ia bisa membuka diri dan berbicara sesuka hati. Bersama dengan Tante Winda dan keluarganya, ia merasakan hangatnya kekeluargaan secara utuh.

"Tante kenapa terus-terusan tanya itu sih... Kalau tanya lagi Gita nggak mau main kesini lagi loh." Elaknya karena Tantenya itu tak henti-hentinya mengkhawatirkannya.

"Tante khawatir Gita..."

"Reza mana Tan? Belum pulang ngampus?"

"Gita, jangan alihkan pembicaraan dong."

"Khawatir kenapa lagi Tante..? Tante yang terlalu berlebihan."

"Suami kamu itu keliatan loh sayangnya ke kamu. Orangnya baik, sopan, terpelajar lagi. Kamu jangan berpikir macem-macem ya? Tante yakin banget Abdi nggak seperti Papa kamu. Kamu harus belajar jadi istri yang baik."

"Gita juga nggak ngapa-ngapain kok, Tan. Gita tahu Mas Abdi baik. Baik banget malah. Cuman ya, Gita nggak harus kasih kepercayaan sepenuhnya kan? Apalagi pernikahan baru seumur jagung, Gita nggak mau jadi ceroboh kayak Mama."

"Terus masalah kamu nunda kehamilan, suami kamu udah setuju?"

Gita langsung mengalihkan tatapannya, tak berani menatap mata sang Tante. "Hmm," gumamnya.

Not The Wrong Choice [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang