Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh seluruh siswa SMAN 5 JAKARTA yang dimana merupakan hari ulang tahun SMA mereka. Acara ini akan berlangsung selama 3 hari mendatang. Berbagai macam kesibukan sudah terlihat disepanjang sudut sekolah, terutama pada 3 bidang olahraga seperti Basket, Futsal, dan Bola Volly.
Azifah's POV
" Semangat Zifa!" Ucap Zidny ketika aku mulai memasuki lapangan basket. Aku hanya membalasnya dengan senyuman.
Kali ini, Team Basket Putri SMAN 5 JAKARTA bertanding dengan SMA Harapan Bangsa. Lawan main tersebut tidak menjadi masalah besar bagi anak-anak TBP SMANLITA (SMAN 5 JAKARTA) karena mengingat tahun kemarin kami juga dapat mengalahkan SMA Harapan Bangsa, tapi bukan berarti kami meremehkan mereka, hanya saja kami cukup mengetahui kelemahan permainan mereka.
Permainan ini berlangsung seru. Terdengar suara gemuruh dari masing-masing suporter yang ada disekitar tepi lapangan. Saat aku hendak memasukan bola ke dalam ring, tiba-tiba tubuh mungilku terhempas jatuh ke lantai akibat dorongan keras dari seseorang. Aku mendongakan kepalaku mencari tahu siapa yang mendorongku tadi, aku melihat sepasang manik mata menatapku tajam, dia adalah lawan mainku. Aku tidak mengenal siapa dia, karena mengingat aku juga baru pertama kali mengikuti pertandingan ini. Ada tangan yang menjulur ke arahku seolah memberi bantuan kepadaku.
" Gapapa kan fa?" Tanya kak Lia sambil membantuku berdiri.
" Gapapa kak, cuma kaget aja." Jawabku sambil membersihkan pakaianku yang sedikit kotor akibat terjatuh tadi.
" Gak usah manja." Ucap Kak Agata dengan memandangku tidak suka.Aku hanya terdiam, dan diamku pecah ketika peluit dibunyikan oleh wasit. Kamipun melanjutkan pertandingan ini sampai selesai. Dan kabar baik untuk kami karena TBP SMANLITA memenangkan pertandingan perdana hari ini. Pertandingan dilanjutkan dengan SMA lain yang diundang oleh pihak SMANLITA untuk mengisi acara ulang tahun kami. Dan SMA kami akan bertanding lagi esok hari.
" Lo tadi gapapa kan fa? ada yang luka?" Tanya Zidny dengan heboh ketika aku keluar lapangan. Sahabatku yang satu ini memang selalu mengkhawatirkanku jika terjadi sesuatu pada diriku. Aku beruntung memiliki sahabat sepertinya.
" Gapapa Zee. Ke kantin yuk, aku haus." Jawabku sambil menggandeng tangan Zidny dan bergegas menuju kantin.****
" Bu es jeruknya dua ya." Pesanku pada ibu pemilik kantin.
" Habis olahraga keringetan gitu kok minumnya es sih fa?" Tanya Zidny kepadaku.
" Gapapalah Zee, sekali aja." Ucapku sambil tertawa kecil karena aku melihat ekspresi kesal Zidny yang tak setuju dengan apa yang aku pesan barusan.
" Sekali aja, tapi besok besok lo ulangin lagi." Zidny mendengus kesal. Sedangkan aku yang diajak bicara masih tertawa.
" Ini dek minumannya." Ucap ibu kantin yang menghentikan obralan kami.
" mau duduk dimana?" Tanya Zidny.Aku memperhatikan seluruh ruangan kantin. Tak sengaja aku mendapati pemandangan tidak biasa disana, aku melihat Yudha sedang duduk berdua dengan Mahzaya. Aku mengerjapkan mataku beberapa kali karena sempat tidak percaya dengan pemandangan yang saat ini aku lihat. Sedikit ada rasa sesak di dalam dadaku ketika melihat pemandangan itu, apalagi ditambah dengan gelak tawa yang tercipta diantara mereka. Oh kenapa aku ini, tidak seharusnya aku seperti ini.
" fa lo gapapa?" Tanya Zidny yang berhasil membuyarkan lamunanku.
" e. .eh gapapa." Jawabku gugup yang berhasil membuat Zidny keheranan.
" Jadi mau duduk dimana?" Tanya Zidny kembali menginat pertanyaan yang tadi belum sempat aku jawab.
" Disana aja." Jawabku sambil menunjuk kursi yang agak jauh dari tempat Yudha dan Zaya. Aku berharap Zidny tidak menyadari keberadaan mereka. Entah kenapa, yang pasti aku berharap seperti itu.
" Yaudah ayok." Ucap Zidny sambil menggenggam tanganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Diam
Ficção AdolescenteMengutarakan perasaan memanglah sebuah solusi untuk mendapatkan ketenangan batin, walau sekalipun perasaan itu tak terbalaskan, Tapi menurutku, Mencintaimu dalam diam lebih menenangkan hatiku, Aku terus mengontrol hatiku untuk tidak berlebihan dalam...