5. Kok Baik?

552 57 17
                                    

"Oke," jawab Dian.

Saat Dian ingin berbicara lagi, tiba-tiba ada seseorang yang berteriak. Vania pun terkejut di buatnya.

Aaaaaaaaakkk

"Siapa tuh yang teriak?" Tanya Dian pada Vania.

"Gak tau Dian. Ayo kita keluar," ucap Vania penasaran.

*****

"Lu kalo jalan pakai mata bego! Liat nih baju mahal gue lu kotorin! Gue gak mau tau cepat panggil bos lu kesini," ucap seorang Wanita.

"Maafkan saya. Saya tidak sengaja," ucap karyawan Vania.

Vania yang melihat kejadian itu langsung menghapirinya.

"Maaf Mbak, apakah ada masalah?" tanya Vania.

"Lo gak liat?! Nih baju mahal gue kotor!! Cepat panggilin bos lu," ucap Wanita itu.

"Maaf, saya sendiri bosnya. Berapa harga baju Mbak, nanti saya transfer uangnya," ucap Vania.

"Lu bosnya?!! Gak salah gue? Anak-anak gini dibilang bos haha. Yaudah lu cukup ganti harganya 50 juta," ucap Wanita itu tertawa.

"Silahkan anda tulis nomor rekening anda. Nanti saya transfer," ucap Vania yang mulai geram.

"Nih," jawab Wanita tadi sambil mengeluarkan secarik kertas yang isinya nomor rekening.

Vania pun segera menelfon Pak Eno, dan Wanita tadi langsung terbengong melihatnya.

"Halo Pak. Tolong ya transfer uang nanti saya kirim nomor rekeningnya," ucap Vania.

"Baik non," ucap Pak Eno.

Sedangkan Wanita tadi langsung menatap Vania geram. Wanita itu langsung mengangkat tangannya, dan menampar Vania.

Plak!!

Vania langsung merasakan perih di pipinya. Baru pertama kali Vania ditampar oleh seseorang. Kenal pun juga tidak. Keluarganya dirumah bahkan tidak pernah menampar Vania. Ralat, bahkan untuk mencubit pun tidak pernah.

Karyawan Vania langsung mendatanginya, dan memandang wanita tadi marah. Sedangkan yang ditatap hanya masa bodo. Saat Vania hendak mengeluarkan berbagai macam sumpah serapah Vania melihat ada seorang laki-laki di depan pintu cafenya, dan dia masuk ke dalam cafe sambil menatap wanita tadi dengan marah.

"Tunggu! Bukannya itu Adimas? Buat apa dia kesini, dan ada hubungan apa dia dengan wanita itu," batin Vania bertanya.

"Apa yang lo lakukan jalang! Kenapa lo nampar teman gue!" ucap Adimas geram.

"A...Adimas aku tidak melakukannya, dia yang lebih dulu mencari masalah denganku sayang," ucap Wanita tadi terbata-bata.

Vania yang mendengarnya pun langsung kaget. Adimas membelanya, dan apa tadi dia bilang teman? Vania kira dia tidak menganggapnya teman.

"Cih, sayang lo bilang? Sekarang cepat lo pergi sebelum gue hancurin perusahaan keluarga lo," ucap Adimas marah.

Wanita tadi pun langsung menangis, dan beranjak pergi. Adimas yang melihatnya pun langsung menghembuskan nafasnya kasar.

"Lo Vania kan? Maafin teman gue tadi. Gue harus segera pergi. Mengenai ganti rugi, tolong sampaikan sama bos lo, dan ini nomorku," ucap Adimas sambil menaruh kertas di atas meja.

"What? Itu tadi beneran Adimas? Kok dia baik sih? Wahh, harus kasih tau Friska nih," batin Vania berucap.

"Makasih atas pembelaan lo," ucap Vania lalu beranjak pergi.

Vania langsung pergi, dan karyawannya mengikuti keruangannya. Vania hanya bisa meringis pelan saat menyentuh pipinya yang amat terasa perih.

"Mbak, mau saya ambilkan es batu?" tanya Dian kepada Vania.

"Boleh," ucap Vania.

Dian pun segera mengambilkan es batu di dapur.

"Ini Mbak, es batunya," ucap Dian sambil membawa es batu di dalam mangkuk.

"Makasih ya. Oh iya, yang lain lanjut kerja aja," perintah Vania.

"Yasudah. Kalo perlu bantuan panggil saya aja," ucap Dian berlalu pergi beserta karyawan yang lain.

Tring....Tring.....Tring

Suara dering handphone berbunyi. Vania melihat panggilan masuk, dan segera mengangkatnya sambil meletakkan es batu di pipinya.

"Assalamualaikum Nak. Kamu, cepetan pulang," ucap mama disebrang sana.

"Waalaikumsalam. Iya Ma," ucap Vania.

"Yasudah. Nanti Pak Eno akan menjemputmu," ucap Mamanya lagi, lalu mematikan panggilan.

Vania segera keluar dari kantor, dan pergi keluar cafe.

"Van, mau pulang?" tanya Didi penjaga kasir.

"Iya. Tolong dijaga ya cafe saya. Kalo ada masalah telfon saya". ucap Vania lalu beranjak pergi.

Pak Eno sudah menunggu di depan cafe lalu Vania segera menghampirinya, dan masuk ke dalam mobil.

"Non. Pipinya kenapa? Kok lebam gitu?" tanya Pak Eno khawatir.

"Gakpapa Pak," ucap Vania sambil tersenyum paksa.

Pak Eno mengangguk, dan segera menjalankan mobil.
Di perjalanan Vania hanya bisa meringis pelan. Tak lama setelah itu, mobil sudah sampai di depan pekarangan rumah Vania.
Vania pun langsung pergi ke dalam rumah.

"Assalamualaikum," ucap Vania.

"Waalaikumsalam. Pipi kamu kenapa Nak, kok lebam gitu?" tanya Mama khawatir.

"Gakpapa Ma. Oh iya, Vania ke kamar dulu ya Ma?" ucap Vania.

"Yasudah, nanti malam kita ada acara. Mama harap kamu dandan yang cantik ya," ucap Mama kepada Vania.

"Iya Ma," ucap Vania lalu beranjak pergi ke kamar.

GebetanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang