"Nak, kamu duduk di samping Friska ya," ucap Bapak kepala sekolah sambil menunjuk kursi kosong di samping Friska.
Vania langsung mengangguk, dan berjalan ke arah kursi Friska.
***
"Hai Vania, ketemu lagi hehe," ucap Friska cengengesan.
"Iya. Ngomongnya nyatai aja gak usah terlalu formal," ucap Vania.
"Ok. Oh, iya nanti ke kantin bareng ya?" ucap Friska.
"Ok," ucap Vania lagi.
Vania pun memperhatikan pelajaran.
Tak lama setelah itu Vania melihat ada seorang laki-laki yang baru masuk ke kelas."Edwin! Dari mana saja kamu?! Cepat keluar dari kelas saya," ucap Ibu Nisa marah.
"Aduh. Maaf banget Bu, saya janji gak bakalan ngulangin lagi," ucap Edwin seraya memohon.
"Tidak ada kata maaf. Cepat sana keluar!" bentak Ibu Nisa.
Setelah itu murid yang bernama Edwin tadi keluar kelas. Dengan muka yang masam.
"Gue beneran kagum sama Edwin. Sudah ganteng, sopan lagi," batin Vania berucap.
Bel berbunyi dengan keras.
Friska pun langsung menarik lengan Vania, dan pergi kekantin."Van, kita duduk dipojok sana aja ya? Lo mau pesan apa? Sekalian mau gue pesenin," ucap Friska.
"Oke. Gue mau nasi goreng terus telurnya setengah matang, dan minumnya es jeruk," ucap Vania.
"Yaudah, gue pesen dulu ya? Cepetan kesana nanti tempat duduknya diambil orang," ucap Friska.
Vania pun langsung pergi ketempat duduk itu sambil menunggu Friska datang.
Tiba-tiba, kantin yang tadinya lumayan sepi menjadi ribut sekali seperti pasar. Vania penasaran, dan bertanya pada murid yang sedang lewat."Eh, itu apaan sih? Kok berisik banget?" tanya Vania.
"Oh, itu biasa ada cogan. Gue pergi dulu ya?" ucap murid itu, dan berlalu pergi.
"Oke makasih," ucap Vania.
"Masa cuman gara-gara cogan langsung histeris sih," batin Vania.
Vania tidak sengaja melihat Edwin, dan teman-temannya sedang tebar pesona.
Tidak lama setelah itu, Friska datang sambil memberikan makanan, dan minuman pesanan Vania."Kenapa Van? Kok berseri-seri gitu sih mukanya?" ucap Friska seraya menggoda Vania.
"Gakpapa kok," ucap Vania berbohong.
"Masa sih? Lo lagi suka sama siapa?" ucap Friska.
"Lo peka banget sih Fris. Tapi, lo jangan bilang sama siapa-siapa ya?" ucap Vania malu.
"Iya iya. Cepetan, penasaran nih gue," ucap Friska.
"Sama Edwin hehe," ucap Vania sambil cengengesan.
"Ceilah, seluruh cewe di sekolah ini juga suka sama Edwin, Van. Hati-hati loh jangan sampai ketauan sama fansnya nanti lo bisa di bully," bisik Friska.
"Tapi, gue gak suka kok. Gue cuman kagum lagipula kalo gue suka sama orang cuman gue jadiin gebetan doang, gak pernah ada niat buat jadiin pacar," jujur Vania.
"Bagus banget, gue suka sama gaya lo, hehe. Gue harap kita jadi sahabat ya?" ucap Friska tersenyum.
"Iya, kita sahabat. Gue mau nanya nih sama lo. Tapi, lo jangan marah ya?" ucap Vania.
"Nanya aja gakpapa kok," ucap Friska.
"Emm, lo gak punya teman disini?" ucap Vania berhati-hati.
"Enggak Van, orang yang sekolah disini bertemannya suka pilih-pilih mereka gak mau temenan sama orang kampung kayak gue," ucap Friska lesu.
"Beneran? Yaudah, lo temenan sama gue aja Fri. Gue gak bakalan kayak mereka kok," ucap Vania memastikan.
"Iya Van. Makasih banget ya, gue beruntung dapet sahabat baik banget kayak lo," ucap Friska seraya memeluk Vania.
"Iya," ucap Vania sambil membalas pelukan Friska.
Friska berasal dari keluarga yang kurang mampu. Menurut Vania itu tidak masalah asalkan dia tidak menusuk Vania dari belakang.
Setelah makan-makan. Vania, dan Friska segera menuju kelas. Saat di perjalanan, Vania tidak sengaja menabrak seseorang hingga Vania terjatuh ke lantai.
"Woy, kalo jalan itu pakai mata!" ucap seorang laki-laki.
"Tunggu! Itu kan suara Adimas, jangan-jangan nabrak dia lagi," batin Vania berucap.
Vania langsung mendongakkan kepalanya dengan hati-hati, dan benar saja itu Adimas.
"M..maaf aku tidak sengaja," ucap Vania terbata-bata.
"Ah, untung cantik lo. Kalo gak udah gue bully," ucap Adimas menyeringai.
Friska yang melihat lutut Vania terluka langsung membawanya ke UKS.
Adimas yang melihatnya pun langsung merasa bersalah, dan mengikutinya."Ngapain kita ke UKS Fri?" ucap Vania bingung.
"Nohh, kaki lo luka," ucap Friska.
"Cuman luka kecil juga. Udah deh, mending kita ke kelas. Nanti kita ketinggalan pelajaran," ucap Vania
"Ssttt. Udah duduk aja gue obatin nih," ucap Friska.
"Iya Mbak," ucap Vania cengengesan.
Vania tidak sengaja melihat ada seseorang yang berdiri di depan pintu UKS, dan dia mengenali orang itu.
"Dim, ngapain lo disitu?" ucap Vania bingung.
Adimas pun mendekat, dan berbicara kepada Vania masalah tadi. Ia merasa bersalah, dan segera meminta maaf kepada Vania.
Friska yang melihatnya pun cuman melongo. Pasalnya, Adimas itu jarang sekali baik dengan seseorang. Ralat, hampir tidak pernah sama sekali baik dengan seseorang, dan ini dia baik dengan Vania. Tentu saja membuat Friska kebingungan.
"Sifatnya aneh, tadi dia marah-marah sekarang malah lembut. Sepertinya rumor itu benar, anak ini mempunyai kepribadian ganda," pikir Friska.
"Maaf banget ya. Nanti, pulang sekolah gue traktir deh di cafe dekat sini," ucap Adimas seraya memohon pada Vania.
"Gak usah," ucap Vania dingin.
"Hmm, oke. Gue pergi ke kelas dulu. Semoga cepat sembuh," ucap Adimas sambil tersenyum manis.
Vania yang mendengar ucapan Adimas tadi jantungnya langsung berdegup kencang. Entahlah Vania juga tak tau mengapa, dan pipinya langsung memanas.
"Dasar, cowok playboy cap badak. Bisanya bikin cewe baper," ucap Friska.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gebetan
Teen Fiction[ FIRST STORY ] "Mengapa sifatmu seperti itu? Maksudku kadang dingin, kadang lembut, dan kadang juga pemarah? Aku bingung. Kau sangat sulit untuk di tebak, tidak seperti orang lain yang sifatnya sangat mudah kutebak. Apa kau memiliki gangguan Diso...