9. Di bully (1)

374 26 16
                                    

Polisi datang dan segera memborgol Gilang. Setelah itu para polisi  memasukan Gilang ke dalam mobil tahanan. Di balik kaca Gilang tertawa lalu meneriaki Dimas yang membuatnya menegang.

"Akan ku pastikan, setelah aku lolos dari penjara, aku akan membunuhmu termasuk juga kau cantik," ucap Gilang menunjuk Vania dan kemudian tertawa.
***

Vania yang mendengar ucapan tersebut lantas ketakutan, Dimas pun segera menghampiri Vania. Tapi, sudah terlambat karna saat ini Edwin sudah memeluknya.

"Sial ," batin Dimas

Sementara itu, Vania sekuat tenaga menahan tangisnya. Ia tidak ingin menunjukan air matanya. Tapi, setelah Edwin mengatakan menangis saja akhirnya rubuhlah pertahanan itu.

"Van? Nangis aja gapapa," ucap Edwin seraya memeluk Vania.

"Hiks, g..gw takut kenapa saat itu gw mau nolongin Dimas? Tolol ya gw?" ucap Vania terisak.

Edwin pun mengeratkan pelukannya dan mengelus puncak kepala Vania.

"Udah, gapapa Van, itu artinya lu baik" ucap Edwin.

"Haha, gw terlalu baik yakan?" tawa Vania disela tangisnya.

Friska pun segera membawa Vania ke wc, karna jika di biarkan pasti akan ada masalah lagi yang semakin besar. Lihat saja sekarang, banyak yang menatap Vania dengan tatapan sinis dan ingin membunuh mungkin?

"Huft, sepertinya setelah kejadian ini ada acara membully," batin Friska seraya menghembuskan nafasnya kasar.

Mereka pun segera memasuki wc dan Vania juga langsung membasuh mukanya.

"Fris, keknya setelah kejadian ini gw bakalan di bully," ucap Vania pada Friska.

"Hooh, gw pasti juga bakal di bully Van," ringis Friska.

Vania membuka pintu. Tapi, tidak bisa karna ada seseorang yang menguncinya dari luar. Friska pun mencoba membuka pintu tapi nihil.

"Gimana nih Fris?" tanya Vania.

"Tenang Van, kita lama-lama ae disini" Tawa Friska.

Vania menyerit bingung "Napa dah?" tanya Vania.

Friska mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Sedangkan Vania hanya menatap bingung

"Ini," ucap Friska sambil memegang kunci yang banyak.

"Wehh, banyak amat. Kunci apaan tuh?" tanya Vania.

"Kunci semua kelas, uks, kantin, gerbang sekolah, wc, gudang dan kunci hati juga ada," ucap Friska tertawa.

"Setdah, dalam keadaan kek gini lu masih ngelawak? Ckck," ucap Vania lalu tertawa.

Friska langsung mencari kunci wc dan membuka pintu. Mereka keluar dari wc, dan melihat koridor telah sepi, yang menandakan jam pelajaran sudah di mulai sejak tadi. Vania menghela nafas, lalu mereka berdua berjalan menuju kelas.

"Sepi njir," ucap Friska.

"Iyalah, kan dah bel masuk kelas," ucap Vania.

"Hehe, abis ini pelajaran guru killer njir," ucap Friska seraya menepuk mukanya.

"Mampos dah," ucap Vania meringis.

Mereka pun sudah tiba di depan kelas. Vania meneguk ludahnya, sedangkan Friska meringis. Bagaimana nasib mereka nanti? Pasti gurunya itu akan menghukumnya. Seperti membersihkan gudang, lapangan, atau wc. Saat mereka ingin masuk tiba-tiba Edwin mencekal tangan Vania dan Edwin mengetuk pintu kelas.

"Misi Bu, boleh kami masuk kelas?" ucap Edwin.

"Darimana kalian?" tanya Gurunya yang bernama Desi.

"Dari uks Bu, tadi Vania sakit," sahut Friska takut ketauan bohong.

"Yasudah silahkan masuk, lain kali jangan begini lagi," ketus Bu Desi.

"Iya Bu," ucap Edwin.

Vania dan Friska duduk di bangkunya. Edwin? Lelaki itu mengeluarkan buku dari dalam tasnya, dan mencatat pelajaran yang ada di papan tulis. Friska yang menyadari Vania terus menatap Edwin langsung menyipitkan mata.

"Oii, biasa aja kali liatinnya," bisik Friska pelan.

"Budu ah, gw tadi di peluk ama ntuh orang? Berasa kek mimpi sumpah," ucap Vania tersenyum.

"Elehh, kalo taken ga kasih peje, gw tampol lu," ucap Friska.

"Iyain biar cepet," Ucap Vania.

Saat Friska ingin menyahuti perkataan Vania. Friska melihat ada seorang perempuan yang sedang bersembunyi dekat dengan pohon-pohon.

"Van, keknya ada penguntit dah," ucap Friska.

"Hah? Man,-" ucapan Vania terpotong karna saat ini orang tersebut telah berdiri di depan ruang masuk kelas.

Bersambung....

~~~•~~~•~~~•~~~•~~~•~~~•~~~•~~~•~~~
Ceritanya pendek? Mianhae. Karna saat ini Author lagi ga enak badan. Jadi ya gini dah, bentar nulis, bentar minum obat. Gitu ae terus ampe sekarang :v

GebetanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang