"A..apaan sih," ucap Vania
"Gue gak bercanda Van, gue tunggu jawaban lo besok". ucap Dimas tersenyum.
"Astaga, anak ini benar-benar gila! Apa yang harus gue lakuin," batin Vania lagi.
***
Suara ayam berkokok mulai terdengar. Alaram Vania pun juga berbunyi, ia bangun dari tidurnya dan kembali mengingat kejadian tadi malam. Vania tersenyum, ia merasa malam tadi bukanlah nyata tapi mimpi?
Tiba-tiba, Mamanya masuk ke kamar sambil menatap heran anaknya yang sedang tersenyum sendiri. Mamanya pun langsung mengejutkan Vania dan alhasil Vania pun terkejut seraya mengatakan nama Dimas.
"Ciee, nama siapa tuh tadi yang disebut," goda Mama
"A..anu Ma, si itu loh," gagap Vania
"Siapa hayoo, Mama telpon ahh si Dimas," jawab Mama
"Ngapain telpon si Dimas," tanya Vania
"Biar berangkat sekolah bareng," goda Mama
Tanpa aba-aba Mama langsung menelfon Dimas dan Vania hanya bisa melongo.
"Udah buruan sana siap-siap. Ntar, Dimas kelamaan nunggu," ucap Mama
"Ma, jahat banget sih. Masa iya Vania berangkat sama Dimas," rengek Vania
"Gak ada tapi-tapian. Cepet sana," tegas Mama
Vania hanya mengangguk lesu, Ia tidak tau harus bagaimana. Sempat terpikir di benaknya. Kabur atau hadapi saja. Kalau ia memilih kabur sama saja ia menjadi anak pembangkang tidak mengikuti perintah Mamanya. Tapi kalau dia memilih hadapi saja, ia harus memiliki mental yang kuat karna tiba disekolah nanti pasti akan banyak orang yang akan bertanya dan membully?
"Yasudahlah, gw hadapin ae. Kalo gw di bully," batin VaniaVania pun langsung bergegas mandi dan sesudah itu berpakaian. Sehabis rutinitasnya tadi Vania langsung menuju ke ruang makan. Saat ingin menuruni tangga Vania menyipitkan mata. Ia terkejut Dimas sudah menunggunya dan menatapnya sambil tersenyum.
"Van, buruan sini ngapain ngelamun disitu," ucap Mama
"Iya Ma," jawab Vania seraya menghampiri
Vania duduk di meja makan dan mengambil piring lalu menaruh lauk pauknya.
"Ambilin Dimas lauk pauknya Van," ucap Mama
"Sabarkan Vania ya allah," batin Vania meringis
Vania mengambil piring lalu menaruh lauk pauknya di piring Dimas. Dimas yang melihatnya tersenyum, dan langsung memakannya, sedangkan Mamanya daritadi menatap jahil anaknya.
"Dimas naksir ya, sama anak tante," goda Mama
"Eh, e..enggak kok tante," sahut Dimas terbata-bata
"Gausah malu-malu, tante kasih lampu ijo kok," ucap Mama seraya tertawa
Vania pun langsung mengalihkan pembicaraan.
"Eh, udah jam berapa nih," tanya Vania
"Udah jam 7," sahut Dimas
"Buruan sana berangkat," ucap Mama
"Iya Ma," ucap Vania lalu berpamitan
Dimas pun membuka pintu mobil untuk Vania. Sedangkan Vania terheran-heran.
Di perjalanan, Vania hanya diam saja tidak dengan Dimas yang daritadi membicarakan hal yang berhubungan dengan Anime.
Tidak terasa, sebentar lagi mereka akan sampai sekolah. Vania pun berencana akan turun sebelum di depan pintu gerbang sekolah."Dim, turunin gw dong disini aja," ucap Vania
"Gak," sahut Dimas dingin.
"Oke, kalo lu gak mau turunin gw, gw bakal keluar dari mobil sekarang," ucap Vania
"Yaudah sana, hati-hati ya," sahut Dimas
Vania yang mendengar ucapan Dimas langsung terdiam. Vania memegang pintu dan ingin membukanya tapi langsung di tahan Dimas.
"Apaan lagi sih nih orang dasar kepribadian ganda," batin Vania
"Apa? Lu bilang tadi kagak mau nurunin gw kan? Ngapain tangan gw dipegangin," sinis Vania
Dimas menepikan mobilnya dan langsung memberikan Vania bucket isinya bukan bunga tapi makanan ringan.
"Lah, ngapain lu ngasih gw kek beginian? Terus kenapa isinya bukan bunga," tanya Vania
"Karna lu bukan orang mati, jadi gw kasih yang isinya makanan," jelas Dimas seraya mengusap rambut Vania
Vania tersenyum, ia merasa pipinya memanas dan langsung keluar dari mobil karna ia sangat malu. Dimas yang di dalam mobil juga tersenyum dan kembali melajukan mobilnya menuju sekolah
"Haduh, tuh orang napa sih. Tadi dingin dan sekarang malah sok romantis," batin Vania
Saat Vania ingin melanjutkan jalannya ia di kagetkan dengan seseorang dan tersenyum meremehkan.
"Gimana jalan sama Dimas? Enak gak?" ucap Rara
"Maksudnya apaan ya? Kakak kelas yang cantik" jawab Vania
"Wah, nantang elu nih Ra," sahut Dina
"Duh, kok tangan gw gatel yak pen cakar muka nih anak," ucap seniornya yang bernama Rara
Vania tidak menghiraukan ucapan Rara dan kembali melanjutkan jalannya. Rara yang merasa di hiraukan geram tetapi terpaksa ia tahan karna Vania sudah masuk ke gerbang sekolah.
"Liat aja ntar, gw bakalan bikin hidup lu menderita," batin Rara
Bersambung
~~~~~~~~~~~~~~~•••~~~~~~~~~~~~~~~
Haiii manteman :v Author udah comeback? Gimana ceritanya? Pendek kan? Sori ya ceritanya pendek tapi tenang, ntar aku update lagi yang pasti bakalan lebih panjang kek jalur kereta
Api tut...tut...tut siapa hendak turun :v yailah malah nyanyi :v
Udah dulu ya :v terus yang comment kapan update, nih udah aku update jadi jan lupa vote and comment :v karna itu sangat berarti buat semua para penulis
Sekian dan terima kasih
-Author
![](https://img.wattpad.com/cover/103792241-288-k817546.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Gebetan
Teen Fiction[ FIRST STORY ] "Mengapa sifatmu seperti itu? Maksudku kadang dingin, kadang lembut, dan kadang juga pemarah? Aku bingung. Kau sangat sulit untuk di tebak, tidak seperti orang lain yang sifatnya sangat mudah kutebak. Apa kau memiliki gangguan Diso...