6. Di tembak

614 55 20
                                    

Percayalah, jika kau menyukai seorang wanita nyatakan lah perasaanmu. Urusan diterima atau tidaknya itu belakangan. Yang penting jangan banyak kode nanti keburu direbut orang lain.
-Adimas

***

Terdengar suara pintu diketuk. Vania masih saja bergulat di dalam selimut. Mama pun masuk kedalam kamarnya, dan hanya bisa menggelengkan kepala.

"Nak, ayo cepat bangun. Tamunya bentar lagi datang," ucap Mama.

"Nggh.. 5 menit lagi Ma," Jawab Vania.

"Cepetan. Kebo banget sih kamu," ucap Mama sambil menyibak selimut.

"Iya, ini Vania bangun," ucap Vania lalu beranjak pergi ke kamar mandi.

Setelah itu, Mama langsung pergi ke luar kamar Vania.

Ceklek...

Pintu kamar mandi pun terbuka. Vania langsung berpakaian, dan berdandan sedikit.
Ia segera pergi ke Ruang tamu.

"Ma, emang siapa sih tamunya?" tanya Vania.

"Nanti kamu juga tau," jawab Mama

Terdengar suara bell rumah. Mama pun menyuruh Bibi membuka pintu.

"Assalamu'alaikum," ucap seorang Pria.

"Wa'alaikumsalam, Ayo masuk dulu," ucap Mama menghampiri.

Pria, dan wanita tadi pun masuk ke dalam rumah.

"Tunggu! Bukannya itu Adimas? Ngapain dia disini? Pokoknya gue harus sembunyi. Tapi dimana?
Ah, iya di kamar," batin Vania.

Saat Vania ingin pergi terdengar suara Mamanya dari arah dapur memanggilnya, dan terpaksa Vania menghampirinya.

"Kenapa Ma?" ucap Vania lesu.

"Kamu kenal gak sama Adimas?" tanya Mama.

"Emm, kenal Ma" ucap Vania

"Masih ingat gak sama dia?" tanya Mama lagi.

"Ingatlah Ma, satu sekolah gitu. Emang kenapa Ma?" Tanya Vania bingung.

"Dia kan temen kamu waktu kecil," ucap Mama.

"Hah? Masa sih. Mama jangan boong lah," ucap Vania kaget

"Ngapain Mama boong Nak, kalo gak percaya liat aja di foto, dan mukanya pasti sama ya meskipun agak beda dikit sih," ucap Mama.

Vania pun mengambil foto yang berada di album, dan kembali mengingatnya. Ternyata benar! Itu Dimas kecil yang imut.
Mama langsung pergi ke Ruang tamu, dan berbicara dengan orang tua Dimas.

Suara mobil terdengar yang menandakan Ayah pulang. Ayah memasuki rumah lalu bergabung dengan orang tua Dimas.

"Lama tak berjumpa Bro!" ucap Ayah dengan bahasa gaulnya.

"Haha iya. Mana anak lo? Lo bilang pengen ngenalin sama keluarga gue," ucap Ayah Dimas.

"Oke. Rupanya lo udah gak sabar lagi," ucap Ayah tertawa.

GebetanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang