10. Terima

450 29 3
                                    

Saat Friska ingin menyahuti perkataan Vania. Friska melihat ada seorang perempuan yang sedang bersembunyi dekat dengan pohon-pohon.

"Van, keknya ada penguntit dah," ucap Friska.

"Hah? Man,-" ucapan Vania terpotong karna saat ini orang tersebut telah berdiri di depan ruang masuk kelas.

***

"Eh, udah keluar dari wc?" sinis Rara.

"Udah dong," sahut Friska.

"Eh, nantang lu?!" ucap Rara marah.

"Kenapa emang? Abisnya lu sembunyi di semak-semak, macam maling," ucap Friska tertawa.

"Udah Fris, pergi yoks gausah di dengerin," ucap Vania lalu menarik Friska pergi.

"Eh lu, mau kemana ha?!" teriak Rara.

Tapi, Vania dan Friska tidak menghiraukannya. Mereka terus berjalan dan tiba lah di kantin sekolah.
Semua mata tertuju ke arah Vania banyak menatapnya dengan tatapan memuja bahkan juga ada yang menatapnya dengan tatapan membunuh. Vania yang ditatap seperti itu lantas, menundukkan kepalanya.

"Oi, pen makan apaan?" tanya Vania.

"Roti sobek ada ga?" sahut Friska.

"Ada tuh banyak di kantin," ucap Vania.

"Bukan itu njir," sahut Friska.

"Lah, terus apaan," tatap Vania.

"Tapi ini," ucap Friska seraya mengeluarkan hpnya dan menunjukkan sesuatu kepada Vania.

Vania pun sukses melongo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Vania pun sukses melongo. Friska yang melihatnya langsung tertawa terpingkal-pingkal.

"Kyakk, tydack mata dede ternodai," ucap Vania seraya menutup matanya.

Friska tertawa, banyak yang memandang aneh ke arah meja mereka. Sedangkan Vania, ia kembali membuka matanya dan melihat Foto tadi.

"Yaallah menggoda iman," ucap Vania.
"Anjir lah," tawa Friska.

Tiba-tiba dari arah kejauhan datanglah Dimas dengan teman-temannya. Kantin yang tadi ramai mendadak sepi. Dimas berjalan ke arah meja dimana Vania dan Friska sedang duduk.

"Bahh, ngapain orang ini kesini," batin Vania.

Adimas duduk di hadapan Vania dan menatap Vania seolah ingin mengatakan sesuatu.

"Van, gw pen ngomong sama lu," ucap Dimas.

Friska menatap mereka dengan tatapan penuh selidiki.

"Ngomong paan sih Dim? Kalo mo ngomong ya, disini ae," cerocos Friska tiba-tiba.

"Masalahnya, ini bukan omongan biasa njay," ucap Dimas kesal.

"Woahh, tumben lu ngomong njay. Kaget gw sumpah dah," ucap Friska.

Dimas hanya menatap Friska datar. Sangat datar mirip dengan tembok. Friska pun ikut menatap Dimas datar.

Vania yang melihat mereka saling menatap datar langsung tertawa.

"Apaan dasar gila mereka," batin Vania berucap.

"Cepet, mo ngomong apa?" tanya Vania.

"Itu pertanyaan gw minggu lalu, gimana? Lu terima kagak?" tanya Dimas.

Vania yang mendengar pertanyaan tersebut lantas tersedak air liurnya sendiri. Ia sendiri saja belum memikirkan jawabannya sama sekali. Friska yang melihat Vania nampak berpikir mulai penasaran dan segera bertanya dengan Dimas.

"Pertanyaan apa sih?" tanya Friska.

Dimas tidak menjawabnya. Ia masih memandang Vania yang nampak sedang berfikir.

"Lu nolak gw Van?" tanya Dimas pelan.

"Hah?" bingung Vania.

"Gw belom ngomong apa-apa, dengerin dulu napa. Atau lu emang mau gw tolak ya?" sahut Vania lagi.

"Enggak Van, buruan makanya," ucap Dimas.

"Gw bingung," ucap Vania

"Kenapa bingung? Lu cukup bilang ya atau gak," ucap Dimas memastikan.

"Yaudah lu jawab atau aja Van," sahut Friska tiba-tiba.

Astaga, begitu bodohnya Friska. Di saat seperti ini malah mengatakan kata lucu. Dimas langsung menatap Friska dingin, melebihi es di kutub utara mungkin?

"Gimana Van?" tanya Dimas lagi.

"Ngg, gw bingung Dim," ucap Vania tertunduk.

"Yaudah, gw bakalan jawab. Gg..gw
m,-"

Ucapan Vania terputus karna Edwin yang tiba-tiba datang dan langsung merangkul Vania. Tentu saja yang berhadapan langsung dengan Dimas.

"Eh, ngapain Win?" tanya Vania seraya melepas rangkulan Edwin.

"Ya, nemenin lu makan lah," ucap Edwin.

"Hah?" bingung Vania.

Muka Dimas mengeras ia mencoba menahan emosinya, dan langsung berjalan ke luar kantin. Tapi, sebelum menuju keluar kantin, Vania mengucapkan sesuatu yang membuat seluruh penghuni kantin histeris.

"Dim, gw mau kok sama lu," teriak Vania.



***
Haiiii, ku sudah kembali huhu :v ada yang kangen tidak :v tidak ada okedeh :v
Jan lupa tinggalkan jejak berupa comment and vote tq.

Sampai jumpa minggu depan lagi manteman hwhw :v

-Author

GebetanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang