"Duh, kok tangan gw gatel yak pen cakar muka nih anak," ucap seniornya yang bernama Rara.
Vania tidak menghiraukan ucapan Rara dan kembali melanjutkan jalannya. Rara yang merasa di hiraukan geram tetapi terpaksa ia tahan karna Vania sudah masuk ke gerbang sekolah.
"Liat aja ntar, gw bakalan bikin hidup lu menderita," batin Rara.
***
Vania menyipitkan matanya saat tiba di pintu gerbang sekolahnya, ia melihat Friska di mobil. Tidak, bukan itu yang membuatnya menyipitkan mata. Tapi, seorang laki-laki yang hendak membuka pintu mobil untuk Friska.Vania membatin "kek kenal itu cowo, tapi siapa ya?"
Friska sudah turun dari mobil, dan segera menghampiri Vania yang nampak memikirkan sesuatu.
"Pagii. Btw, sejak kapan lu berdiri di sini Van?" tanya Friska.
"Sejak negara api menyerang," sahut Vania.
"Anjay, gw tanya malah ngereceh," ucap Friska tertawa.
"Lu kira gw pengamen?" jawab Vania kesal.
"Iya, pengamen di hatiku," sahut Edwin.
Vania terkejut bukan main, karna Edwin yang tiba-tiba datang menghampiri mereka. Sedangkan Friska, menatap Vania dan Edwin dengan tatapan curiga.
"Sejak kapan kalian saling kenal?" tanya Friska kepada Vania dan Edwin.
"Sejak di uks," ucap mereka berbarengan.Friska langsung menatap mereka berdua dengan tatapan menggoda. Vania yang di tatap seperti itu paham akan maksud Friska.
"Ciee samaan," goda Friska cekikikan
"Gak sengaja," cerocos Vania
Edwin menggaruk tenguknya yang tidak gatal. Mereka terlalu asik berbicara hingga lupa, bahwa sebentar lagi bel masuk sekolah akan berbunyi. Vania melirik jam tangannya.
"Sepertinya 5 menit lagi bel akan berbunyi," batin Vania.
Kring...kring... Kring
Gotcha! Benarkan? Friska langsung menarik Vania menuju kelas. Edwin? Pria itu hanya mengikuti dari belakang. Di koridor kelas nampak berisik sekali, banyak murid sedang bergerombolan. Seperti sedang mengantri masuk ¹Mubank jakarta.
Vania yang penasaran, mendekati para gerombolan anak murid dan betapa terkejutnya apa yang sedang ia saksikan saat ini.
Sehun sedang mojok dengan miper?
Ehh, bukan. Tapi ini lebih hot daripada itu. Seorang laki-laki sedang berkelahi dan membawa pisau?
Vania yang menyadari itu langsung membelalakan matanya, karna Dimas di bawah pria yang sedang memegang pisau itu. Vania melihat disekitarnya, mengapa teman-temannya yang lain hanya melihatnya? bahkan ada juga yang merekam kejadian itu.Satu kata untuk teman-temannya
Bodoh!
"Dasar goblok lu semua! Lu kagak liat Dimas lagi bahaya! Bukannya di tolongin malah di liatin, ini lagi ngapain di video? Lu mau nyebarin ha? Terus ntar sekolah kita tenar. Gitu? Iya tenar sih tapi, tenar karna sekolah paling buruk!" ucap Friska.
Masa bodo dengan teman-temannya yang habis ini ingin mem²bully atau membunuhnya mungkin? Friska tidak habis pikir dengan teman-temannya itu.
"Dimana mereka menaruh otak? Dasar kebanyakan makan micin ya gini," batin Friska kesal.
Sementara itu, Vania pergi, berlari menuju ruang guru. Ia memberitahukan kepada guru-guru bahwa ada perkelahian dan salah satu di antara mereka membawa pisau. Para guru pun nampak terkejut dan segera pergi menghampirinya.
Mereka langsung mendekati murid tersebut dan saat ingin memisahkan mereka. Murid yang bernama Gilang itu langsung menatap semua orang seraya tertawa.
"Jangan mendekat kalian! Jika salah satu di antara kalian mendekat. Maka, pisau yang aku pegang ini akan ku tancapkan di kepalanya," tawa Gilang.
Dimas yang di bawahnya memikirkan cara agar bisa lepas dari Gilang. Tapi, nihil? Dimas menatap Vania yang daritadi nampak cemas. Dimas tersenyum simpul.Para Guru tidak berani mendekat. Bahkan salah satu Guru sudah memperingatkan Gilang, agar jangan macam-macam dengan Dimas. Tapi Gilang hanya tertawa.
"Jangan lakukan itu padanya," ucap Vania.
Semua mata tertuju kepada Vania termasuk juga Dimas. Dimas bingung, mengapa gadis ini berbicara seperti itu. Pertanyaan demi pertanyaan bekecamuk di kepalanya.
"Jika kau ingin membunuhnya hadapi aku dulu," ucap Vania dengan beraninya.
"Kau gila? Untuk apa aku melawan wanita lem,-
Ucapan Gilang terpotong karna, saat ini pisau yang ia pegang sudah lepas dari tangannya dan Dimas langsung menghajar Gilang.
Polisi datang dan segera memborgol Gilang. Setelah itu para polisi memasukan Gilang ke dalam mobil tahanan. Di balik kaca Gilang tertawa lalu meneriaki Dimas yang membuatnya menegang.
"Akan ku pastikan, setelah aku lolos dari penjara, aku akan membunuhmu termasuk juga kau cantik," ucap Gilang menunjuk Vania dan kemudian tertawa.
Bersambung...
Ket:
¹Mubank : Music Bank,
(Bahasa Korea: 뮤직뱅크) adalah acara televisi musik Korea Selatan disiarkan oleh Korea Broadcasting System, KBS.
²bully: Bully, suatu kata yang mengacu pada pengertian adanya “ancaman” yang dilakukan seseorang terhadap orang lain yang umumnya lebih lemah atau “rendah” dari pelaku
KAMU SEDANG MEMBACA
Gebetan
Fiksi Remaja[ FIRST STORY ] "Mengapa sifatmu seperti itu? Maksudku kadang dingin, kadang lembut, dan kadang juga pemarah? Aku bingung. Kau sangat sulit untuk di tebak, tidak seperti orang lain yang sifatnya sangat mudah kutebak. Apa kau memiliki gangguan Diso...