Part 20

3.2K 219 45
                                    

Aku kembali...

Maafkan keterlambatan yang terlalu lama inih...

Butuh waktu yg lebih biar cerita yang aku bikin ga ngaco..

Hehehe...

Enjoy reading...

---------------------

Edward membolak balik kertas itu dengan kerutan tercetak jelas di keningnya, kertas yang baru saja di keluarkan dari Amplop cokelat itu tergeletak begitu saja di mejanya, beberapa kali ia menarik nafas, tidak habis fikir dengan isi surat yang berisi

SURAT PENGUNDURAN DIRI

dari Damian,

Edward memijat keningnya perlahan, memikirkan apa yang terjadi dengan pria itu, yang mengundurkan diri tanpa aba-aba

Mengangkat gagang telfon dan menekan angka dua di tuts nya

"Damian.. Ke ruangan ku sekarang...!" pintanya, lalu menutup telfon, di lipatnya kembali kertas putih itu, dan di masukkan ke dalam amplop,

Tidak lama pintu di ketuk dari luar,

"Masuk..!" ucap Edward

Damian melangkah santai ke dalam ruangan, membuka kancing jasnya dan duduk melipat kaki

"Ada apa?, tidak biasanya..." tanya pria itu dengan jemari menyatu

Edward mengangsurkan amplop cokelat itu ke arah Damian, yang di sambut kerutan kening dan tatapan bertanya

"Apa itu?" tanyanya

"Kau fikir itu apa?, apa maksudmu?" tanya Edward, sedikit tidak suka dengan tingkah Damian yang seolah tidak tahu apa-apa

Damian mengangkat alisnya, meraih amplop dan membukanya, membentangkan kertas dengan alis menajam ia membaca setiap kata yang tergores di kertas putih itu

"Ini apa?, kau memecatku?" tanyanya dengan wajah sedikit bingung

"Itu Surat Resign mu... Kau yang membuatnya,"

"Tidak mungkin... Aku tidak pernah berniat sekalipun keluar dari sini..."

"Lalu surat itu?" tanya Edward menopang dagu dengan punggung tangannya

"Aku tidak tau...!" Damian mengerutkan keningnya berfikir, mencoba mengingat ngingat kapan ia menulis surat itu, beberapa saat kemudian menggelengkan kepalanya "aku tidak pernah menuliskannya..!"

"Lalu bagaimana surat itu ada di mejaku?, kau mengerti peraturan perusahaan ini bukan, bila kau berniat RESIGN, maka surat itu harus sampai di mejaku sebulan lalu, agar aku dapat mendapatkan penggantimu saat kau pergi," jeda sesaat

Damian membuka mulut akan menyanggahnya, tapi Edward kembali bicara

"Walaupun kau dan aku bekerja sama disini, bukan berarti kau bisa melanggar begitu saja bukan, laba mu akan di salurkan setiap bulannya bila kau benar-benar keluar, seandainya aku mengabulkannya, itu akan terjadi di bulan berikutnya,"

"Tapi aku tidak pernah menulisnya...!"

Edward mengangkat bahu, sejujurnya ia juga tidak mengerti, bagaimana bisa rekanan sekaligus sahabatnya itu mengundurkan diri saat perusahaan membutuhkan dirinya, tapi dia juga harus professional disini, bisnis tidak mengenal teman, saat teman bisnisnya ingin melangkah keluar, maka ia tidak bisa menahannya begitu saja

"Fikirkan lagi...!" pinta Edward dengan nada merendah, mencoba tidak menyinggung perasaan pria yang kini mengetatkan rahagnya itu

Damian mengangkat wajah, menatap wajah Edward "tapi aku tidak pernah menuliskannya...!"

The Wedding Planer 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang