Part 22

2.5K 183 9
                                    

Aku kembaliii...
Lama yaaa.. Hahaha...

Biar kalian penasaran

Enjoy reading...

Laft U...

----------------

Damian menoleh perlahan, menatap rindu pada gadis yang sudah tidak bertemu dengannya selama seminggu itu, bayangkan.. Seminggu saja.. Rasa rindu ini begitu hebat, bagaimana kalau Christ ternyata tidak menerima lamarannya,

"Apa yang kau lakukan disini? Kenapa membuatku khawatir.? Semua orang bilang kau menungguku di jembatan dengan setangkai bunga.. Mana bunga nya?? Kenapa tidak menungguku?? Bagaimana kalau aki tidak menemukanmu... Kau tau... Aku hampir hilang akal mencarimu.. Sampai aku tidak tahu lagi harus mencari kemana.. Dan kau malah..."

Damian tidak menjawab, ia menegakkan tubuhnya menatap Christ tanpa berkedip, wajah lelah gadisnya menjadi ilusi nyata di matanya, yang ia lakukan adalah, melangkah cepat ke arah gadisnya dan mendekap erat tubuh mungil itu di dalam tubuh besarnya, memastikan bahwa gadis itu benar-benar ada, menasehati dan berbicara padanya semaunya.. Damian menciumi harum rambut gadis yang membuatnya tidak bisa tidur selama beberapa hari,

Christ mengerjap, kaget dengan gerakan tiba-tiba lelaki rupawan itu,

"Aku merindukanmu..." bisik Damian tanpa peduli semua ucapan Christ, tatapan mereka bertemu, Christ tersenyum samar, Damian menatap kedua mata gelap itu bergantian, menggesekkan hidung runcingnya dengan wajah menggemaskan itu,

"Aku merindukanmu Christy... Sungguh... Aku sangat merindukanmu...!" ucapnya berkali-kali, kembali di dekapnya tubuh mungil ber aroma vanilla itu, menenggelamkan wajahnya di antara lekukan leher dan bahu Christ, menghirup dalam-dalam aroma gadis itu, bibirnya beralih ke kening Christ dan melekat lebih lama disana

Rasa rindunya menguap, bahkan semakin ingin membawa gadis itu ke dalam kehidupannya, tangan mungil gadisnya mengusap kepala Damian,

Pria itu menyejajarkan wajahnya perlahan, meneliti wajah Christ beberapa saat, berkedip lambat seiring melambatnya waktu di antara mereka, sekedar memuaskan lapar mata yang rindu akan senyum syahdu dan telinga yang mendamba suara riang gadis mungil itu, senyuman tipis dengan kerlingan menggoda membuat Christ mengerjap kembali, perlahan wajah Damian mendekat hingga ia Mendaratkan bibirnya di bibir Christ, untuk beberapa detik pertama dia diam, hingga perlahan bergerak melumat setiap inci bibir gadis itu, menghisap dan memagutnya dengan perlahan, Christ mengalungkan tangannya di leher Damian, membalas ciuman pria itu, menjawab rasa rindu Damian yang terasa di setiap sentuhan nya,

Ciuman keduanya semakin dalam, Damian mengangkat tubuh Christ ala Brydal tanpa melepaskan ciuman mereka, menuju pintu apartment Christ, Christ menggesekkan kartu apartmentnya, hingga pintu itu terbuka, Damian membawa Christ kedalam apartment, di tendangnya pintu dalam satu hentakan hingga tertutup sempurna,

Kedua bibir itu terus menyatu hingga Bed Queen Size milik Christ, Damian menahan wajah Christ dengan terus melumat bibir itu, tidak lama ciumannya terlepas, keduanya terengah, menempelkan dahi masing-masing

Mengangkat wajahnya, Damian menyingkirkan anak rambut yang menghalangi wajah cantik Christ "Aku tidak tahan untuk tidak melihatmu beberapa waktu saja.. Aku menyerah, kau bisa berikan jawabanmu sekarang?"

Christ mengusap wajah pria di atasnya dengan lembut, bibirnya terbuka akan mengatakan jawaban, tapi tertutup kembali,

"Kenapa?" tanya Damian, keningnya berkerut tidak sabar menunggu jawaban Christ,

"Aku akan menjawabnya.. Dengan syarat..." Christ berkata perlahan

"Syarat? Apa itu?"

"Kau mau berbaikan dengan Papa mu?"

The Wedding Planer 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang