Kalau kalian pernah baca I for you -Orizuka, nah, ini tuh banyaak terinspirasi sama cerita itu. tapi, beda kok. hehe.
Happy reading!
=====================
Melody berjalan turun dari lantai atas ke lantai bawah. Ke meja makan, lebih tepatnya. Sampai di meja makan, ia duduk di samping Ayahnya, Leonardo Huang.
"Good morning, Daddy," Melody mengecup kedua pipi Ayahnya.
Ayahnya tersenyum seraya membalas sapaan puteri kesayangannya itu.
Suapan ketiga bubur kacang hijaunya, Regan-sahabatnya sedari bayi, datang, dan ikut bergabung bersama Melody dan Ayahnya.
"Pagi, Om," sapa Regan.
"Pagi. Ayo, sarapan dulu," jawab Leonardo ramah.
Regan mengangguk lalu menyantap nasi goreng yang sudah di ambilkan salah satu pembantu rumah tangga Melody. Di tengah-tengah dentingan sendok dan garpu yang beradu, Melody buka suara.
"Kamu telat lagi, Re. Inget janji, 'kan?" Mata biru laut Melody yang indah mengerling senang, juga jahil.
"Aku kira kamu gak inget," Regan mendesah yang di buat-buat. Melody terkekeh dan menjulurkan lidahnya.
"Aku gak pikun, Re!"
"Kalian ngomongin janji apa, sih?" Leonardo ikut nimbrung.
Melody hanya menampakkan cengirannya. "Daddy, mau tau aja deeh."
Leonardo terkekeh. "Daddy sudah selesai. Ada meeting pagi ini. Daddy berangkat duluan, ya, Sayang." Leonardo mengecup puncak kepala anaknya itu.
"Hati-hati ya, Dad," ucap Melody.
Leonardo balas mengangguk sambil tersenyum. Lalu, ia beralih ke Regan. "Om berangkat ya, Regan. Tolong jaga Melody."
Regan mengangguk mengerti.
Menjaga Melody. Itu seperti sudah tugasnya sejak dia baru lahir kedunia.
***
Audi A6 putih Regan terparkir sempurna di sekolahnya, Harapan Bangsa High School.
Regan turun, diikuti oleh Melody. Melody mengenakan sweter berwarna peachnya, lalu berjalan ke arah gedung sekolah, bersamaan dengan Regan. Yeah, walaupun Regan berjalan sedikit di belakang Melody.
Di koridor, mata murid-murid tertuju pada Regan dan Melody. Melody memperlambat langkahnya agar sejajar dengan Regan.
"Ada yang aneh ya, sama aku?" Melody berbisik.
Regan tersenyum. "Enggak, kok."
Melody tampaknya belum terbiasa dengan tatapan yang menatapnya. Berbeda dengan Regan yang bisa dibilang sudah terbiasa dengan tatapan itu.
Di Harapan Bangsa, Melody dan Regan memang menjadi 'best couple'. Pasangan yang terlalu indah untuk menjadi kenyataan. Bagaimana tidak. Melody berketurunan Korea-Indonesia-Belanda. Membuat dirinya seperti boneka. Dengan matanya yang bulat berwarna biru laut, plus bulu mata lentik-rambut lurus kecokelatan, postur tubuh yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek, langsing, bibir penuh mungil, dan kulit seputih susu-walau terlihat pucat. Sedangkan Regan, darah Jerman ayahnya membuat ia tampak serupa indahnya dengan Melody-bedanya, rambutnya hitam tebal, dan matanya pun hitam, dalam-mengikuti ibunya yang asli Indonesia.
Sampai di kelas, Regan membukakan pintu untuk Melody. Saat Melody sudah memasukki kelas, baru Regan melepas tangannya dari gagang pintu-membuat pintu kembali tertutup.
Semua yang ada di dalam kelas pun berhenti dari aktivitasnya saat Melody dan Regan masuk.
Kali ini, Melody tampak tak memperhatikan, ia sibuk dengan kertas berisi denah tempat duduk. Yeah, di Harapan Bangsa memang adanya peraturan pembagian tempat duduk. Hal yang tidak Melody sukai, tentu saja.
Akhirnya, ia tertuju pada bangku ketiga dari depan, di barisan ke dua dari kiri. Yang tepat di sebelahnya, sudah duduk lelaki yang sedang membaca buku tebal-entah itu buku apa. Melody berjalan menuju tempat duduknya itu, lalu berhenti saat sudah sampai. Melody menatap lelaki itu dari atas sampai ke bawah.
Lelaki itu akhirnya merasa juga sedang di perhatikan. Ia mendongak, menatap Melody.
"Lo, yang namanya Melody?"
Melody mengangguk. "Ya. Kamu, siapa?"
Oke, pertanyaan Melody mungkin memang aneh. Sangat, malah. 'Kan, ini awal tahun pelajaran baru. Wajar, ia bertemu dengan wajah-wajah baru. Tapi, Melody sendiri bahkan juga tidak tahu kenapa ia menanyakan itu.
"Anak baru," jawab lelaki itu, singkat, padat, jelas. "Ngapain, sih? Duduk kali. Gak cape emang berdiri mulu?" Sambungnya saat Melody tak juga merespon-ia masih memandangi si lelaki, masih juga berdiri.
"Oh, iya," Melody akhirnya duduk, menaruh tasnya di meja, lalu kembali memandangi lelaki di sampingnya itu. Sekali lagi, Melody juga tidak tahu kenapa ia seperti ingin terus menatap lelaki itu.
"Ada yang salah atau gimana sih sama gue? Lo liatinnya gitu banget."
Melody menggeleng. Sama sekali tidak ada yang salah dengan dirinya, kecuali mata elang miliknya yang menganggu Melody. Mata itu menghipnotis Melody.
"Terus, ngapain natap gue kaya gitu? Risih," jawabnya. Risih, tentu saja. Di pandangi dengan intens oleh perempuan secantik Melody. Di tambah, lirikkan-lirikkan murid-murid di kelasnya.
"Sorry. Kamu, lagi baca apa?"
Pengalihan pembicaraan yang cukup ekstrim. "Sejarah Yunani Kuno."
Melody hanya mengangguk saja. Lalu, ia bertanya lagi, "Nama kamu.., siapa?"
"Nama gue?" Lelaki itu balik bertanya sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Iya, kamu. Anak baru."
"Ryuga," jawab lelaki itu. Lagi, singkat, padat, dan jelas.
"Ryuga.. aja?"
"Ryuga. Just Ryuga."
Melody mengangguk sambil tersenyum kecil. Ryuga. Itu nama pemilik mata elang yang menganggu Melody-yang membuatnya selalu ingin menatap tepat di kedua bola mata elang itu. Mata elang yang menghipnotisnya.
Baru Melody akan bertanya lagi, Mr. Saputra yang menjadi wali kelasnya masuk. Dan, kelas pun di mulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody
Teen FictionIni adalah cerita cinta seorang gadis bernama Melody Addyson Huang.