Melody duduk di tengah-tengah kantin sambil menggoreskan pensilnya ke kertas putih di sketchbooknya. Regan sedang membeli makanan dan minuman untuk mereka berdua.
"Nih, kentangnya, tuan putri," suara Regan terdengar di kedua telinga Melody.
Melody mendongak. Menemukan Regan sudah duduk di kursi di depannya. "Makasih, Regan." Melody tersenyum manis—yang membuatnya terlihat tampak sempurna dengan kedua lesung pipit di kedua pipinya yang tirus.
Well, dia tersenyum seperti itu sebenarnya karena senang Regan menepati janjinya—mentraktirnya selama satu minggu penuh, dan akan membelikannya album-album baru, jika ia telat menjemput Melody selama tiga hari berturut-turut.
"Ya, ya, sama-sama."
Melody mencomot kentangnya, lalu kembali menggambar di sketchbooknya.
"Dy," panggil Regan. Melody menjawab dengan gumaman. "Kok kita gak duduk bareng ya, tahun ini?"
"Gak tau," jawab Melody, masih sibuk menggambar.
"Kacang mahal," Regan menggerutu. "Gue ke toilet dulu deh. Jangan kemana-mana."
Melody mengangguk. Regan pun bangkit berjalam menuju toilet.
Tinggal Melody sendiri di mejanya. Ia mengangkat kapalanya, lalu meminum jus alpukat yang di pesankan Regan. Melody berhenti dengan aktivitasnya saat ia melihat seseorang dengan nampan di tangannya seperti sedang mencari-cari. Tebakkan Melody, dia pasti mencari tempat duduk kosong.
Lalu mata Melody bertemu dengan matanya. Mata elang itu. Mata Ryuga.
Melody tersenyum dan melambaikan tangannya.
"Ryuga!" Melody berteriak, tanpa sadar kalau ia berada di kantin yang ramai akan lautan manusia.
Ryuga seperti mendesah di tempatnya. Terang saja, nyatanya para penghuni kantin sedang menatapnya dan Melody bergantian.
Akhirnya, ia berjalan ke meja Melody—selain Melody hanya duduk sendirian, Ryuga juga, 'kan, tidak mau terlihat seperti orang bodoh, berdiri diam di tempatnya seperti itu.
Dia duduk di hadapan Melody, mencoba mengabaikan tatapan yang tertuju pada mereka berdua—Melody dan Ryuga.
"Makan apa?"
"Liatnya gue makan apa?" balas Ryuga, datar.
Melody hanya membalas dengan cengiran. Ryuga mengabaikan, lalu mulai memakan nasi gorengnya.
Sampai Regan datang.
"Dy..?"
Melody, yang terlalu serius memperhatikan Ryuga, bergeming. Akhirnya, Regan menggucang pelan bahu Melody. Barulah, Melody tersadar.
"Eh, Regan udah dateng?" itu lebih seperti pertanyaan, bukan pernyataan.
"Ini...."
"Oh, iya, Regan, tadi Ryuga gak dape—"
Ryuga tiba-tiba bangkit. "Gue makan di kelas aja." Lalu, dia meninggalkan Regan dan Melody, yang menatapnya sampai ia hilang di balik belokan menuju kelas 11 IPA-A.
"Dy?" barulah Melody sadar dan memandang Regan.
"Mm, balik ke kelas aja, yuk. Udah mau masuk, 'kan." Melody bangkit, lalu menyusul Ryuga ke kelas 11 IPA-A. Meninggalkan Regan yang memandang Melody dengan tatapan tak terbaca.
***
Sepulang dari sekolah, Melody langsung jatuh tertidur di kamarnya tanpa membuka seragam sekolahnya terlebih dahulu.
Regan hanya menggelengkan kepalanya melihat sahabat sedari bayi-nya yang masih tertidur pulas dengan seragam sekolah itu saat sore tiba. Rencananya, ia ingin mengajak Melody pergi ke B's Café, atau sekedar menemaninga main ps—atau apalah. Tapi ternyata, Melody masih terlelap.
Tidak tega membangunkan Melody, akhirnya Regan memutuskan untuk menunggu Melody sampai bangun.
Lima belas menit berlalu, dan, Melody pun terjaga. Mata biru Melody menatap Regan yang duduk di sofa berbentuk bibirnya. "Eh?"
"Akhirnya, sleeping beauty kita bangun juga," Regan berucap.
"Regan.. udah lama nunggu? Ngantuk banget, abisan," Melody beranjak dari tempat tidurnya.
"Baru setengah abad," canda Regan. "Cepet mandi, gih. Abis itu kita makan di luar. Oke?"
Melody mengangguk patuh.
Dua puluh menit kemudian, Melody sudah siap dengan dress selutut sederhana-nya yang berwarna putih.
"Regan, udah siap nih. Yuk!"
Regan yang sedang bermain dengan handphonenya di ruang tamu mendongak. "Yuk," jawabnya, bangkit dari tempat duduknya.
Di perjalanan, Melody terus menyenandungkan lagu fall for you milik secondhand serenade. Suara Melody memang bagus—tidak, tidak, suara Melody indah. Membuat Regan tersenyum saat Melody mengucapkan kata demi kata bait lagu itu.
"Mau makan di mana?"
Melody berhenti dari aktivitasnya. "Terserah Regan aja," jawabnya. Toh, Melody hanya akan memesan dessert dan minum pada akhirnya.
Setelah berpikir pura-pura keras, pilihan Regan jatuh pada pizza hut—lagi pengen pizza, katanya.
Jadi, di sini lah Melody dan Regan berada. Di salah satu meja di pizza hut yang tak jauh dari rumah mereka.
"Kamu mau pesen apa, Dy?" tanya Regan pada Melody setelah selesai dengan pesanannya.
Melody membolak-balik buku menu di tangannya. Tapi tidak satu pun yang menariknya. Ia menutup buku menu itu. "Jus alpukat aja, Mbak."
Sang pelayan mengangguk, mencatat. "Di tunggu pesanannya ya, Mas, Mbak," ucapnya.
Regan dan Melody menangguk. Lalu sang pelayan meninggalkan meja mereka.
"Gak pesen yang lain, Dy?"
Melody mengggeleng, "Gak napsu."
"Ntar mau aku anterin beli cheese cake aja di B's café?"
Melody menggeleng, lagi. "Gak usah, nanti biar aku makan di rumah aja."
"Ya udah."
Melody mengambil iPhone-nya dari dalam tas, lalu sibuk memainkannya. Regan pun memilih melakukan hal yang sama.
Beberapa menit berlalu, seorang pelayan membawakan pesanan mereka.
"Pesanannya sudah lengkap ya, Mas, Mbak," ucap sang pelayan—seorang lelaki.
Mendengar suara itu, Regan dan Melody mendongak. Tapi dengan alasan yang berbeda. Regan dengan alasan pesanannya itu, sedangkan Melody, karena suara sang pelayan yang terdengar familier di telinganya.
Dan, benar saja, pelayan itu memang orang yang ia kenal. Mata biru Melody melebar, kaget. Bersamaan dengan tatapan kaget sang pelayan juga.
Bibir Melody terbuka mengalunkan nama sang pelayan. "Ryuga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody
Teen FictionIni adalah cerita cinta seorang gadis bernama Melody Addyson Huang.