🎵Jaz - Dari Mata
**
Tak sengaja, mata Ariyal dan Kimora saling bertemu. Kimora menyadari bahwa Ariyal sangat tampan. Pantas saja fangirl Ariyal begitu tergila-gila dengannya.
Acara tatap menatap itu tidak berlangsung lama, Kimora mulai membuka mulutnya, "yal, gue sebe......" perkataan kimora terpotong, Karena terdengar nada dering dari ponsel Kimora.
"Iya bu, Assalamualaikum. "
"...."
"Iya. Rara masih sama teman Rara, di PKOR bu."
"...."
"iya,bu. Ini udah mau pulang kok.
"...."
"Oke, Wa'alaikum sallam. "
*tut.tut.tut*
Terdengar sambungan telepon telah di putus dari seberang sana.
"Nyokap gue udah nyuruh gue pulang,yal. Kalo lo masih ada acara, gue bisa naik TBL kok (baca:Trans Bandar Lampung )."Gue anter sampe rumah." Kekeuh Ariyal.
"Eh, rumah gue masuk gang." Bantah Kimora
"Gue udh tau." Elak Ariyal.
Ariyal membayar 2 porsi sate ayam yang telah ia pesan 20 menit yang lalu. Yang satu porsi telah ia suapkan pada Kimora. Dan yang satu masih ada dalam balutan kertas nasi dan dibungkus oleh kantong plastik biru muda bertuliskan 'terimakasih'. Ia berniat untuk memakannya nanti di rumah.
**
Ariyal dan Kimora telah sampai di perempatan komplek perumahan Kimora.
"Yal, gue turun disini aja. Rumah gue deket sini kok. Lagipula gue mau beli sesuatu dulu di warung."
"Mendung, bentar lagi hujan. Cepetan gue tunggu aja."
"Emm ehh gausah. Gue gamau ngerepotin lo terus, gue nanti jalan kaki aja dari sini. Btw makasih ya hari ini. Lo baik banget yal. Makasihh banget atas tumpangan sama traktirannya."
"Hmm ya. Yaudah gue cabut dulu."
Kimora melambaikan tangan ke arah Ariyal. Ia tidak ingin perasaan sukanya kepada Ariyal bertambah besar. Tapi di lain sisi, ia ingin pula menjadikan rasa sukanya semakin kuat. Ah, entahlah. Pikir Kimora.
Ariyal yang baru saja meninggalkan Kimora, kembali lagi.
"Ra.." panggil Ariyal.Kimora mendengus, "Ariyal Fernandika, gue jalan kaki aja. Lo pulang gih." Dengan pedenya ia berkata seperti itu pada Ariyal.
"Geer amat lu. Nih obatnya. Udah gue bayarin mahal juga. Jangan lupa diminum obatnya." Pesan Ariyal.
Pipi Kimora bersemu merah. Ia sangat malu karena ia berbicara tanpa pikir panjang terlebih dahulu. Kimora hanya mengucap terimakasih pada Ariyal.
**
Kimora melangkah masuk ke warung kelontong Pak Burhan. Ia membeli 1/4 bawang merah dan 1 ons cabe rawit pesanan ibunya. Setelah menerima kedua jenis bumbu dapur itu, Kimora segera memberikan 1 lembar uang Rp20.000."Bang, sama beli aice yang ini satu ya."
"Oke neng."Kimora memang penggemar es krim. Tapi ia tidak melulu makan es krim setiap hari. Hanya saja ketika ia ingin, baru ia membeli eskrim di warung pak burhan.
Baru saja hendak melangkah keluar, tetapi hujan mulai turun.
Aku memutuskan untuk berteduh sembarinduduk di kursi kayu panjang di depan toko kelontong Pak Burhan. Kulihat langit putih pekat. Tak tercantum seberkas cahaya pun di atas sana. Butiran air hujan membasahi jalanan aspal yang terhampar panjang di hadapanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just One
Teen FictionMulut ini diam namun hati ini tak begitu saja bungkam Disaat harus memilih antara berhenti untuk diam lalu bertindak atau tetap bungkam dan bersiap menahan pedihnya kehilangan -kimora asyifa-