🎵Armada - Harusnya Aku
**
"Astaghfirullah, hari ini kan hari rabu. Kalender mana kalender." Ariyal menggapai ponselnya di atas kasur yang telah dirapikan olehnya.
"Bener kan, hari ini seharusnya gue jemput Aleta di airport."
Ariyal melihat jam tangannya. Pukul 05.45. 15 menit lagi pesawat Aleta sudah tiba di Bandara Raden Inten II. Ariyal bergegas turun ke lantai bawah, mengambil kunci mobilnya. Dengan tergesa-gesa, Ariyal mencomot Sandwich isi buatan bi inah.
"Bi, aku ke bandara dulu. Jemput Aleta. " teriak Ariyal dari garasi rumah tipe modern minimalis itu.
"Ehh iya den. Hati-hati. "Jawab bi inah dari dapur.
Ariyal melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, namun tetap berhati-hati. Jalanan nampak macet karena berhubung hari ini tanggal merah (baca:libur).
----------------------
*1 missed call from Aleta *"Duh, pasti Aleta udah nunggu nih."
***
06.15 a.m
Bandara Raden Inten II, Branti Lampung Selatan.Ditengoknya kanan kiri Ariyal, banyak orang membawa kertas bertuliskan nama kerabat/seseorang yang dijemput masing-masing. tetapi tidak dengan Ariyal. Ia yakin, bahwa Aleta masih mengenalnya, walaupun terakhir bersua sewaktu Ariyal kelas 8 SMP, dan Aleta kelas 7.
Beberapa menit kemudian, nampak gadis berbadan proporsional mengenakan jaket kulit berwarna hitam menghampiri Ariyal.
"Heeiii.. Fernand!" Teriak Aleta dari kejauhan. Ariyal berjalan cepat menghampiri Aleta. Dengan sigap, Aleta langsung memeluk Ariyal erat.
"Hei, babe. I really miss u. Long time no see dear." Ucap Aleta penuh kegirangan. Bagaimana tidak, selama 3 tahun penuh mereka tidak saling jumpa.
"Hihi. Gimana kabar lo Aleta? Sekolah lo di Autralia ? Asik ya?"
Mereka banyak berbincang. Banyak bercerita satu sama lain. Bahkan sesekali, Ariyal mencium kening gadis itu.
"Eh. Lo laper kan pasti? Hari ini gue yang traktir deh. Lo mau makan dimana?" Tawar Ariyal pada Aleta.
"How you can now my stomach? Im so hungry, babe. Let's we go to PKOR Way Halim. I miss Sate Bang juan. Hehe." Aleta memamerkan deretan giginya yang nampak rapi.
"Okelah.. apa sih yang gak buat Aleta." Ariyal mengacak acak rambut panjang terurai Aleta.
**
PKOR Way Halim"Pagi bang Juan. Pesen satenya 2 porsi ya bang. Satunya pake lontong. Satunya kaya biasa bang."
"Loh, den iyal. Yang sama den iyal teh neng Aleta? " ternyata Bang juan masih mengingat gadis yang waktu itu masih imut, yaa masih kelas 7 SMP.
"Hai bang juan? Kumaha damang kang?" sapa Aleta pada bang juan dengan senyum manisnya.
"Eleuh eleuh, neng Aleta makin geulis pisan. Pangestu atuh neng. Mari duduk. Tunggu sebentar nyak, neng, den."
Aleta dan Ariyal hanya mengangguk dan tersenyum lebar pada tukang sate langganan mereka berdua.
Sate pesanan merekapun sudah siap. Kini mereka berdua melahapnya dengan nikmat. Sesekali, Ariyal menyuapi Aleta begitu sebaliknya. Nampak sangat romantis dan serasi.
Disaat mereka menikmati makanan peranannya itu, Ariyal tiba-tiba terdiam teringat seorang gadis yang pernah ia ajak pula kesini. Kala itu gadis tersebut terbaring lemah di dalam mobil Ariyal. Bahkan Ariyal menyuapi gadis itu juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just One
Teen FictionMulut ini diam namun hati ini tak begitu saja bungkam Disaat harus memilih antara berhenti untuk diam lalu bertindak atau tetap bungkam dan bersiap menahan pedihnya kehilangan -kimora asyifa-