11. rumit

6.6K 1.2K 80
                                    

Lisa bingung, beberapa kali ia bertemu dengan Taeyong tapi respon lelaki itu sangat dingin. Tak menyapa, bahkan melirik pun tidak. Lisa bingung. Tapi pada akhirnya ia hanya mengabaikan lelaki itu, mencoba tak peduli. Toh sejak awal mereka pun tak saling mengenal. Tapi kenapa Lisa merasa sakit? Dadanya seakan sesak tiap kali memikirkan lelaki itu.

Tapi kenapa Lisa harus peduli? Entahlah, Lisa tak tahu. Tapi Lisa tak suka keadaan mereka saat ini. Taeyong duduk bersama temannya, wajahnya dingin sekali. Tak seperti Taeyong yang biasanya. Ah, memang seperti apa Taeyong sebelumnya? Lisa terlalu bertingkah seakan telah mengenal lelaki itu. Padahal pada kenyataannya, keduanya baru dekat selama seminggu ini. Seminggu dengan banyak kejadian di dalamnya.

"Lo harus tau!" Chaeyoung datang dengan napas terengah dan senyum lebarnya. "Tadi gue ketemu cowok ganteng parah!"

"Halah, ganteng lo mah paling semana Yuju meledek, masih sibuk dengan kukunya. "Kalau ganteng kek Taeyong tuh baru."

Lisa mencebik, memainkan sedotannya kesal karena nama Taeyong disebut. "Gue mau ke perpus aja lah." Lisa berdiri, melirik sekilas ke arah Taeyong hanya untuk kecewa karena cowok itu lagi sibuk sama cewek lain. Lisa cuma bisa memutar manik matanya kemudian menghentakkan kakinya, berjalan menuju perpustakaan.

Sejujurnya, Lisa tak berjalan ke perpustakaan karena kakinya malah melangkah menuju taman belakang. Ia duduk di salah satu bangku taman dan termenung. Bagaimana seorang yang asing dalam hidupnya bisa mempengaruhinya sebesar ini? Taeyong datang tanpa adanya keinginan dari Lisa. Awalnya hanya sekedar melakukan dare tapi lelaki itu kembali datang, berlaku seakan mereka telah mengenal dekat dan ... menciumnya. Sudah berapa kali? Entahlah, Lisa tak menghitungnya. Lisa merasa murah. Membiarkan lelaki asing itu menciumnya tanpa ada ikatan. Apa Lisa semurah itu di mata Taeyong? Memikirkannya membuat air mata gadis itu mengalir tanpa sadar, ia menutup wajahnya dan terisak.

Setelah beberapa menit, ia merasa kepalnya ditutupi sesuatu. Saat matanya terbuka, sebuah jaket berada di kepalanya. Lisa kenal aromanya, aroma yang sama saat ia berada di sekitar Taeyong. Lisa jadi menangis lagi. Ia membuka wajahnya yang awalnya ditutupi jaket dan menutup setengah wajahnya dengan jaket. Di hadapannya ada Taeyong yang sedang berlutut dengan tangan yang berada di sisi tubuh Lisa. Mata hitam itu menatapnya lurus, membuatnya memalingkan wajah--enggan menatap lebih lama. Tapi Taeyong tak habis cara, ia menangkupkan wajah Lisa, menghapus jejak air mata dengan jempolnya.

"Kenapa nangis?" Tanyanya, menuntut.

Lisa menggeleng, ingin beranjak tapi lelaki itu menahannya. Taeyong duduk di samping Lisa, memaksa gadis itu menghadap ke arahnya. "Kenapa?" Kali ini pertanyaannya lebih lembut dari sebelumnya.

Lisa masih enggan bicara, pada kenyataannya ia sendiri tak tahu harus membicarakan apa. Lama mereka diam hingga Taeyong mendesah kasar, "Kalo lo gak ngomong gue gak bakal tau, Lis."

"Bukan urusan lo kalau gue nangis atau gak. Lo bukan siapa-siapa!" Tanpa sadar Lisa membentak, membuat lelaki di hadapannya menatap Lisa tak percaya. Bahkan Lisa dapat melihat kekecewaan yang nyata dari mata Taeyong. Lisa menyesal, namun ia tak membela diri.

"Lo benar. Gue bukan siapa-siapa lo. Sori kalau gitu." Taeyong pergi dan Lisa tak menahannya.

Kenapa semua menjadi serumit ini? Harusnya tak seperti ini! Lisa berjongkok, memeluk dirinya sendiri sambil terisak. Kenapa seorang Lee Taeyong membuatnya seperti ini? Kalau ia tahu akan seperti ini, Lisa tak mau menerima dare dari teman-temannya. Lisa tak mau mengenal Lee Taeyong. Tak mau diberi ciuman atau senyuman menggoda itu. Tak mau diperlakukan manis namun kemudian berakhir seperti ini.

* * *

apa kabar hati? kata-kata favorit gue hari ini :)
gue kepo, awalnya kalian ada di kapal (ship) yang mana? kalau gue awalnya lizkook tapi taehyung datang dan goyang lah kapal gue jadi taelice :')
-amel

dingin. [1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang