Taeyong sudah bertekad, hari ini harus berbicara dengan Lisa. Banyak hal yang harus mereka bicarakan. Banyak yang harus ia jelaskan. Banyak yang harus ia katakan.
Jadi, di sini Taeyong sekarang bersandar pada sisi pintu kelas Lisa. Saat sosok yang ditunggunya keluar, Taeyong langsung merangkulnya, tak lupa menutup mulut Lisa agar tak memberontak. Mirip tindakan penculikan sebenarnya, tapi siapa yang berani melawan coba?
Taeyong langsung memasukkan Lisa ke dalam mobilnya dan memakaikan sabuk pengaman, juga melempar tasnya ke belakang sebelum berlari menuju kursi pengendara. Hal itu ia lakukan dengan cepat bahkan Lisa baru selesai membuka sabuk pengamannya saat Taeyong duduk dan mengunci pintu. Bagus, sekarang ia tak bisa kabur.
"Lee Taeyong lo gila ya? Keluarin gue? Lo mau nyulik gue?" teriaknya, kesal.
"Gak bakal, sampai kita sampe di tempat tujuan." Balas Taeyong datar. Lelaki itu langsung mengendarai mobilnya cepat, keluar dari area sekolah dan membawa mereka keluar dari hiruk pikuk kota Seoul. Taeyong membawanya ke pinggir kota, di mana ia bisa melihat banyak pohon yang tumbuh. "Turun," Perintahnya saat mereka tiba di taman kota.
Taeyong menarik Lisa, membawa gadis itu menaiki bukit kecil dan mendudukkannya di satu-satunya kursi yang ada di sana. "Jelasin kenapa lo ngehindar."
Suara itu dingin dan menuntut membuat Lisa mengalihkan pandangannya. Lisa mau kabur, tapi tangan Taeyong menahannya. "Gue ini apa sih, Yong?" Taeyong mendesah, lega karena akhirnya Lisa mau diajak berdamai. "Lo cium gue seenaknya, bilang suka tapi lo juga cium orang lain. Gue semurah itu ya?"
Taeyong menggeleng, cepat. Ia mengusap air mata Lisa, lembut. "Gue gak pernah menganggap lo begitu Lis. Gue udah bilang kalau gue suka sama lo, tapi lo gak percaya. Lo menjauh sedang gue terlalu bego buat minta maaf. Gue egois dan gak sadar nyakitin lo kaya gini. Soal Hae Jin, ya gue sama dia ciuman."
Sakit woi :')
"Tapi karena dia nyerang duluan Lis dan gue cowok." Alasan Taeyong bikin Lisa naik darah. "Tapi gue sukanya sama lo doang."
"Brengsek." Balas Lisa, kesal.
"Gue suka sama lo sejak gue main ke rumah lo. Lo bersihin luka gue, ngasih gue minum, buatin makanan tapi lo lupa sama gue." Taeyong tak menutupi kekecewaan yang ia rasakan. "Gue tau dulu gue buluk tapi masa lo gak kenal gue sih?"
Lisa menaikkan satu alisnya, bingung. Lah kok malah dia yang marah? Lisa mendesah, "Ya mana gue inget. Udahlah masa lalu gak penting."
Taeyong tersenyum, "Yang penting masa depan kita? Ya gak?" Lelaki itu menjawil dagu Lisa, gemas. "Cium boleh?"
"Nonjok boleh?" Balas Lisa membuat Taeyong tertawa lepas. Lelaki itu langsung memeluk Lisa, erat. "Gue sayang lo Lis."
Lisa cuma bergumam, "ya, gue juga."
Taeyong langsung memegang bahu Lisa, "Serius?"
Lisa mengangguk, "Iya lah. Gue serius sayang sama diri gue sendiri."
Gak, Taeyong baik-baik aja. Cuma harga diri sama jantungnya udah jatuh, hancur dan berubah jadi debu. Lisa tertawa puas melihat ekspresi Taeyong. Setelah tawanya reda, ia menarik lengan Taeyong dan memberikan kecupan ringan di bibirnya. Taeyong terlihat kaget. Tapi Lisa membiarkannya, gadis itu malah menarik tasnya dan berjalan menuruni bukit, seolah tak terjadi apa pun.
"Yong buru ah, gue laper!" Seruan itu membuat Taeyong sadar. Lelaki itu memukul pipinya pelan sebelum berdiri dan berlari mengejar Lisa.
Apa yang terjadi setelahnya biarkan hanya mereka yang tahu. Yang pasti hal wajar kok, bukan sesuatu yang menjurus. Mereka cuma makan, nonton dan cium doang. Gak lebih. Kalo lebih nanti langsung ditampol Lisa soalnya. Apa mereka jadian? Wah, itu urusan pribadi mereka. Kata Lisa kita cuma diijinin melihat kehidupannya sampe di sini aja. Katanya kalau ada momen lagi baru dibolehin ngintip lagi.
Hubungan kita, biarlah hanya kita yang tahu. Orang lain boleh bertanya, tapi tak boleh ikut campur. Boleh nyinyir asal gak keterlaluan. Boleh muji asal gak minta balasan. - Yonglice, 2k17.
Nih, bonus dari Lisa.
fotonya di kamar Lisa, he - LT
bangsat, sampah banget mulut lo - LM