Of Your Eyes

45 7 0
                                    

    Zafa Sagita. Siswi SMA N Pancasila dan menjabat sebagai sekertaris osis itu kini duduk di bangku kelas 2. Gadis yang notabene bisa di bilang cantik dan popular itu memiliki sejuta cerita di hidupnya. Zafa Sagita, gadis berambut hitam panjang, memiliki mata yang sedikit bulat dari gadis lain, dan memiliki kulit putih mulus dari yang sedang kau pikirkan saat ini. Gadis itu tengah mengetuk-ngetukan ujung sepatunya dan terus melirik ke arah jam tangannya dengan sedikit mendengus, wajahnya sudah nampak lesu dan lelah ingin sekali cepat cepat rasanya tidur di kasur empuknya.

"Lo nunggu jemputan?"
Zafa segera mengarahkan pandangannya pada suara itu, ia memutar bola matanya setelah melihat pria tinggi dengan perawakan sempura dan wajah tampan berdiri di belakangnya

"Kalo lo udah tau ngapain nanya? Lo sendiri yang ogah nganterin gue ke les lesan" dengusnya, pria itu mengacak rambut Zafa gemas sembari tersenyum

"Lo kan tau alesan gue apa ogah nganterin lo ke les lesan, disana terlalu banyak penggemar gue"

"Niko niko, lo pd banget ya. Siapa juga yang bakal suka sama cowo cem elo gini" tangkas Zafa secepatnya

"Yakin lo? Awas jangan ngomong gitu ntar suka, lagian kalo lo bilang gue sejelek apa yang lo bilang, kenapa lo betah banget temenan sama gue 15th?"

Zafa terhenyak, benar juga ucapan pria itu. Memang sejak kecil tidak satupun pria selain Niko Ardana yang dekat dengannya. Tidak satupun.

"Udah nih, mang diman udah jemput gue. Lo ati ati ya" pamit Zafa sesegera mungkin masuk kedalam mobilnya. Mobil itu melaju sebelum Niko melambaikan tangannya.

"Zafa zafa" Niko segera berlalu pergi ke arah mobilnya dan memacu kendaraannya itu dengan cepat membelah macet dan ramainya kota Jakarta.
                                     ***

  Mobil hitam Niko berhenti pada sebuah kedai kopi yang tak jauh dari sekolahnya. Disana sudah ada beberapa temannya menunggu dengan canda tawa anak SMA sewajarnya. Niko berjalan malas menyeret sepatunya dengan paksa untuk ikut berkumpul bersama temannya, wajahnya yang sudah terlihat lelah begitu nampak walaupun hanya untuk sekedar ngopi sekalipun.

"Lo lemes amat sih? gara gara Gita ga ikut nongkrong?" tanya salah satu dari 2 temannya itu

"Jangan panggil dia Gita, lo taukan Zafa ngga suka di panggil Gita" ujar Niko dengan wajah yang sedikit kesal

"Elah, orangnya juga lagi kagak adakan. Lagian kenapa sih namanya kan Gita juga"

"Lo budek? Apa emang lagi mau cari ribut sama gue si Sen?" bentak Niko keras. Satu isi kedai itu pun terdiam, suasana menjadi hening

"Lo kenapa si Nik, lagian Arsenkan cuma bercanda" pisah yang lain

"Bercandanya receh, gue ga suka. Kenapa lo mau ikutan?" tanya Niko dengan nada menantang. Teman temannya hanya menghela nafas berat. Mungkin saja Niko sedang dirundu masalah hingga membuatnya seperti ini.

"Lo mending pulang dulu deh, kayanya lo lagi capek banget. Mau gue supirin?" tawar Arsen dengan senang hati, Niko menggeleng.

Ia memberikan kunci mobilnya pada Arsen "Lo pake mobil gue, gue pake motor lo"  tanpa menunggu peesetujuan Arsen Niko segera menyahut kunci motor Arsen tanpa permisi. Dan tanpa harus menjawabpun Arsen ikhlas walaupun motornya jatuh sekalipun ditangan Niko

"Tiati lo dijalan, jangan ngebut" teriak Arsen. Tapi sudah entah kemana Niko membawa motor pemberian Alm. Ayahnya itu. Scooter merah dan 2 helm bogo miliknya

  Niko mengendarai motor Arsen dengan kecepatan rata rata, ia memilih lebih pelan karena ia tahu bahwa scooter ini pemberian terakhir ayah Arsen sebelum beliau meninggal, walaupun ia tahu bahwa tidak masalah jika motor ini remuk sekalipun ditangannya tapi ia tidak ingin membuat Arsen sedih jika pemberian ayahnya ini tergores sedikitpun.
  Niko menyusuri jalanan kota Jakarta dan membelokan stang scooter itu menuju kawasan padat pelajar, ya bimbel milik Zafa.

Of Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang