Bel istirahat berbunyi sejak 2 menit yang lalu Manda dan Meysa segera berlari dengan buru buru, dari jauh mereka sudah dapat melihat Zafa yang berjalan dengan lemas menyusuri koridor sekolah, gadis itu sedikit terhuyung mempertahankan keseimbangan tubuhnya
"Fa" panggil mereka bersamaan. Gadis itu berhenti sembari menatapi kedua temannya yang kini berlari kearahnya
"Lo beneran sakit?" Tanya Meysa dengan mimik wajah yang sedikit khawatir, sementara kini Manda bungkam
"Gue baik baik aja kok, Man kenapa lo minta maaf sama gue? Lo nggak salah, seharusnya gue yang minta maaf sama lo" ujar Zafa tanpa basa basi lagi, ia sunggu tidak nyaman jika harus berdiam kata dengan teman sekelasnya itu
"Maaf karna gue kemarin pergi gitu aja, harusnya gue bisa nahan rasa kesel gue ke elo" jawab Manda menggenggam tangan Zafa merasa bersalah, gadis itu hanya menggeleng pelan
"Mungkin kalau gue di posisi elo pasti gue juga bakal gitu kok. Tapi yaudahlah ya lupain aja. Gue mau kekantin nih, laper"
"Kuyyyyyy" Manda dan Meysa pun bersorak. Kini mereka bertiga kembali membaik dan berjalan beriringan menuju kantin sekolah hanya untuk sekedar mengurangi rasa lapar.
***Zafa mengedarkan pandanganya menelisik keseluruh isi kantin, setiap isi meja ia absen seperti mencari seseorang, namun ia tak mendapati siapa siapa disana kecuali orang orang yang tidak begitu ia kenal, tentu saja hanya beberapa
"Lo nyari Niko?" dari arah belakang suara itu berasal, Zafa menoleh dan mendapati Arsen yang berjalan kearahnya
"Dia tadi ijin pulang, katanya nyokabnya masuk rumah sakit" lanjut Arsen, Zafa membulatkan matanya. Pantas saja Niko berhenti mengirim pesan sejak tadi
"Tante Elma masuk rumah sakit? Kok bisa?" tanya Zafa cukup khawatir, bagaimana dengan Niko? Apa dia baik baik saja?
"Kenapa lo nggak nanya aja sama Niko? Diakan sahabat elo, lo marah boleh sama dia. Tapi Fa, inget lo tuh temenan sama Niko udah dari orok. Dan kalian gede sama sama. Jangan ngeliat sesuatu dari sisi lo doang, niat Niko tuh baik buat bantuin elo" tambah Arsen
"Pernah nggak Niko ninggalin lo sendirian kalau elo nangis? Zafa Sagita, dunia nggak mengitari lo ya, jadi jangan seenaknya buat nentuin hidup orang sesuai kemauan lo, kalau lo sadar lo tuh cukup egois dari pada Niko" sambung Arsen, Zafa terhenyak. Tentu saja, Arsen bukanlau tipekal orang yang akan berbicara panjang lebar jika itu bukan masalahnya, dan kali ini demi Niko ia memberanikan diri untuk menegur sikap Zafa yang menurutnya keterlaluan
"Lo apaan sih Sen, stop ya. Lo tuh nggak tahu apa apa soal ini" Meysa mencoba menarik tangan Zafa dan membawanya menjauhi Arsen, ia hanya tidak ingin Zafa kembali memikirkan masalah ini. Terutama ia sedang ada mood bagus untuk makan siang dikantin
"Fa, nggak usah didengerin ya. Arsen ngaco jadi orang" ujar Manda mencoba mengalihkan perhatian Zafa
"Lo kemarin juga ngomong gitu sama gue Nda, dan gue pikir kalian ada benernya"
"Maks..." belum Manda menyelesaikan kalimatnya Zafa sudah membuka suara lagi
"Gue egois, gue cuma mentingin perasaan gue sendiri tanpa mikirin gimana niat Niko ke gue. Gue nggak dengerin penjelasannya tadi. Gue terlalu buta sama rasa kecewa gue sama dia" potong Zafa
"Udah deh ya Fa, jangan di pikirin lagi. Mending kita makan siang dulu. Itu ntar gampang deh kalo udah pulang sekolah , kita bantuin. Yakan nda?" Meysa menyikut tangan Manda, dan Manda mengangguk mengityakan
"Zafa?" mereka bertiga menoleh kearah suara itu. Manda, Meysa terutama Zafa cukup terkejut saat mendapati Ando dan Arif berjalan kearah mereka
"Udah baikan? Lututnya udah diobatin?" tanya Arif memandangi lutut Zafa yang sudah di plester menggunakan hansaplast, begitu juga dengan Manda dan Meysa, apalagi Ando, mereka semua sontak ikut memandangi lutut Zafa yang luka
"Zafa lo luka? Kok lo nggak bilang ke kita sih?" cecar Manda dan Meysa bergantian, Zafa hanya menggeleng heran karena sikap mereka yang berlebihan menurutnya, ini hanya luka kecil.
"Nggak semua hal gue harus bilang ke kaliankan"
"Kok lo bisa tahu kalo dia luka?"tanya Ando bingung menatapi Arif curiga
"Gue tadi liat dia jatuh pas mau ke UKS yaudah gue bantuin aja, salah?"
"Iya kak, makasih ya tadi udah mau nolongin" seru Zafa canggung
"Pulang sekolah gue anter ya?" tanya Arif membuat mereka semua melongo, ini tidak biasanya. Terlebih dengan Zafa.
"Lo sehatkan ya?" tanya Ando membuat Arif hanya menyunggingkan senyuman
"Lo nggak bakalan nolak karena Ando ataupun Nikokan?"
Zafa tercekat diam dibuatnya. Sedangkan Ando hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali
"Kak Ando? Ada masalah apa sama kak Ando?" tanya Meysa dan Manda bingung, Zafa tidak pernah mengatakan soal apapun tentang hal ini. Terlebih soal Ando, Zafa jarang menyinggungnya.
"Maaf ya kak. Gue nggak bisa pulang sama lo, lagian ada les juga" tolak Zafa dengan lembut
"Yaudah nggak sekarang deh, tapi lain kali ya. Gue maksa" ujar Arif. Pria itupun segera berlalu. Ando, Meysa dan Manda hanya dibuat heran oleh pria itu. Terlebih Zafa, ia tidak mampu menutupi rasa malunya karena Arif yang memaksanya dan menawarkan pulang bersama.
"Kak Ando masih mau disini?" tanya Manda
"Mau ikut gabung kita?" imbuh Meysa. Membuat Zafa menginjak kaki keduanya bersamaan. Dan mereka hanya mampu meringis kesakitan
"Nggak usah deh, takut ganggu. Yaudah gue duluan ya" pamit Ando, pria itu segera menyusul Arif yang kini sedang memesan makanan
Sementara mereka bertiga menciptakan keheningan, pesanan bakso sudah datang sejak tadi dan mulai dingin, Zafa yang ditatap nanar kedua temannya yang penasaran hanya mampu mengalihkan hal itu dengan segera bergegas menghabiskan makananya dan buru buru ingin pergi sebelum kedua temannya menerkamnya.
***Niko segera berlari menuju kamar dimana ibunya dirawat, wajahnya panik dan cemas. Saat ini ibunyalah yang paling penting, ia akan menyalahkan dirinya sendiri jika ibunya tersakiti walaupun bukan karena dirinya sekalipun.
Pria itu Menemukan ibunya yang kini terbaring lemah di ranjang rumah sakit, selang infus ditangannya. Wajahnya pucat pasi membuat Niko cukup sakit."Mah.." Niko berucap lirih, ibunya yang semula memejamkan mata kini membuka matanya secara perlahan
"Kamu bolos?" tanya ibunya yang terkejut melihat putra semata wayangnya sudah berada dirumah sakit
"Niko ijin kok, dan Guru Bp ngijinin Niko buat kesini"
"Zafa?" tanya ibunya membuat Niko berdalih kemudian
"Dia ada ulangan mah, nggak bisa ikut. Mamah baik baik ajakan?" tanya Niko menggenggam tangan ibunya hangat
"Mamah cuma kecapekan kok. Kamu nggak usah khawatir" jawab ibunya tersenyum pahit
Niko tahu betul, ibunya selalu berangkat pagi pulang malam untuk mencari uang, dan itu agar Niko hidup mewah seperti sekarang. Terlebih ibunya adalah Single Parent dan itu membuat Niko menyesal selama ini selalu main main dengan sekolahnya, bersikap berandal dan berbuat onar.
"Maafin Niko ya mah"
"Niko nggak salah"
"Tapi Niko selalu buat mamah susah"
"Mamah nggak ngerasa dibuat susah, Niko bahagia mamah juga bahagia" ujar ibunya mengusap rambut Niko lembut
Jika Niko bisa, ia sangat ingin membuat ibunya bangga memilikinya. Namun karena keterbatasan otak yang ia miliki ia tak mampu melakukan hal lain selain berusaha tetap berada disisi ibunya di keadaan setidak lucu apapun.
***Holaaaaa
Jangan lupa bintangnya yaa💕💕😂😂
1 suara sangat membantu😚
KAMU SEDANG MEMBACA
Of Your Eyes
General Fictioncerita pertama yang saya publish. happy reading😊 Jangan jadi pembaca gelap yaa💕