Lanjutan 2

33 8 0
                                    

   SINAR matahari memaksa masuk menyeruak kedalam kamar serba putih milik Zafa, gadis itu menggeliat saat simbok membuka tirai kamarnya dan mengijinkan sinar matahari menembus kaca dindingnya. Ia segera mengerjapkan mata dan dilihatnya segelas susu hangat dan roti bakar yang sudah tersedia di meja kamarnya.

"Mbok, mamah udah berangkat ya?" Tanyanya setengah sadar, Simbok mengangguk tanpa berkata

"D..den Niko di bawah nungguin enon" ujar Simbok takut takut kemudian, tak ada respon yang berlebih dari gadis itu. Ia segera bangkit dan meminum susu hangatnya dan bergegas untuk bersiap, karena ini adalah hari SENIN. Ia tidak ingin terlambat masuk sekolah.

   25 menit berlalu, dan kini jam sudah menunjukan pukul 06.35 WIB, 25 menit lagi gerbang ditutup dan Zafa masih sibuk mengikat rambutnya, disisakannya poni ala korea yang terurai bak Yoona. Gadis itu selesai bersiap, ia segera berjalan kebawah mengingat seseorang menunggunya, tentu saja siapa lagi jika bukan Niko Ardana.

"Lo udah siap?" Tanya Niko bangkit dan kini ia menemukan Zafa yang rapi dan cantik

"Menurut lo?" Ketus Zafa, tak mau perduli gadis itu segera melenggang pergi, melesat begitu saja. Ia mengarah pada mobil yang kini di parkirkan didepan rumahnya.

"Cepet masuk. Ada yang mau gue omongin, dan gue nggak mau telat ya hari ini" oceh gadis itu, Niko yang masih di ambang pintupun segera bergegas berlari masuk kedalam mobil, sejujurnya ia sudah tahu kemana arah pembicaraan ini akan berakhir.

   Mengingat semalam, Meysa yang mengiriminya pesan singkat melalui Line, memberitahu Niko apa yang dilihat Zafa waktu kemarin, dan ia harus menerima konsekuensinya. Kaget memang, karena selama ini ia sudah berusaha menyembunyikan hal ini, dan terlebih Niko tahu ini akan menyakiti hati sahabatnya.

"Gue tahu .. Gue .."Niko menegang, ia tidak tenang menyetir sejak 5 menit yang lalu. Terlebih Zafa hanya terdiam sejak saat itu juga.

"Lo salah" lanjut Zafa "lo bakalan minta maaf, dan lo bakalan ngulangin itu lagikan Nik?" Tambah Zafa lagi, Niko terdiam, kini ia memberikan ruang untuk Zafa berbicara, dan selalu seperti itu.

"Lo selalu bilang ke gue, lo nggak akan pernah nyakitin hati gue. Tapi kayanya lo salah" ujar Zafa lagi, "Meysa udah bilangkan?" Tanya Zafa menoleh kearah Niko yang kini fokus dengan jalanan, namun ia masih mendengarkan ucapan Zafa

"Kalo lo masih mau jadi temen gue,  berhenti mencampuri urusan gue"

Cciiiiitttt. Niko mengerem mobilnya mendadak, ucapan terakhir Zafa benar benar diluar dugaanya. Mobil Niko kini berhenti di tengah jalan dan menyebabkan kemacetan di belakang, padahal beberapa meter lagi mereka sampai di area sekolah.
Zafa yang sudah berusaha menahan amarahnya sejak simbok mengatakan Niko di rumahnyapun pecah, ia segera keluar dari mobil dengan disusul Niko dengan cepat

"Lo anggep gue ini apa sih Fa?" Niko bersuara, Zafa menghela nafas gusar. Ia tahu akan ada hal yang berembel embel persahabatan setelah ini.

"Udah ya Nik, gue mau kesekolah"

"Masuk ke mobil!" Bentak Niko keras, membuat siswi-siswa lain yang berjalan kaki melewatinya menatap mereka bergantian

"Lo emang sahabat gue, tapi nggak semua hal lo harus tahu, lo harus ikut campur. Karna lo nggak pernah tahu seberapa dalem luka seseorang" jawab Zafa dengan tangan mengepal, gadis itu benci saat ia harus berdebat dengan sahabatnya ini.

"Dan lo udah berhasil buat ngorek luka sahabat lo sendiri, gue nggak pernah minta lo ikut campur urusan keluarga gue. Gue cuma minta satu hal sama lo Nik, tetep disisi gue ketika gue lagi jatuh karena hal itu bukan malah kaya gini. Dan kali ini gue kecewa sama lo" Zafa segera berlalu sebelum ada ucapan ucapan kasar darinya yang lain, ia hanya tidak ingin membuat masalah di area sekolah, apalagi dia adalah anggota Osis. Ia hanya mau memberikan contoh yang baik dan benar untuk yang lain

Of Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang