Rasa.
Terkadang rasa itu tidak di mengerti kapan datang dan berseminya. Rasa bisa menjelma dengan tiba-tiba dan sekaligus berbiaskan senyum keceriaan dan begitu juga dengan sebaliknya, rasa itu bisa layu sebelum berkembang dan meninggalkan jejak rasa gelisah. Rasa yang tercurah berawal dari sebuah kejujuran terkadang tidak seindah harapan yang tumbuh dalam benak sebelumnya, bahkan sering terjerembab dalam sebuah kegagalan. dan terkadang wujud dari rasa itu hanya bisa mengagumi tanpa di cintai.
Disini dia kini berada. Bangsal milik ibu Niko, gadis itu berdiri di depan pintu dan ragu ragu ingin masuk. Ibunya yang sejak tadi menunggu sudah tidak tahan lagi, dan segera mengetuk pintu tanda permisi dan masuk menemui kolega bisnisnya itu, sekaligus menemui teman lama. Tetangga lamanya yang pindah sejak beberapa tahun lalu.
"Lho Lun, kamu kesini?" Tanya ibu Niko dengan antusias, Zafa dapat mendengar itu semua dari luar. Ia menarik nafas, harap harap cemas apakah Niko ada di dalam atau tidak
"Niko nggak ada mbak? Kemana dia? Kok mbak di tinggal sendirian?" Tanya ibu Zafa cukup keras. Seakan mengerti, ia seperti memberi kode pada Zafa. Gadis itupun menarik nafas lega dan segera masuk, menetralkan wajahnya untuk memberikan senyuman terbaiknya.
"Malem tante" sapa Zafa ramah, gadis itu segera mendekat dan berdiri di samping ibunya. Mereka terlihat dekat, sangat dekat.
"Kamu juga ikut? Yah tante nggak tahu kamu bakal dateng, Niko pulang buat ngambil beberapa baju tante" ujar Tante Elma kecewa. Zafa hanya tersenyum pahit, menutupi bahwa faktanya mereka berdua sedang ada masalah.
"Ah, nggak masalah kok tan, lagian tujuan Zafa kesinikan buat jenguk tante. Bukan ketemu Niko" jawab Zafa tenang, gadis itu masih mengembangkan senyuman pahitnya
"Gimana mbak ? Udah mendingan? Kok bisa sih?" Tanya ibu Zafa antara ingin tahu atau hanya sekedar basa basi, ya tentu saja. Akting adalah ahli mereka, para ibu.
"Udah mendingan kok, cuma kelelahan aja. Oh iya Fa, tadi tante tanya Niko kenapa kamu nggak ikut dia. Katanya kamu ada ulangan. Lancar?" Tanya ibu Niko kemudian. Zafa berpikir sejenak, ibuknya menatap kearahnya. Zafa hanya memberikan ekspresi bingung tidak mengerti. Mengingat hari ini tidak ada ulangan apapun
"Ah, iya tan. Tadi ada ulangan. Lancar kok" jawab Zafa kemudian tersenyum miris. Ia harus berbohong kembali.
"Yaudah ya mbak, maaf nggak bisa lama lama. Zafa juga harus belajar. Kita kesini besok lagi. Cepet sembuh ya mbak" ujar Ibu Zafa terlihat ramah, dan Zafa menyukainya.
"Iya Lun, hati hati ya dijalan"
"Tan, Zafa pamit ya. Cepet sembuh tante Elma" ujar Zafa. Tante Elma hanya mengangguk. Merekapun segera bergi dari sana meninggalkan Elma sendirian. Ya, lagi.
Zafa dan ibunya segera berjalan menuju mobil, dari jauh terlihat seseorang memperhatikan mereka, bukan dari jauh. Tapi, sedikit lebih jauh.
"Mamah butuh penjelasan soal ulangan tadi, beneran ada ulangan di sekolah?"
"Engga mah, nggak ada. Niko bohong" jawab Zafa menunduk
"Zafa juga bohong dong kalau begitu sama tante Elma, kok Zafa jadi berani bohong? Kamu berantem sama Niko? Masalah Dava? Mau sampai kapan?"
"Sampai Niko minta maaf mah" jawab Zafa masih menundukan kepalanya
"Zafa. Mamah nggak habis fikir ya sama kamu, Niko itu temen kamu dari kecil dan dia punya niat baik walaupun mamah juga nggak suka, tapi kamu juga nggak boleh egois gitu dong, apalagi tante Elma itu sahabat deket mamah"
"Tapi mah, Niko..."
"Coba kamu bayangin posisi Niko, Zafa udah denger belum penjelasan Niko gimana? Belumkan? Seharusnya kamu nggak kaya gini sayang" potong ibunya dengan cepat .
Zafa menghela nafas gusar, gadis itu segera masuk kedalam mobil tanpa mengatakan apapun lagi. Sementara ibunya hanya dapan memijat keningnya pusing.
"Gue harus minta maaf"
***Dan cerita kembali berlanjut, antara Zafa sama Niko.
Jangan cuma jadi Silent Readers ya. Kasih Vote dan vote terus😂😂💕
So, Happy Reading
KAMU SEDANG MEMBACA
Of Your Eyes
General Fictioncerita pertama yang saya publish. happy reading😊 Jangan jadi pembaca gelap yaa💕