Sasuke dan Hinata sampai di pusat Sunagakure tepat saat matahari tiba di peraduan. Entah sejak kapan gadis di punggungnya tertidur, Sasuke tak ingat. Yang jelas, baru kali ini ia merasa begitu lambat dan lemah.
Sasuke dan Hinata langsung dikawal oleh seorang ninja bernama Matsuri menuju rumah sakit. Temari sudah memerintahkan salah satu anbu memanggil ninja medis paling handal milik Suna . Hinata ditidurkan di sebuah ranjang di rumah sakit Suna.
Temari begitu penasaran dan ingin bertanya apa yang terjadi, namun tak satu kata pun keluar dari mulutnya. Sebagai kakak, ia ingat betul bagaimana raut wajah Gaara saat memintanya menuliskan surat lamaran untuk putri sulung Hyuuga. Meskipun dulu Temari mengacuhkan Gaara, ia yakin ekspresi macam itu baru kali ini ada di wajah stoic adiknya itu. Temari bahkan ingat bagaimana hebohnya Kankuro saat tahu adik bungsunya mengirim surat lamaran. Oh! Adik satu itu tak tahu bagaimana harus menunggu kakaknya berkeluarga terlebih dahulu.
Lamunan Temari buyar. Dua orang ninja Konoha masuk tanpa mengetuk pintu, atau mungkin mengetuk terlalu pelan dan tak mampu menyadarkan Temari dari lamunannya.
"Bagaimana Hinata, Sasuke?" tanya Kiba tak sabaran. Ia langsung merangsek ke samping tempat tidur Hinata. Wajahnya lebam di sana-sini, lebih parah dari Shino yang memberi salam pada Temari.
"Dia kabur" ucap Shino pada Sasuke bahkan sebelum pemuda itu bertanya.
Dua orang ninja medis paruh baya memasuki ruangan. Matsuri pamit untuk mengirim pesan pada Kazekage atas perintah Temari. Tiga orang ninja laki-laki Konoha berdiri dekat Temari di seberang tempat tidur.
Cakra kehijauan tampak di telapak tangan dua orang ninja medis paruh baya. Salah seorang melakukannya dekat dada sang gadis, sedangkan yang satunya lagi di bagian kepala.
"Cakra gadis ini tak teratur. Seolah ada cakra lain, yang kami tak tahu, sedang mengganggu alirannya" komentar ninja medis paruh baya yang pertama. Dia berhenti mengeluarkan cakra kehijauan, begitu pula dengan ninja medis paruh baya yang satunya.
"Kenapa kalian berhenti?" tanya Sasuke kesal. Kiba dan Shino sama herannya.
"Maaf. Tapi cakra kami tak akan sanggup mengembalikan keteraturan cakra gadis ini. mungkin hanya ninja medis setingkat Tsunade-hime yang bisa membantu. Namun jika ini terlalu lama dibiarkan, bisa membahayakan nyawa gadis ini" jawab salah seorang ninja medis paruh baya.
Sasuke mendecih. Andai nenek itu (Tsunade) ada disini sekarang. Atau setidaknya Sakura. Di perang besar shinobi terakhir jelas-jelas Sakura sudah menunjukkan kehebatannya dalam bidang medis yang hampir selevel dengan sang Hokage.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Shino, satu-satunya dari tiga ninja Kohona yang masih bisa berfikiran jernih.
"Kami hanya bisa memikirkan satu jalan keluar. Kita harus menghentikan cakra gadis ini untuk sementara waktu. Memutus total aliran cakranya sampai Tsunade bisa mengobati gadis ini."
"Bukankah tanpa cakra, Shinobi tak bisa disebut Shinobi!" jawaban barusan menyulur amarah lelaki anjing. Kiba hampir melayangkan pukulannya.
"Apa ada resiko jika kita melakukan itu?" tanya Temari.
Dua ninja medis paruh baya milik Suna tampak menukar pandang. Mereka berdua berdiskusi singkat.
"Ninja yang penah diputuskan total aliran cakranya, belum tentu bisa dipulihkan. Harus ada operasi super sulit, dan keinginan yang kuat dari pasien itu sendiri. Namun, kami percaya Tsunade bisa melakukannya."
Shino, sebagai ketua dalam misi ini, diberikan kesempatan untuk menghubungi Konoha lewat transmiter baru yang masih dalam masa percobaan. Beruntung alat itu bekerja dengan cukup baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekai no Fuin (Segel Dunia)
RomantikTentang kita, dan dunia yang kita tinggali. Aku yakin bahwa segala sesuatu yang ditakdirkan bertemu, pasti akan bertemu. Selebihnya hanya masalah jalan cerita. Namun meski begitu, di dunia seperti apa pun, aku pasti akan tetap bersyukur pernah berte...