Harapan dan Batasan

3K 284 12
                                    

Chapter Terakhir (XXI)

"Harapan dan Batasan"

.

.

.

Cinta adalah kata yang berat bagi Yami-Sasuke dan Sharingan-Sasuke. Keduanya hidup dalam pusaran kebencian, hasrat balas dendam, juga rasa kesepian. Oleh karena itu, ketika Sasuke dimensi ini dengan mudahnya mengatakan rasa cintanya pada Hinata, mereka berdua kebingungan harus menjawab apa.

"Pergilah!" ujar Sasuke pada dua sosok Sasuke lainnya, "Aku mencintai Hinata. Dengan semua hal yang dimiliki Uchiha di dimensi ini, aku bisa meyakinkan kalian bahwa Hinata akan baik-baik saja denganku. Bukankah kamu sendiri yang bilang, bahwa dimensi ini adalah dimensi paling aman buat ditinggali?

Disini tidak ada perang. Aku juga cukup kaya untuk memastikan Hinata hidup layak. Kalian kembali lah ke dimensi kalian. Biar Hinata tinggal denganku"

"Cih! Dunia paling aman? Bukankah kau sendiri yang membuatnya terluka? Terbaring dengan luka menganga di dadanya?" balas Sharingan-Sasuke.

"Perang Dunia Shinobi telah usai di dimensiku. Sebentar lagi Naruto akan naik menjadi Hokage, dan aku bisa tinggal di tepian desa dengan Hinata. Aku kuat. Aku berhasil mengalahkan Madara dan Kaguya Bersama Naruto. Meskipun dimensi itu adalah dimensi shinobi, tapi perang telah usai.

Lagipula, dari awal, Hinata memang berasal di dimensiku. Semua kenangannya, pengalamannya, orang yang ia sayangi, ada di dimensi itu. Hinata harus pulang bersamaku" lanjut Sharingan-Sasuke.

Sasuke dan Sharingan-Sasuke melirik Yami-Sasuke, berharap ia mengatakan sesuatu. Semua kekacauan ini dimulai dari keegoisannya. Sudah sepatutnya ia pula yang membereskan. Tetapi, urusan Hinata akan tinggal dimana, tentu tidak boleh jadi keputusan Yami seorang.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa kau membuka dimensi dunia parallel?"

Yami-Sasuke takut menjawab. Kalau keduanya tahu Hinata mati oleh pedangnya, keduanya pasti tak akan membiarkan Hinata kembali menjadi istrinya.

"Hinata selalu mati, di dimensi mana pun. Bahkan di dimensi ini pun, bukankah kau yang menyebabkan kematian Hinata?" tuding Yami pada Sasuke.

"Apa maksudmu?" dahi Sasuke berkerut.

"Hinata di dimensi ini telah mati 10 tahun yang lalu. Ia mati berkat kecelakaan mobil yang engkau kendarai"

Ketiganya terdiam dalam atmosfir yang tidak menyenangkan. Lalu, berkat sebuah suara panjang yang memekakkan, dokter dan perawat yang berlarian keluar-masuk UGD, perdebatan mereka terhenti.

...

Neji pernah bilang kalau seseorang tidak bisa memilih bagaimana ia dilahirkan. Namun, seseorang bisa memilih bagaimana ia akan mati. Apakah itu dalam kebahagiaan atau dalam kesedihan. Neji memutuskan mati waktu itu, dalam kebahagiaan dan kebanggan luar biasa. Ia telah berhasil berdamai dengan keluarga besar Hyuuga. Ia pula akan dikenang sebagai pahlawan yang melindungi Naruto dalam perperangan. Itu adalah kematian agung yang Neji pilih. Hinata berharap, ia bisa memiliki kematian yang indah pula seperti sepupunya itu.

Hinata menolak tiap rasa sakit di dadanya. Juga dingin yang makin menjadi dari ujung kakinya yang makin merambat ke atas. Ia ingin memilih kematiannya. Ia tidak ingin mati dalam kekecauan ruang dan waktu yang disebabkan kisah cinta konyol antara dirinya dan bungsu Uchiha.

Meskipun kini ia berharap bisa merasakan kehangatan dari pemuda itu, dari lelaki yang berhasil memunculkan rona bersemu pada pipinya dengan cara sederhana yang menyenangkan, Hinata tidak keberatan melepas semuanya. Ia takut menyakiti lagi. Ia takut, di suatu tempat di dimensi luar sana, ia kembali menyakiti Sasuke lewat kematiannya.

Kalau memang mimpinya adalah gambaran dari dunia-dunia parallel, maka ia tidak keberatan harus berakhir sebagai ibu rumah tangga mendampingi sang Hokage ke-7. Setidaknya dengan begitu, ia tidak harus terluka. Naruto adalah pahlawan perang dunia shibobi, seorang jinchuriki, dan yang lebih penting ia adalah cinta pertama Hinata.

Ia berharap semuanya berjalan indah seperti itu saja.

...

"Pasien mulai kehilangan kesadaran." ujar sang dokter. Perawat yang paling dekat dengan infus menyuntikkan suatu cairan yang ia ambil dari tabung. Bunyi memekakkan dari mesin pendeteksi denyut jantung membuat para dokter dan perawat panik, namun tetap berusaha sebaik mungkin menyelamatkan nyawa sang gadis.

Mereka adalah dokter dan perawat senior yang telah berpengalaman menghadapi berbagai kondisi. Salah satu hal yang paling mereka hindari adalah, kematian satu orang penting yang bisa membuat banyak hal ikut runtuh Bersama kematian itu.

Gadis yang sedang mereka coba selamatkan ini adalah gadis dari keluarga Uchiha. Mereka tidak bodoh, mereka kenal betul bagaimana keluarga Uchiha dalam menyikapi kehilangan. Keluarga itu super kaya, super berkuasa, dan yang paling penting mudah gelap mata saat sesuatu yang berharga bagi mereka hilang.

Kedatangan Uchiha Fugaku dan Uchiha Mikoto menyadarkan para ahli medis itu bahwa gadis ini bukan sembarang gadis. Kepala keluarga Uchiha saja tidak datang saat Obito, sepupu Sasuke dan Itachi, kecelakaan beberapa waktu silam. Namun, kini, keduanya bahkan hadir bersama seluruh keluarga inti Uchiha.

"Naikkan tekanannya!" perintah sang dokter. Tangannya menggosok dua pelat yang barusan telah dihentakkan ke dada Hinata, mencoba memanggilnya kembali dari ambang kematian.

Kekuatan tekanan dinaikkan. Satu hentakan. Dua hentakan. Mesin pendeteksi denyut jantung itu masih memekik nyaring.

"Dokter, pasien telah pergi" ujar salah seorang perawat. Semua ahli medis di ruangan itu tertunduk. Semua SOP telah mereka lakukan. Ini bukan kesalahan medis.

Sang gadis memang telah ditakdirkan pergi.

.

.

.

END

There will be an epilogue next week. Stay tuned 😊

Sekai no Fuin (Segel Dunia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang