SEKAI NO FUIN
Naruto punya Masashi Kishimoto, tapi fic ini karya choco. No Plagiarism Okey!!!
Terinspirasi dari banyak sumber termasuk fic senpai yang lain
mohon maaf jika ada kesamaan dan kesalahan, fic ini hanya untuk kesenangan bersama.
.
.
Chapter XI
"Pamit"
.
.
.
Hinata meremas jarinya. Rasa gugup yang sedari tadi ia rasakan belum mau menghilang juga. Ia sudah pernah merasakan perang, bahkan masih segar di ingatannya saat ia harus kehilangan Neji. Gadis itu paham bahwa peperangan bukanlah hal yang bisa membuat seseorang terbiasa berapa kali pun menghadapinya.
Ayahnya, Hyuuga Hiashi, telah memberikan amanat bagi Hanabi untuk ikut menyembunyikan diri bersama Hinata. Ketua klan itu telah memilih untuk melihat lagi medan tempur di usianya yang sudah tak lagi muda. Justru jiwanya serasa sangat terpanggil saat ia ingat bahwa perang kali ini juga untuk melindungi putri sulungnya.
Tiga Hyuuga itu berpelukan. Bahkan Hanabi yang biasanya sinis saat melihat ayah dan kakaknya berdekatan, kini memilih diam. Ayahnya mengelus puncak kepala sang kakak sedari tadi. Mata tuanya yang sudah keriput menyiratkan kasih sayang teramat besar. Pemimpin klan Hyuuga itu telah menanggalkan egonya semenjak ia sadar kekuatan lain di sisi putri sulungnya. Bahwa hati yang lembut, pun bisa jadi senjata yang amat kuat.
"Hinata, tidak ada suatu hal apa pun yang cukup berharga sehingga membuat seseorang diperbolehkan membunuh karenanya. Tidak ada! Namun ada banyak hal yang sangat berharga, bahkan untuk mengorbankan nyawa sekali pun. Salah satunya adalah keluarga. Enam puluh tahun aku hidup, hanya untuk mempelajari itu. Maafkan Ayah yang terlalu keras padamu. Maafkan Ayah yang tak bisa menjadi ayah yang baik untukmu"
Hinata mengusap air matanya. Persiapan perang telah dilakukan jauh-jauh hari, bahkan saat surat pertama dari akatsuki datang. Minggu lalu, bahkan Gaara sebagai salah satu jendral telah memimpin pasukan garis terdepan. Markas akatsuki telah ditemukan.
"Ayah, boleh aku menitipkan sesuatu?" tanya Hinata, masih sedikit terisak. Hiashi memasang wajah penasaran, namun tidak bertanya. Ia menunggu putrinya kembali bicara.
"Boleh aku menitipkan hatiku pada Ayah? Supaya ayah berjanji akan membawanya pulang bersama ayah saat perang ini usai?" pinta Hinata. Tangannya terulur, seolah hendak memberikan 'hati'nya.
Lelaki paruh baya itu tersentak. Ia paham. Putrinya tak ingin mendapat kabar kematiannya. Tidak seperti Neji dulu, tidak seperti ayah Shikamaru dan Ino. Putri kecilnya memaksanya untuk pulang. Tak bisa digambarkan betapa bahagianya hati seorang ayah mendengar hal semacam itu. Kalau bisa, Hyuuga Hiashi ingin menangis. Ia ingin berteriak, bilang bahwa ia akan kembali tanpa kurang satu apa pun. Tapi ini perperangan. Tidak ada jaminan ia bakal selamat. Meskipun ia berada di dekat ninja terkuat sekali pun. Kalian ingat bukan? Neji mati dihadapan Naruto sang pahlawan.
Hiashi tak menerima uluran tangan itu. Ia justru menggenggam tangan putrinya.
"Aku sudah terlalu tua untuk membawa hati seseorang di medan perang. Lagipula, ada lelaki lain yang lebih pantas untuk kau titipi. Lihat, Hinata! Dia melihatimu sejak tadi." ujar Hiashi. Pria tua itu tertawa kecil. Ia tak pernah menyangka Uchiha terakhir itu bakal memiliki hubungan dengan putri sulungnya. Takdir memang kadang cukup lucu untuk ditertawakan.
Hinata melirik arah pandang sang ayah. Disana ia melihat Sasuke berdiri bersama Naruto, Shikamaru, Ino, dan Kakashi-sensei. Uchiha itu melihat ke arahnya, mengabaikan Kakashi-sensei yang tengah berujar apa. Pelukan erat dari sang ayah dan adiknya menjadi tanda bahwa mereka menyuruhnya menemui pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekai no Fuin (Segel Dunia)
RomanceTentang kita, dan dunia yang kita tinggali. Aku yakin bahwa segala sesuatu yang ditakdirkan bertemu, pasti akan bertemu. Selebihnya hanya masalah jalan cerita. Namun meski begitu, di dunia seperti apa pun, aku pasti akan tetap bersyukur pernah berte...