Cerita yang Amat Panjang

3.5K 382 26
                                    

hai hai hai minna-san!!!

Choco akhirnya bisa menyempatkan waktu buat update,, kali ini chapternya bakal (rada) panjang dibanding yang kemaren-kemaren. hehe. banyak yang protes Choco sering bikin chapter pendek.

di akhir bakal ada sedikit cuap-cuap. so enjoy first!!!

SEKAI NO FUIN
Naruto belongs to Mashashi Kishimoto. This story belongs to me

Aroma khas tanah yang lembab menyambut penciuman Sasuke saat pertama kali ia menjejakkan kaki di gerbang yang akan menuju ke labirin bawah tanah Konoha. Hanya shinobi paling hebat dalam bidangnya yang dikirim untuk pergi. Siput milik Tsunade membagi tubuhnya menjadi bagian-bagian kecil dan menempel di pundak masing-masing. Selain sebagai pengirim pesan, katsuyu juga akan sangat menolong saat ada yang terluka, mengingat tidak ada ninja medis yang ikut dengan mereka.

Sasuke, Naruto, Shikamaru, Ino, dan Kakashi berdiri di depan gerbang. Hanya mereka berlima yang akan berangkat mencari kunci dunia.

"Tsunade-sama menitipkan pesan supaya kalian berhati-hati. Di permukaan, perang telah meletus di berbagai tempat. Kemungkinan besar, para Kage akan sibuk menghadapi Akatsuki" jelas katsuyu yang berada di pundak Kakashi.

"Bagaimana dengan Hinata-chan?" tanya Ino.

"Seperti rencana, Akatsuki masih belum bisa menemukan persembunyiannya. Untuk dua sampai tiga hari kedepan, diprediksi perang akan mencapai puncaknya. Kembalilah secepat mungkin. Begitu yang disampaikan oleh Tsunade-sama" jawab Katsuyu lagi.

Sasuke sangat ingin bertanya. Apakah gadis itu masih kesakitan? Apa ia makan dengan baik? Apa ia mempunyai teman untuk diajak bicara? Namun saat pemuda Uchiha itu berpikir sekali lagi, ia sadar betapa konyolnya pertanyaan itu.

Di sisi lain, Shikamaru membuka tasnya dan menggelar sebuah peta. Dia bilang, Tsunade-sama menemukan peta ini di salah satu barang peninggalan Hokage pertama.

Labirin itu memiliki dua pintu masuk. Satu di bagian timur, dan satu lagi di selatan. Beberapa jalur terlihat menuju ke arah barat, namun kebanyakan terputus begitu saja. Labirin itu dipetakan dengan mengirim beberapa bunshin yang selalu gagal menemukan jalan keluar. Ungkapan bahwa tak ada yang selamat untuk menceritakan tentang labirin itu bukan hanya isapan jempol. Bunshin-bunshin itu menghilang saat terkena jebakan mematikan, membuat shinobi pengirim bunshin kebanyakan menjadi gila karena melihat penyiksaan yang akan mereka alami jika memasuki labirin itu.

Ino kesulitan menelan ludahnya. Seharusnya Shikamaru tidak menyampaikan informasi ini saat mereka sudah memasuki labirin, dan gerbang tempat mereka masuk menghilang secara tiba-tiba.

"Apa ada informasi tentang wadah kunci itu?" tanya Sasuke.

"Sejauh ini belum ada. Kebanyakan bunshin dikirim untuk memetakan jalan keluar. Bukan untuk mencari kunci itu."

Sasuke mengaktifkan Sharingan dan Rinnegan di kedua belah matanya. Pandangannya menyusuri daerah sejauh dan sedetail yang ia bisa. Sejauh ini ia hanya melihat perangkap-perangkap normal yang ditemui di gua seperti anak panah, lantai bolong yang dibawahnya ada ratusan jarum raksasa, batu besar yang menunggu di salah satu lorong, juga puluhan tengkorak.

.

.

.

Perang tak pernah sekeren yang diceritakan para pahlawan yang pulang ke tanah air. Dimana-mana bau bubuk mesiu, bau gosong, bau darah, dan bau anyir mayat. Hinata ingat betul. Dia membenci perang, terlebih jika perang itu terjadi karenanya.

Disampingnya, Yami duduk sambil bersiul senang. Sudah hampir seminggu semenjak ia bersembunyi, dan sudah lebih lima hari semenjak perang meletus. Tak ada kejadian berarti. Sakura selalu menemani Hinata 24 jam, bahkan saat mandi dan tidur. Terkadang Hinata menjadi risih dengan kehadiran Sakura, takut gadis musim semi itu melihatnya aneh yang seolah bicara sendiri saat ia berbicara dengan Yami.

Sekai no Fuin (Segel Dunia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang