Cerita Masa SMA

58 5 0
                                    

Aku dan empat kawan sedang menertawakan guru yang bertanya kepada seorang kepala sekolah, "apakah motor ini masih bisa berjalan tanpa karbulator?" aku katakan seorang karena tidak ada sekolah dengan dua kepala sekolah. Apa jadinya kalau ada dua. Nanti dibilang sekolah berkepala dua.

Kami semakin menertawakan mereka saat si kepala sekolah menjawab, "ibarat manusia bu, tidak akan bisa hidup tanpa jantung". Kami yang masih terus tertawa itu sedang main basket saat jam pulang sekolah sampai penjaga sekolah menyuruh kami semua meninggalkan sekolah.

Saat masih SMA hanya ada dua pilihan untuk mudah meraih perhatian dari lawan jenis. Satu kaya, dua populer dan tiga sayang adik kakak. Sayangnya salah satu dari ketiga kriteria tersebut tidak aku miliki. Bermain basket dan ikut ekskul band adalah cara mencapai kepopuleran. Dahulu menurutku yang masih suka berharap betapa indahnya punya pacar saat SMA.

Agar jago bermain basket dan menuju kepopuleran yang tidak nyata, akhirnya kami rajin sekali latihan basket setiap sore selesai sekolah. Di lapangan basket sekolah yang dipakai juga untuk upacara, saat itu di cat warna hijau toska. Hanya didukung dengan niat yang teguh tanpa dukungan pemerintah berbekal kaos salinan dari rumah kami serius berlatih.

Ketika diusir penjaga sekolah, kami semua nyatanya tidak langsung pulang ke rumah. Melainkan nongkrong di sebuah warung menikmati senja, sisa keringat dan es teh manis. Ditambah juga pemandangan penjaga warung yang juga manis. Lalu kembali tertawa kencang menyaingi adzan maghrib membahas teman sekelas kami yaitu Brown alias Eka Rohman alias Bening, yang tadi siang di kelas menunjukkan isi dalam tasnya. Tasnya berisi segala macam kunci pas lengkap dengan tang dan juga obeng. Brown anak SMA berbekal layaknya anak STM jurusan otomotif.

Esoknya semua guru dan kepala sekolah memeriksa isi tas seluruh murid di kelas. Tak ditemukan lagi barang-barang yang berhubungan dengan kasus hilangnya karbulator. Penemuan barunya adalah ada  beberapa murid yang kedapatan membawa korek api, CD bokep sampai kondom. Mereka anak SMU berbekal layaknya anak diskotik.

Guru dan kepala sekolah tak pernah kehilangan akal. Disuruhnya semua murid berbaris di depan kelas. Satu persatu tangan para murid dicium oleh para guru. Oh Tuhan sudah mau kiamat kah? Sekarang bukan murid yang cium tangan guru. Tapi guru yang mencium tangan murid. Tentu dengan tujuan memeriksa ada bau bensin atau rokok yang menempel di tangan para murid. Dengan begitu si pelaku pencurian dapat ditemukan lalu ditindak.

Brown lolos karena tangannya wangi. Aku tebak wangi itu bersumber dari parfum salah satu siswi di kelas. Brown juga lolos karena isi tasnya bukan lagi beranekaragam kunci pas. Kini isi tasnya hanya botol air mineral bekas ukuran satu liter setengah. Hanya botol kosong berjumlah dua buah.

Besoknya suasana sekolah jadi lebih aneh. Motor-motor diarahkan untuk parkir di area kosong yang mudah di pantau oleh pihak sekolah. Agar tidak ada lagi tindak pencurian sperpart atau aksesoris motor siswa-siswa yang diparkir. Tidak ada motor yang di kumpulkan di pojokan halaman sekolah yang memberi peluang para oknum iseng.

Main basket lagi pulang sekolah. Gaduh lagi kepala sekolah. Bukan kalbulator sekarang yang hilang. Tapi ada laporan dari beberapa murid. Laporan bahwa bensin yang ada di motor mereka kosong. Bukan menguap oleh panasnya matahari atau bocor oleh kunci jawaban. Tapi ada yang mencuri bensin dari tangki motor mereka. Si ibu guru yang setia mendampingi kepala sekolah tidak lagi berani bertanya, "apakah motor ini masih bisa berjalan tanpa bensin Pak?" karena pertanyaan seperti itu akan membuat dirinya tidak pantas jadi guru.

Kami tetap bermain basket. Kami tetap diusir penjaga sekolah karena sudah jam tutup gerbang. Esoknya ada pemeriksaan lagi. Murid-murid dikumpulkan lagi untuk di periksa isi tasnya. Sudah tidak ditemukan lagi kunci pas, korek api, kondom, CD bokep dan botor air mineral. Sudah tidak ditemukan lagi kami yang main basket saat jam pulang sekolah karena pihak sekolah memutuskan parkiran motor pindah ke lapangan basket. Sudah tidak ada lagi penjaga sekolah yang mengusir anak-anak kurang jajan yang main basket sampai gerbang sekolah mau ditutup. Tapi masih ada waktu yang kami gunakan untuk menertawakan kisah ini ketika kami dipertemukan  delapan tahun kemudian di reuni akbar yang diadakan di sekolah.

Opini Si Karung GoniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang