XII : Di Balik Seringai

1.5K 199 16
                                    

Waktu terus menerus mengalir. Tak peduli dengan apa yang terjadi dan apa yang akan terjadi. Ia tetap saja berputar. Tak membiarkan siapapun untuk menghentikannya. Karena satu hak sang waktu yang tak bisa dibantah. Terus berputar tanpa henti dan tanpa peduli.

Setelah pertemuan Jean dan perdana menteri di ruangan kemarin. Mereka langsung bergerak cepat. Menyiapkan rencana untuk menemukan salah satu anggota Miracle Knight yang disembunyikan di tenibris. Untuk itu, perdana menteri langsung menghubungi kepala sekolah untuk menyeleksi siapakah keenam murid yang termasuk dalam Miracle Knight. Baru kemudian mencari ksatria terakhir.

Dan seperti inilah jadinya. Agenda di sekolah langsung diubah. Semua langsung disiapkan untuk seleksi Miracle Knight. Seleksi yang diperkirakan sangat mudah nyatanya tidak. Mereka malah diharuskan untuk bersaing satu sama lain.

Walau hal itu belum bisa dipastikan kebenarannya karena Miracle Knight bukan sebatas seleksi. Melainkan status mereka sudah pasti. Tanpa mereka sadari itu. Mereka sudah ada dan tinggal menunggu waktu untuk ditemukan. Karena ksatria keajaiban itu adalah takdir.

Sekarang, semua murid dikumpulkan dalam sebuah aula besar. Aula yang Alice tahu―di dimensi 3―dijadikan seperti sebuah teater. Nyatanya berbeda fungsi dengan yang ada di dimensi ini. Dan yang ada di sini sangatlah terawat. Berbeda dengan teater dimensinya yang hanya dibersihkan sekitar dua bulan sekali.

Ini luar biasa, pikir Alice.

Ia memandang takjub ruangan yang didominasi warna putih tulang itu. Padahal dari luar ruangan, ini hanya terlihat seperti sebuah aula yang dibangun dari kayu. Nyatanya, di dalamnya sudah terdiri dari tembok-tembok kokoh. Belum lagi langit-langit yang terdiri dari puluhan lampu gantung yang sudah pasti bersinar terang saat malam. Benar-benar luar biasa.

"Alice," panggil seseorang membuat gadis itu menoleh. Ia kan...

"Keith?" tanya Alice pada pemuda di hadapannya. Ia ragu. Tapi ia tak semudah itu melupakan murid baru yang datang beberapa hari setelah ia berstatus sebagai siswa di sekolah ini.

"Kukira kau akan lupa padaku," katanya sambil menyeringai.

Oke, di sini mungkin hanya perasaannya saja kalau Keith punya wajah mirip dengan seekor singa. Rambut panjangnya berwarna orange kecokelatan diikat satu. Matanya tajam beriris hijau muda kekuningan. Belum lagi dua taringnya yang tampak lebih panjang dari manusia biasa. Ya, kurang lebih seperti itu yang bisa Alice tangkap dari pria di depannya.

"Ada apa?" Lagi, Alice bertanya walau ia ragu.

Masih dengan seringaiannya. Oke, Alice anggap kalau itu memang senyuman khas milik Keith. Lagi pula untuk apa ia takut? Ayolah, Alice bahkan manusia dimensi tiga yang sudah ditetapkan sebagai salah satu Ksatria Keajaiban itu.

Ya, benar. Mungkin ini terlalu cepat. Mengejutkan? Alice pikir biasa saja. Toh ia juga belum tahu apa fungsi Ksatria Keajaiban yang katanya sudah ada di legenda. Termasuk namanya yang entah kenapa tercantum dalam buku dimensi ini. Ayolah, apa legenda sebodoh itu sampai-sampai harus menariknya ke dimensi ini? Oke, lupakan.

Omong-omong soal dirinya yang sudah ditetapkan sebagai salah satu anggota Miracle Knight. Itu karena tadi pagi ia dipanggil ke ruangan kepala sekolah. Ia memberitahukan Alice secara gamblang. Dan ... seperti inilah. Walau katanya ia tetap harus mengikuti seleksi ini. Lebih tepatnya disinilah ia harus melakukan latihan yang mungkin mirip sistem akselerasi yang ada di dimensinya. Tidak buruk, hanya saja ya ... begitu.

Kembali pada Keith.

"Untuk apa kau ada di sini?" Ia bertanya balik dan membuat Alice mengerutkan dahinya.

2.5 Dimension [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang