XXXII : Effugium

623 85 37
                                    

"Sebelumnya, Jean pernah bertanya padaku," kata Keith yang tengah terduduk di tepian kasur miliknya.

Sementara Naito―sang lawan bicara―berdiri sambil bertumpu pada tembok tanpa cat di sebelahnya. Bayangannya terlihat memanjang saat cahaya bulan masuk ke dalam ruangan itu. Sementara pandangan Naito tertuju pada langit-langit.

"Dan Kau juga sebenarnya kebingungan?" balas Naito, "Lalu menganggap semua itu efek dari belum pulihnya ingatanmu, bukan?"

Mau tak mau Keith mengangguk. Mengingat kejadian hari itu, rasanya membuat rasa bersalah tumbuh dalam dirinya pada Jean. Karena saat itu ia bilang....

Mungkin, karena ini sudah lama. Lagipula, Kau masih kecil waktu itu.

Ya, waktu itu ia berbohong. Menyakitkan, bukan? Ah, bahkan entah kenapa sudut hatinya tak terima dengan kenyataan ini. Rasanya seperti dipermainkan.

Maksudnya, beberapa waktu lalu mereka bertemu dan diperkenalkan sebagai kakak dan adik―di saat hubungan mereka terhitung buruk selama di Regrl. Tak lama kemudian, kenyataan baru menghampiri kalau keduanya tak punya ikatan darah.

Ini ... sulit.

"Maaf, seharusnya aku bilang sejak awal," kata Naito melihat ekspresi Keith yang kian meredup.

Bagaimanapun juga, Keith dan Jean memang benar mirip adik dan kakak saat bersama, walau sering terdengar ocehan bahwa mereka tidak akur. Mereka sudah terbiasa satu sama lain. Dan kalau begini, entah kenapa kecanggungan yang sebelumnya telah sirna itu kembali.

Karena bagaimanapun juga, Keith telah tahu keadaannya. Ia tak akan mungkin bersikap sok biasa. Pasti akan ada yang berbeda.

"Walau begitu, aku tetap mempercayai Jean," ucap Keith tiba-tiba. "Karena dia ... bukan orang jahat, 'kan?"

Naito mengulas senyum di bibirnya, menggeleng pelan. "Kalau hatinya tidak murni, dia tidak akan terpilih sebagai Miracle Knight."

Rasa tenang perlahan melingkupi dada Keith. Hanya itulah yang ia pikirkan. Ia tahu bahwa tak pantas baginya mempertanyakam kebaikan atau kejahatan seseorang, karena dirinya yang dahulu pun bisa masuk kategori itu meski di bawah kendali makhluk lain. Akan tetapi, ini Jean. Kalau bukan seorang Jean, mungkin ia tak akan peduli. Karena dia ... tetaplah adiknya.

"Kau bisa bicara dengan Dan-sama kalau mau," tambah Naito. "Dia tahu segalanya."

***

Beberap waktu berlalu. Pagi yang begitu dingin di Regrl saat ini. Musim dingin benar-benar sampai di dimensi ini. Bahkan para murid pun sudah berganti pakaiannya dengan seragam yang lebih tebal.

Well, seragam musim dingin. Kalau sekilas tak ada bedanya antara laki-laki dan perempuan. Hanya saja untuk para gadis diberi rok selutut yang tersambung dengan celana semata kaki seperti laki-laki.

Dan ... selamat datang di musim di mana mereka akan tiba.

"Pasukan gerbang depan," teriak salah seorang guru menunjuk ke arah kirinya. Untuk informasi, mereka tengah berkumpul di aula.

Kumpulan orang yang berada di pasukan kiri mengangkat pedangnya bersamaan. Itu kelompok yang mayoritas punya kekuatan setara dengan para pelindung istana. Karenanya ditempatkan paling depan.

Kemudian, pemanggilan-pemanggilan itu diteruskan. Ada yang berjaga di gerbang utama Regrl, gerbang istana, sampai bagian bawah tanah istana tempat portal antar dimensi berada.

Karena tujuan mereka adalah hal itu. Di sisi lain, Alice yang harus mereka lindungi karena bisa saja gadis itu dijadikan sandera oleh mereka. Namun pada kenyataannya....

2.5 Dimension [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang