XLI: Take a Chance

360 59 7
                                    

Termasuk ... Pitch Black Knight.

Pitch Black Knight yang hawa keberadaannya ...

Wusss

Alice kecil sontak memejamkan matanya saat sadar sebuah anak panah tiba-tiba melesat dan lewat di antara mereka. Membuat Jean dan Alice membelalak tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

"Ck, mereka lebih cepat dari—"

Belum selesai bocah itu mengutarakan apa yang ada dalam pikirannya. Jean langsung meliriknya tajam, sesekali ekor matanya melirik ke belakang, menangkap kepulan debu yang tampaknya berasal dari kumpulan makhluk-makhluk yang jelas tengah mengejar mereka.

Sementara Alice hampir kehilangan konsentrasinya kalau ia tidak ingat sekarang sedang mengendalikan sesuatu. Satu hal yang ia tahu, ada sesuatu yang mengejar mereka di belakang. Suara tapak kaki kuda yang begitu cepat dan anak panah tadi ... ditujukan untuk mereka.

"Jangan bilang kau dari tadi diam gara-gara takut dengan hal ini?" Suara Jean terdengar menyindir gadis kecil yang kini sibuk dengan raut wajahnya sendiri, antara takut pada Jean atau takut mereka akan tertangkap. "Kenapa kau tidak bilang dari tadi?!" teriak Jean panik.

Gadis itu tampak bergetar, bibirnya ketakutan, tapi ekspresi Jean yang barusan itu membuatnya ingin tertawa—meski jelas ini bukan waktunya untuk itu!

"Ka—kaupikir aku nggak takut dengan mereka? Lagi pula dari tadi kalian tampak asyik bicara, aku tidak mau ya jadi pengganggu—"

"Dan sekarang mempertaruhkan nyawa kita?!" Jean lagi-lagi memekik.

"Jean tenangkan dirimu," ucap Alice tiba-tiba sambil menoleh. "Pikirkan baik-baik sementara aku harus tetap stabil megendalikan—"

Wusss...

Wusss...

"—Sialan, mereka siapa, sih?" Alice memekik tiba-tiba saat sebuah anak panah kembali melesat, kali ini berturut-turut dan membuat keseimbangannya goyah. Serius, ini bukan main-main, makhluk-makhluk itu jelas tengah mengancam dan meminta mereka bertiga untuk berhenti.

"Me—mereka Ksatria yang entah sejak kapan ada. Aku tahu beberapa dari mereka dan jelas sekali keberadaan mereka itu untuk menjadi lawan kalian. Ah iya, namanya Pitch Black Knight," jelas Alice kecil dengan suarayang bergetar.

Jean menganggukan kepalanya sekali. Di saat yang sama ia juga sadar akan kejanggalan. Maksudnya, mereka saat ini tengah diiikuti dan diserang tapi ....

"Lice, rainbow tunnelmu tak akan bisa terlihat orang dari luar bukan? Tapi—"

Alice mengangguk, lalu memotong ucapan Jean. "Kaubenar, selama ini stabil, selama kita ada di dalam sini dan kukendalikan, mereka tak akan melihat keberadaan kita."

"Tapi mereka menyerang kita menggunakan anak panah sedari tadi seolah mereka tahu keberadaan kita. Meski begitu ...." Pikiran Jean terhenti di situ, matanya dengan cepat beralih pada Alice kecil yang kini tengah terpaku dengan bola mata milikinya.

"Lice ... alat pelacak di tubuhmu."

Gadis itu terdiam, demi apapun ia baru ingat kalau alat pelacak itu tak akan bisa terlepas dari tubuhnya begitu saja. Karena dirinya bukan manusia asli, jelas sekali kalau benda itu adalah alah satu dari bagian penyusun tubuhnya. Keberadaannya akan selalu diketahui selama ... ia masih terikat dalam genggaman sosok itu.

"Maafkan aku, alat ini tampaknya akan tetap berfungsi. Aku tidak menyangka kalau ini akan menghambat kalian—"

Jean hanya terdiam menanggapi itu, ia paham kondisinya saat ini. Sosok itu, pasti mengejar mereka karena memang ada hubungannya dengan gadis ini. Duplikatnya Alice, yang jelas terdapat sesuatu yang berharga baginya. Juga, ke mana pun mereka pergi, selama alat itu ada dalam tubuh gadis itu, semua akan tetap sama. Mereka pasti akan ditemukan atau lebih buruknya ... semua akan berakhir lebih buruk dari apa yang ia perkirakan sebelumnya.

Tapi ... akan berbeda kalau sosok itu tahu akan kenyataan yang lainnya.

Dan, hanya jalan itulah yang memiliki kemungkinan terbesar menyelamatkan semua kekacauan ini.

"Semua sudah berjalan," ucap Jean tiba-tiba, "kita tidak bisa berhenti di sini atau meninggalkanmu di sini. Lagi pula, kenapa kita harus lupa dengan resiko di awal? Kita memang menculik anak ini, bukan?" Senyuman Jean terukir tiba-tiba.

Senyum dengan penuh keyakinan.

"Lice, kita harus tetap ke Diffr. Kendalikan benda ini semaksimal mungkin, aku akan menghalau hadiah-hadiah kecil yang sepertinya akan segera bertambah,"—Jean melihat dari kejauhan kumpulan anak panah yang datang secara bersamaan, mengeluarkan pedangnya sebelum kemudian melirik Alice kecil—"Sementara kau ... berhenti memasang raut bersalah seperti itu. Sejak awal kita sudah tahu resikonya, bukan?"

Sejak awal, kelembutan yang ada pada Jean memang tak bisa dilenyapkan. Meski sikapnya berubah-ubah, ia tetaplah Jean yang peduli pada orang lain. Sekarang ... biarkan ia melakukan apa yang menjadi tugasnya. Ia tak akan membiarkan latihannya selama ini sia-sia. Karena, puluhan bahkan ratusan anak panah yang kini mengarah pada mereka, akan ia hancurkan.

***

Bogor, 12 April 2019
15:39 WIB

Selamat soreeeee!
Lama tidak berjumpa hehehe. Maaf ya kalau baru bisa up lagi. Mode nyebelin Nari yang banyak alasan memang minta dihajar, tapi cukup sulit. Btw, ada yg rindu? ^---^
Aku gak berharap banyak masih ada yg bertahan setelah digantung selama ini hehe. Tapi makasih bagi yang masih nunggu, Nari sayang kalian <3 Semoga suka dan sampai jumpaaaaa!

Regards

Nari

2.5 Dimension [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang