Dari Awal sampai Depan

511 39 19
                                    

Bel pergantian jam pelajaran telah berbunyi sekitar sepuluh menit yang lalu. Suasana kelas ramai riuh, semua siswa sibuk menghafal materi presentasi. Hari ini akan ada presentasi tentang swamedikasi.

Pelajaran yang membahas tentang pelayanan kepada pasien saat pemberian obat di apotek.

Ada semacam dialog yang akan dibawakan semua siswa di kelasku. Aku mendapat materi swamedikasi obat sakit gigi.

Sekejap, suasana riuh pun berganti menjadi sunyi senyap saat seorang guru wanita memasuki ruang kelas.

"Assalamualaikum, anak-anak," ucapnya sambil meletakkan buku bersampul biru.

Wajahnya cukup menawan, apalagi ditambah gigi gingsulnya yang terlihat saat tersenyum. Matanya sipit, kulitnya tak terlalu putih juga tak terlalu hitam, tingginya sekitar seratus lima puluh senti meter. Namanya Bu Riris. Teman-teman biasa memanggilnya dengan sebutan Bundadari, karena ia adalah wali kelasku. Ia terkenal cukup galak, tapi sebenarnya baik hati dan ramah.

"Waalaikumsalam," jawab kami serempak.

"Bagaimana tugasnya, anak-anak? Sudah siap, ya?" tanya Bu Riris sambil duduk di bangku.

"Beluuuummm...." Anak-anak tampak kompak menjawab tanpa komando.

Bu Riris terlihat sedikit merengut sambil menyembunyikan senyum manisnya. "Siap nggak siap, kalian harus maju  hari ini, ya...," ucapnya sambil membuka buku absen. "Ayo, kita mulai sekarang, ya. Ibu akan panggil sesuai urutan absen," lanjutnya.

"Mampus, Beb! Kita pertama," ucapku sama Novi.

"Iya nih, Beb," jawabnya sambil menepuk jidat.

"Agustina Winda," panggil Bu Riris. "Pasangan kamu siapa, Agustina?" tanya Bu Riris padaku.

"Novi Eka, Bu."

"Oke silakan!"

Aku mengambil napas lalu mengembuskannya perlahan untuk menghilangkan ketegangan.

Ceritanya suasana di apotek...

Novi : Sebagai pasien.
Winda : Sebagai pelayan apotek.

Novi : Permisi, Mbak.

Winda : Iya, Mbak. Ada yang bisa dibantu?

Novi : Mau cari obat sakit gigi, Mbak. Gigi saya tuh sakit banget.

Winda : Bengkak atau nyeri saja, Mbak?

Novi : Bengkak juga nih, Mbak.

Winda : Mbak punya riwayat sakit magh atau darah tinggi?

Novi : Nggak punya, Mbak.

Winda : Tunggu sebentar ya, saya ambilkan dulu obatnya.

Novi hanya mengangguk.

Winda : Ini obatnya, Mbak. Asam mefenamat sama dexamethason. Asam mefenamat untuk pereda nyeri dan dexamethason untuk peradangan sama bengakaknya.

Novi : Mbak ini minumnya berapa kali?

Winda : Diminum tiga kali sehari sesudah makan, Mbak. Dengan jarak waktu delapan jam agar proses penyerapannya maksimal. 

Novi : Kok selang waktu delapan jam, Mbak? Nggak kelamaan, tuh?

Winda : Jadi begini... Dalam sehari kan ada 24 jam. Nah dalam 24 jam itu nanti dibagi berapa kali kita minum obat. Jika tiga kali sehari, maka 24 : 3 = 8 jadi selang waktunya delapan jam.

Novi : Ooo... Seperti itu, ya, Mbak. Jadi berapa semua, Mbak?

Winda : Iya, Mbak. Semua jadi sepuluh ribu saja, Mbak.

Novi : Ini uangnya, Mbak.

Winda : Trimakasih, Mbak. Semoga lekas sembuh.

Novi : Aamiin, sama-sama.

Drama selesai.

Aku dan Novi pun kembali duduk ke bangku kami. Lega rasanya sudah maju presentasi. Dan begitu seterusnya sampai absen terakhir. Semua maju ke depan kelas untuk membawakan dialog swamedikasi di apotek. Berbagai macam ekspresi anak-anak yang maju membuat hiburan tersendiri. Ada yang tegang pakai banget, ada yang lupa dialog, bahkan ada yang dibumbui dengan lelucon di sela-sela dialog.

"Nah, karena semua anak sudah maju, jadi minggu depan ada ulangan ya. Materinya dari awal sampai depan," ucap Bu Riris.

Hening, anak-anak yang lain tampak menyiritkan dahi. "Dari awal sampai depan?" gumamku.

"Ibu, materinya gimana? Masa dari awal sampai depan haha," celetuk Si Anang. Siswa paling populer di kelas yang mengaku sebagai d'bagindharia, penggemar salah satu grup band yang terkenal pada masanya. Semua murid pun ikut tertawa, seketika ruang kelas menjadi ramai.

"Eh, iya. Maksudnya dari awal sampai akhir," ucap Bu Riris sambil menyembunyikan wajahnya yang merah akibat malu.

Dari awal sampai depan, bagaimana ceritanya? Lucu juga guruku yang satu ini. hahaha


SEFATU (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang