Berulang kali aku mematut pantulan diriku di cermin yang menampilkan seluruh tubuhku. Tak menyangka seragam putih abu-abu telah melekat pada tubuhku. Tak lupa jilbab putih polos dengan bros berbentuk kepala kelinci telah menghiasi jilbabku.
"Nda, cepet sarapan dulu! Nanti Si Mey nyamperin malah kamu belum sarapan," ucap ibuku.
"Iya, Bu. Sebentar deh," jawabku.
Hari ini adalah hari pertamaku masuk sekolah sebagai siswi SMK. Untuk yang terakhir kalinya, aku kembali menghadapkan wajahku di depan cermin, "sudah perfect," gumamku.
"Menu sarapan yang lezat," gumamku saat membuka tudung saji.
Setelah sarapan, aku memakai sepatu yang dibeli kemarin. "Winda...!" terdengar teriakan dari luar rumah.
"Iya, Mey. Sebentar." Aku segera keluar menemui Mey yang sudah ada di pelataran rumahku.
"Bu, aku berangkat, ya. Assalamualaikum," pamitku seraya mencium tangan Ibu.
"Iya, hati-hati. Walaikumsalam."
Langkah kami seirama, menuju perempatan depan untuk menunggu angkot yang akan mengantar kami ke sekolah. Tak butuh waktu lama, hanya sepuluh menit kami sudah sampai di depan pintu gerbang sekolah.
Aku dan Mey pun memasuki sekolah baru kami. Di persimpangan jalan pun kita berpisah, karena kelas akuntasi ada di bawah, sedangkan kelas farmasi ada di lantai dua.
Satu demi satu anak tangga kunaiki. Sampailah di lantai dua, segera kucari ruang nomor sebelas. Yah, pelajaran pertama akan dimulai di ruang sebelas.
Senyumku mengembang saat mataku menatap ruang bertuliskan nomor sebelas. Terletak paling ujung, berbatasan langsung dengan persawahan milik warga. Ruangan yang benar-benar istimewa. Selain bisa belajar, sesekali bisa melihat pemandangan hamparan hijaunya tanaman padi di sawah. Sekilas menghilangkan rasa jenuh pada suatu materi pelajaran. Langkahku semakin mantap untuk memasuki ruang tersebut, "Assalamualaikum," sapaku pada semua anak yang ada di kelas.
"Waalaikumsalam," jawab beberapa anak yang mendengar ucapan salamku. Beberapa senyum menyambut kedatanganku. Bahkan ada yang bersalaman, sekedar untuk berkenalan.
Kuedarkan mataku ke semua penjuru kelas, mataku terhenti pada dua bangku kosong yang terletak di nomor urut dua dari depan. Segera saja kududuki kursi tersebut. Tak lama, datanglah seseorang yang kutunggu dari tadi. Senyumnya mengembang saat mata kita bertemu.
"Bebeb!" sapanya sembari melangkahkan kakinya ke arahku. Dia duduk di sebelahku. Bangku kosong di sebelahku memang dikhususkan untuknya.
"Hei, kamu berangkat sama siapa?" tanyaku.
"Aku diantar sama mama, Beb," jawabnya.
Wanita berjilbab sama denganku dengan tinggi semampai, berkulit putih dengan mata yang besar. Dia periang, tapi sekalinya sedih dia lebay.
Dia Novi, sahabat karibku sejak aku duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Karena ada insiden kecil yang membuatku semakin lengket dengannya seperti sekarang. Mungkin kita memang sudah ditakdirkan untuk selalu bersama.
"Keluar yuk, Beb! Sambil liat-liat kali aja ada anak HKTI 1 yang ganteng," ajaknya.
"Dasar! haha." Aku dan Novi pun menuju ke depan kelas. Baru saja kami berbincang-bincang dengan anak-anak yang lain, terdengar suara bel sekolah yang menggema di seluruh penjuru sekolah yang menandakan jam pelajaran pertama akan segera dimulai.
Terlihat seorang wanita berjalan ke arah kelas kami. Wanita cantik dengan tinggi sekitar 150cm, mengenakan baju dinas, terkesan jutek memang orangnya.
"Ayok semua masuk kelas! Pelajaran akan segera kita mulai," ucap wanita tersebut.
Aku dan teman-teman yang sedang berada di luar kelas pun segera memasuki ruang kelas dan duduk di tempatnya masing-masing.
"Assalamualaikum, anak-anak." Semua murid serempak membalas salamnya.
"Perkenalkan, nama saya Astri Indrasari, posisi saya di sini sebagai wali kelas dari kalian semua," ucapnya diakhiri senyuman. Senyuman yang memperlihatkan lesung pipit di kedua pipi tembemnya.
"Iya, Bu...," ucap semua murid serempak.
Hari pertama sekolah sebagai siswa baru SMK hanya diisi dengan perkenalan. Belum ada materi sedikit pun yang disampaikan.
Aku dan Novi bergegas keluar ruangan kelas, karena jam pelajaran hari ini telah usai. Di hatle bus, aku menunggu Mey yang akan mengajakku pulang bareng, sedangkan Novi menunggu mamanya datang untuk menjemputnya. Tak perlu menunggu lama, mamanya Novi pun datang dan Novi pulang terlebih dahulu.
Aku pun masih sendiri menunggu munculnya Mey. Aku tersenyum simpul menatap bangunan sekolah baruku. tak menyangka bisa menimba ilmu di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEFATU (REVISI)
Não Ficção(Romance, Humor, Perjuangan) Tim Author : NARinjani Perjuanganku menjadi seorang farmasis... Be strong!!!