Resign

65 8 3
                                    

Makin hari, pekerjaanku semakin menumpuk. Sebenarnya bukan pekerjaan utamaku, pekerjaan sampingan yang benar-benar menguras waktu dan tenaga. Entahlah... semakin hari, tenagaku benar-benar dilanda rasa lelah yang bergelayut pada raga ini.

Seperti hari ini, barang datang begitu banyak. Karena kemarin, Mbak Nita belanja kebutuhan apotek. Aku, Aji, dan Nilla. Hari ini, kami bertiga jaga pagi. Tak ada yang berceloteh seperti biasa saat kami jaga bertiga. Yang biasanya celotehan didahului Nilla yang mengejek Aji, kemudian Aji membela diri. Selalu seperti itu jika mereka satu shift. Terkadang aku pusing sendiri mendengar ocehan-ocehan mereka. Tapi itulah yang membuatku rindu dan kadang tertawa. Nilla yang berbicara dengan nada tinggi, sedangkan Aji membela dengan merengek. Dan itulah cara kami menghibur diri.

Semua sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Aku menghargai barang datang di faktur, Nilla menata barang, sedangkan Aji menginput data di komputer sambil sesekali melayani pembeli.

"Kita mulai ngerjain ini barang jam sembilan, ya," ucapku memecahkan suasana.

"Iya, mbak," jawab Aji.

"Mbak Win, nanti menata minum di kulkas, ya. Biar aku hang hargai barang, dan Aji jualan," perintah Nilla.

"Oke lah."

Selesai menghargai barang di faktur, aku pun mengambil dua kresek besar berisi susu kotak dan minuman-minuman lain. Dan mulai menatanya di di kulkas.

Baru sebentar aku menata minuman di kulkas, para pembeli yang biasa kami sebut pasien mulai berdatangan satu per satu. Aku yakin, Aji masih bisa menanganinya sendiri kalau cuma dua orang. Tapi, lambat laun, pasien pun mulai banyak. Dan mungkin ada lima orang.

Sebenarnya aku paling malas, jika sedang mengerjakan pekerjaan terganggu oleh pekerjaan lain. Yah, tapi apa boleh buat. Aku tak tega membiarkan Aji sendirian melayani mereka.

Aku tertawa dalam hati saat ekor mataku melirik ke arah Aji yang sedang gelisah melayani satu per satu dari mereka. Yah, mulutmu memang bungkam dari memanggilku. Namun, tatapanmu seakan meraung-raung dan berucap, "Mbak Win, bantu aku melayani mereka."

Dengan sepenuh hati, mau tak mau, aku pun menghentikan aktifitasku dan membantu Aji melayani pasien. Untung saja, pasien masih bisa sabar menunggu giliran untuk dilayani.

***

Setelah semua barang dihargai dan tertata rapi, aku pun undur diri untuk sholat dzuhur. Sambil mengistirahatkan tubuh ini yang mulai lelah. Setelah sholat, aku lanjut dengan makan siang. Alhamdulillah, menu makan siang hari ini nikmat sekali. Tongkol balado, yang menjadi makanan kesukaanku tersaji di hadapanku. Ditambah lagi dengan oseng kacang panjang dan tak lupa, minum es teh. Alhamdulillah 'alakulihal, ini enak sekali Masyaa Allah.

Hanya tersisa Aji yang ada di sebelahku, dia masih melahap nasi bekalnya yang tinggal sedikit.

"Ji, nanti kita bakal pisah," ucapku.

"Yah ... Mbak Win, kenapa sih? Nanti kalau Mbak Win pergi, aku sama siapa dong?" rengeknya.

Aku terkekeh geli mendengar jawabannya. "Kan masih banyak toh anak-anak yang lain. Mereka kan anak baik-baik."

"Hemm, baik di depan kita. Di belakang kita ya ngomel."

Aku hanya tersenyum menanggapinya. Yah, memang nyatanya seperti itu. Miris sekali.

"Nggak apa-apa, Ji. Itu artinya, kita lebih baik dari mereka. Mereka hanya iri dengan kita. Kita hanya perlu melakukan hal yang baik. Yah ... walaupun balasan mereka begitu. Biarlah, mereka inih yang menanggung dosanya," tuturku sok bijak. Yah, padahal dalam hati sebenarnya dongkol banget. Tapi apa boleh buat, kalimat itu pun bisa menjadi tameng untuk diriku sendiri. Aku termenung memikirkan ucapanku, memang sudah seharusnya begitu--tetap bersikap baik.

"Iya sih, Mbak. Tapi gimana yah? Aku juga mau resign kalau nanti udah ada kerjaan baru. Aku nggak bisa lepas gitu aja kalo belum dapat kerjaan baru, Mbak. Mbak Win kan tau sendiri, aku punya tanggungan motor," curhatnya.

"Sabar aja, Ji. Minta sama Allah yang terbaik."

Yah... biarlah, biarlah seperti ini. Entah sampai kapan. Sebenarnya aku lelah dengan keadaan yang semakin keruh. Diri masih dikuasai oleh ego masing-masing. Walaupun terlihat akur, tapi masih ada sisi yang terselubung. Ya Allah, aku udah nggak sanggup....

Alhamdulillah, bisa update nih. hehe
Terimakasih banyak buat yang udah masukin cerita ini ke reading list kalian.
Jangan lupa kasih vote dan komentar ya, biar author semangat nulisnya... hihi

Tapi kayaknya cerita ini mau end deh.... huh...

SEFATU (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang