Semoga saja, tempat ini memang akan menjadi rumah ke dua untukku.
Hening, tatapanku fokus pada jalanan kota Jogjakarta yang mulai dipadati kendaraan. Aku rasa, Jogjakarta yang sekarang sudah hampir mirip dengan Jakarta, macet di mana-mana. Entah sudah berapa kali aku mengembuskan napas kasar. Ingin sekali rasanya menjerit.
Apa yang harus kukatakan pada semua orang jika aku pulang kembali ke rumah? Aku sudah betah di Jogjakarta. Kota yang sangat aku idamkan. Aku sangat mencintai budaya dan kesenian Jawa, dan di sinilah tempat yang tepat untuk aku bisa belajar budaya dan kesenian Jawa.
Tapi harapanku pupus, saat aku harus pulang kembali ke Banjarnegara. Mau tak mau aku harus menuruti perkataan Mama, aku tak mau dicap sebagai anak durhaka karena menentang Mama. Aku tak mau hidupku menjadi terlunta-lunta di sini.
Rasanya belum lengkap ke Jogja sebelum aku melihat benda yang menjadi ikon Kota Jogjakarta, Tugu Jogja dan Malioboro.
Aku belum menemui dua ikon Jogja itu. Aku mengendus kesal. Gemes deh rasanya. Kenapa sih harus pulang lagi?
Eh-eh, tunggu. Jalannya kok beda ya sama jalan pas berangkat kemarin? Eh, itu... Itu Tugu Jogja. Alhamdulillah, akhirnya bisa muterin Tugu Jogja dan lewat depan Malioboro. Senyum pun mengembang di wajahku. Sedikit mengobati rasa kecewa yang sedang melanda hatiku.***
Tak terasa, mobil yang kutumpangi pun melaju semakin jauh dari Kota Jogjakarta. Hingga tak terasa waktu maghrib pun datang. Mobil yang kutumpangi berhenti pada salah satu rumah makan di daerah Magelang. Aku dan Mama segera membatalkan puasa dan shalat maghrib.
"Alhamdulillah," ucapku setelah berhasil meneguk air kelapa muda. Rasanya segar sekali di tenggorokan.
Sekitar jam sembilan malam, aku pun sampai di rumah. Kurebahkan tubuh lelahku. Rasanya ke Jogjakarta cuma liburan, bukan kerja.
Mama membatalkan kontrak kerjaku dengan Apotek K-24. Dan aku resmi mengundurkan diri sebelum aku mencobanya. Biarlah, biarlah aku dibilang pengecut. Biarlah aku dibilang anak manja. Biarlah... Aku tak peduli.
***
Orang-orang pun terkejut saat melihatku sudah berada di rumah.
"Loh, kok udah di rumah? Bukannya kemarin kamu pamit mau kerja di Jogja?" tanya salah satu tetanggaku.
"Nggak jadi," jawabku singkat.
Aku pun langsung melesat pergi ke TPS sebelum mereka bertanya, 'kenapa?'.
Sudah kutebak, pasti pertanyaannya akan begitu.Yah, hari ini tepat hari pemilihan presiden Indonesia. Setelah selesai mengikuti pemilu, aku pun segera menuju ke rumah nenekku yang ada di daerah Bukateja.
Sebelum aku pulang ke Banjarnegara, Mama menyuruh kakak sepupuku untuk menannyakan lowongan kerja di beberapa apotek terdekat. Dan alhamdulillah, ada satu apotek yang memang membutuhkan asisten apoteker.
Aku pun segera mengirim surat lamaran kerja ke apotek tersebut. Setelah melakukan interview dengan pemilik apotek, aku pun diterima di apotek tersebut.
Dita Putra. Dua kata yang kini kuharapkan dapat menjadi rumah kedua bagiku.
Dita Putra, sebuah apotek yang kini menjadi tempat kerjaku. Tempatku mengaplikasikan ilmu farmasiku. Aku sungguh bersyukur, karena pemilik toko sekaligus apotekernya sangat baik.
***
Siang ini aku tengah bersiap-siap untuk berangkat kerja. Yah, ini adalah hari pertama aku kerja. Dengan hati yang bersemangat, aku melangkahkan kakiku dengan yakin. "Bismillah," gumamku.
Hanya butuh waktu lima belas menit untuk sampai di Apotek Dita Putra. Ditempuh dengan perjalanan menggunakan bis AKDP jurusan Purwokerto-Wonosobo.
"Assalamualaikum," salamku saat kakiku menapaki lantai apotik dan hendak masuk melalui pintu depan.
"Waalaikumsalam," jawab beberapa anak yang mendengar salamku.
Di apotek ini ada empat karyawan. Semoga saja hari pertamanya lancar. Semoga semua karyawannya baik-baik. Semoga, semoga, dan semoga. Banyak hal baik yang aku semogakan.
"Winda," ucapku memperkenalkan diri pada masing-masing karyawan.
"Salam kenal. Aku Rani, Dika, dan Mbak Maryam." Seseorang bernama Rani memperkenalkan beberapa temannya.
"Salam kenal juga semuanya. Semoga kita dapat bekerjasama dengan baik, ya.... " ucapku diiringi dengan senyum, begitu pun dengan yang lain.
Pendek banget part ini, hehe
Dilanjut ke part berikutnya....
Jangan lupa krisannya ya? 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
SEFATU (REVISI)
Non-Fiction(Romance, Humor, Perjuangan) Tim Author : NARinjani Perjuanganku menjadi seorang farmasis... Be strong!!!