Sampai di tempat, aku melihat Taka dan temannya duduk di spot agak menjorok ke tengah sehingga dengan mudah aku bias menemukan mereka. Entah kenapa dengan riang aku berjalan ringan menuju meja mereka yang tidak menyadari kedatanganku.
Aku mengendap di belakang Taka agar bisa mengagetkannya. "Dor!" seruku dengan kedua tanganku mendorong pelan punggung Taka.
"Waa!" Dia kaget dan menoleh ke belakang mendapatiku tersenyum lebar ke arahnya.
"Mana oreo gue?" tanyaku yang segera memposisikan diri duduk di sampingnya.
"Nih." Taka dengan senyuman manisnya menyodorkan oreoku. Wah, ternyata dia memang benar-benar memesankannya. Baik banget nih anak.
"Makasih yaa." Dengan segera aku meminumnya dan menyeruputnya semangat.
"Kenalin ini temen gue." Taka mengkodeku untuk menatap cowok yang ada di depannya. Ku rasa dia ini Ryouta yang tadi ia katakana padaku lewat message.
"Hay kak, aku Ryouta, temen sekelas Taka." Ryouta mengulurkan tangannya padaku dan dengan segera aku menjabatnya.
"Chrissy," ucapku dengan senyuman yang ku buat semanis mungkin agar adek kelas mempunyai impresi bagus saat bertemu denganku.
Gak ada angin, gak ada ujan tiba-tiba Ryouta berdiri dan pamit untuk duluan meninggalkanku dan Taka. Taka terlihat agak panic dan mencegahnya agar tidak meninggalkan kami berduaan namun Ryouta tetap ngotot mau pergi. Ini sebenarnya ada apa sih kenapa mereka malah saling menahan begini?
Alhasil Taka pun menyerah menahan Ryouta dan membiarkan cowok berambut cat blonde itu pergi melambaikan tangannya sebelum benar-benar menghilang dari balik pintu.
Dan sekarang apa?
Kenapa jadi diam begini.
Taka menunduk memainkan bubble tea nya.
Sedangkan aku masih terus menyedot oreo milkshake ku.
Yang ada hanya suara orang-orang yang mengobrol di sekitar kami dan suara oreo yang ku seruput mendominasi.
Cari topic Chris..
Mau bahas apa ya?
Ah iya. Sekalian saja aku curhat ke dia tentang Luke.
"Tak, lo tau gak kalo gue sama Luke lagi berantem." Aku memulai dan sukses mendapatkan perhatian Taka yang sepertinya kaget dengan apa yang barusan ku katakan.
"Serius? Kenapa?" Taka bersimpati.
Aku pun menjelaskan awal mula kenapa aku dan Luke sampai merenggang seperti ini. Mulai dari dia melihatku dan Michael berboncengan, tentang solusi yang diberikan kak Josie dan sampai kebimbanganku untuk memutuskan hubungan kami. Aku sendiri sekarang sangat bingung kenapa masalahku dengan Luke yang bisa dikatakan serius menyangkut masa depan kami malah terasa tidak membebaniku sama sekali.
Sebaliknya aku malah merasa ringan karena bisa menceritakannya pada Taka dan dia meresponnya dengan sangat peduli. Benar-benar lelaki berhati hangat.
"Menurut lo, apa gue beneran sayang sama dia?" Taka memberanikan diri bertanya setelah mendengar semua ceritaku.
"Jangan kayak Thomas deh lo," cibirku.
Taka hanya melengos dan terkekeh terpaksa. "Emang kak Thomas bilang gimana? Bukannya kalau Michael ganjen sama semua cewek udah biasa ya kak? Soalnya sering banget kan dia tuh bikin ulah di sekolahan godain cewek bahkan guru cewek?"
Aku tersenyum mendengar perkataan Taka. Dia memang benar, Michael memang orang seperti itu. Kenapa juga Luke harus mempermasalahkannya? Bahkan jika dipikir-pikir, Michael juga sahabatku bersama anggota geng nya yang lain. Luke seharusnya tau itu tapi kenapa dia mempermasalahkannya sampai sejauh ini?
"Cemburunya Luke agak berlebihan gak sih menurut lo?" tanyaku merespon Taka.
Ia hanya mengangguk karena sedang mengunyah bubble nya.
"Terus gue musti gimana nih?" Aku bingung sendiri.
"Ya Tanya lagi sama hati lo kak, lo masih pengen sama dia atau mau nyerah aja. Kalo hati lo gak terlalu berpihak ke dia, coba dipikir lagi, apa yang udah dia lakuin dan memori kalian waktu pacaran. Biasanya kalau throwback nanti gak jadi putus." Taka menjelaskan dengan senyumannya.
Dia benar.
Taka benar.
Bagaimanapun juga, Luke itu menyayangiku dan dia sudah melakukan banyak hal untuk hubungan kami mengingat kami ini beda sekolah. Ketemu saja jarang tak sesering aku dengan Taka, Michael dan yang lainnya.
Bagaimana ini?
Aku masih bingung sendiri.
"Tak, gue musti--" Pertanyaanku terhenti karena melihat wajah Taka di sampingku sekarang murung menunduk menatap cup bubble tea nya.
Dia ini kenapa?
---------------------------
Setelah tenggelam dalam keheningan masing-masing agak lama, Taka dan aku akhirnya keluar dari café. Kami berpisah di pertigaan dekat rumahku. Dia dengan motornya dan aku dengan sandal jepitku. Taka melambai sebelum benar-benar pergi.
"Yaampun, goblok banget. Tadi kan mama nitip green tea?" Aku menepuk jidat kemudian balik badan menuju ke café lagi.
Saat aku sampai di depan pintu café, seseorang tiba-tiba menghadangku di depan pintu café sebelum aku benar-benar bisa memasukinya. Itu Ryouta.
"Loh, Ryouta? Ngapain masih disini? Gue piker lo pulang?"
Ryouta hanya menatapku dengan tatapannya yang seolah mengatakan bahwa aku ini bodoh. "Lo gak sadar juga ya kak?"
Aku mengernyit. "Gak sadar gimana?"
"Lo pikir gue sama Taka kesini cuma sekedar nongkrong?"
"Emang apa lagi kalau gak nongkrong?" tanyaku heran.
Ryouta akhirnya menghela nafas panjang sehingga ekspresi tegangnya sudah lebih rileks sekarang.
"Taka ngotot ngajak kesini cuma buat nemenin lo. Awalnya dia malu dan ngajak gue dan gue iyain. Lo gak sadar kalo dia cuma pengen ketemu lo jauh-jauh kesini?"
Mendengarnya aku sedikit tercekat hingga tak bisa membalas perkataan Ryouta.
Taka?
Astaga.
21-4-2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreaming Alone: Taka 'OOR' ft. 5SOS
FanfictionTentang bagaimana penyesalan, tangis, tawa, pengorbanan dan penantian membasahi matamu. Diangkat dari kisah nyata orang terkasih, Afifah. Copyright © 2015 Todos los Derechos Reservados por: JOSIE