Di sekolah, seperti biasa saat istirahat aku berkumpul dengan teman-teman satu gengku. Kali ini tidak ada Kaya karena sahabatku yang satu itu izin pulang duluan karena biasa, masalah yang tiap bulan dihadapi perempuan.
"Aww! Sakit bego!" Aku melempar sendok untuk memakan soto yang dari tadi terus kupegangi sambil melamun.
"Suruh siapa ngalamun!" sahut seseorang yang tadi menyubit keras pipiku hingga harus membuatku melayangkan sendok padanya.
Siapa lagi kalau bukan Michael Clifford si pembuat onar.
"Ngalamunin siapa sih? Luke lagi?" Thomas kali ini ikut menimbrung obrolan. Dia makan tepat di depanku. Bedanya, mangkoknya sudah bersih sedangkan punyaku masih panas dan penuh.
Aku mengangguk membenarkan perkataan Thomas lalu akhirnya memasukkan sesuap soto ayam lengkap dengan kuah dan nasi ke dalam mulutku. Ini adalah suapan pertama sejak aku duduk di kantin.
"Putusin aja. Lo nya gak yakin gitu," sambung Thomas yang diangguki oleh Lee.
"Putusin Luke terus pacaran sama gue Chris." Michael tiba-tiba saja menepuk punggungku keras dan hampir membuatku tersedak.
Lee yang duduk di sampingnya berkomentar. "Anjir, kalau Chrissy keselek mampus lo Mike."
Aku hanya melotot pada Michael sambil terus berusaha mengunyah lembut soto dalam mulutku. Menanggapiku, Michael hanya menjulurkan lidahnya sambil tersenyum lebar.
Orang ini benar-benar. Ah sudahlah.
"Luke masih marah sama lo?" tanya Michael sok peduli atau entah dia memang peduli.
Sifat Michael yang sering menganggap sepele hal apapun membuatku harus berpikir dua kali jika ingin curhat padanya atau sekedar berbincang serius dengannya. Ditambah lagi sifatnya yang playboy dan suka mengumbar cinta ke banyak wanita.
Dasar fucek boi.
"Masalah sepele aja marahnya berhari-hari. Lo udah jelasin ke pacar lo itu belom sih sebenernya?" tanya Thomas lagi.
"Udah gue jelasin tapi ya gitu lah lo tau sendiri dia kalo udah ngambek gimana," jawabku seolah Thomas, Lee dan Michael mengenal benar Luke orang seperti apa.
"Ya lo kan ceweknya Chris. Harusnya lo yang lebih tau Luke orangnya gimana. Kalo misal minta maaf gak digubris dan penjelasan lo gak mau didengerin tinggal gimananya lo aja ngambil langkah selanjutnya."
Thomas menyelesaikan suapan terakhir sotonya dan kini meminum es tehnya dengan sedotan. Dalam waktu singkat volume gelas es teh yang dipegangnya berkurang hampir setengah.
"Maksud lo apaan?" tanyaku tidak paham.
"Lanjut atau udahan. Gitu aja mikir. Dasar bego." Lee yang juga sudah menyelesaikan makan sotonya ikut berkomentar, diangguki oleh Michael.
"Kalau sama Michael Clifford yang playboy begini aja cemburu gimana sama temen-temen lo yang lain? Temen lo kan cowok semua Chris." Michael menimbrung, terus menyedot gelas estehnya sampai habis tak bersisa.
Tak kusadari ternyata ketiga sahabatku sudah menyelesaikan makan siang mereka di kantin. Sudah pasti yang dilakukan mereka setelah ini adalah pergi ke depan sekolah untuk nongkrong. Michael dan Lee mungkin akan merokok, sedangkan Thomas hanya menemani.
Lalu aku?
Aku tidak mungkin ikut mereka karena sotoku masih tersisa sangat banyak. Dan jangan lupakan es tehku yang masih utuh karena aku adalah tipe orang yang akan minum setelah makananku habis. Jika aku sedang makan dan sesekali minum, hal itu malah akan membuatku cepat kenyang.
"Cabut ya Chris," pamit Lee berdiri duluan diikuti Thomas dan Michael yang juga berdiri.
"Ih, temenin gue dulu napa sih!" paksaku sambil memegang tangan Lee yang berdiri di sampingku.
"Sepet mulut gue njir. Lo makan minta ditemenin manja banget," balas Lee sambil menarik tangannya yang kutahan.
"Makan sendiri tuh awkward tauk."
"Halah." Michael memutar bola matanya malas seolah tak peduli.
"Makan ya tinggal makan aja gak usah mikirin keadaan sekitar. Yang penting perut lo kenyang. Kita duluan ya." Thomas mengusak puncak kepalaku lalu pergi bersama Lee dan Michael.
Sepeninggal ketiga sahabat-sahabatku, aku mempercepat kegiatan makan sebelum space yang tadi mereka duduki ditempati oleh orang lain. Dan benar saja, baru makan suapan kelima, sudah ada orang yang duduk di depanku membawa mangkuk soto dan segelas nutrisari mangga.
"Hay kak. Sendirian aja?" sapa orang itu.
Saat aku mendongak, masih mengunyah sotoku, aku tersenyum melihat siapa yang barusan bicara.
Taka.
Susah payah aku menelan sotoku lalu mempersilahkan Taka duduk disana lama-lama. Di sampingnya ada Ryouta, teman sekelasnya yang tadi malam bertemu denganku.
Melihat Ryouta dan Taka, aku jadi teringat perkataan Ryouta. Katanya, Taka menungguku lama. Apa benar? Jika iya, kenapa dia melakukan semua itu hanya untukku?
Apa mungkin Taka ada rasa padaku?
Astaga, kau ini bicara apa Chris. Jangan terlalu percaya diri. Selera Taka itu seperti Kaya tidak sepertimu. Mana mungkin Taka suka padamu?
Tidak mungkin kan?
"Kalian makan disini aja, jangan tinggalin gue sendirian ya?"
"Siap!" sahut Ryouta dan Taka serentak. Aku tersenyum mendengar jawaban mereka.
"Michael dan yang lain udah duluan kak?" tanya Taka.
Aku mengangguk, masih terus memasukan suap demi suap soto dalam mulutku. Melihatku mengangguk, Taka hanya ber-oh ria, sedangkan Ryouta khusyuk memakan sotonya tanpa ada niat untuk menimbrung dalam pembicaraan.
Kami makan dalam diam hingga aku selesai makan duluan dibandingkan dengan Taka dan Ryouta. Sebelum membayar ke ibu kantin, aku pamitan lebih dulu pada Taka dan temannya.
"Aku bayar dulu ya." Mereka mengangguk mempersilahkan.
Setelah membayar, aku kembali lagi ke tempat semula untuk mengobrol dengan Taka dan Ryouta. Sambil menunggu mereka selesai makan, iseng-iseng aku membuka ponsel untuk melihat balasan puluhan pesan yang kukirim untuk Luke.
1 new message from Luke Hemmings
Mataku berbinar saat membaca tulisan itu dari layar ponselku yang masih terkunci. Saat aku membukanya, betapa terkejutnya aku membaca pesan singkat dari kekasihku sendiri. Pesan itu sangat singkat. Saking singkatnya sampai membuatku marah.
Isi pesannya adalah:
Kita udahan aja.
18-7-2020
a/n empat tahun nggak update gilaaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreaming Alone: Taka 'OOR' ft. 5SOS
FanfictionTentang bagaimana penyesalan, tangis, tawa, pengorbanan dan penantian membasahi matamu. Diangkat dari kisah nyata orang terkasih, Afifah. Copyright © 2015 Todos los Derechos Reservados por: JOSIE