Jendela

134 38 6
                                    

------------------------------------------------------
Untuk: Lisa

Sengaja menjatuhkan kartumu?

Pukul 17.00, Sabtu ini, taman kota.

                                Aku menantimu,
                                               Brian
------------------------------------------------------

Sengaja? Tentu tidak.

Dinginnya angin malam menyeruak kedalam kamarku, diikuti deru suara hujan yang tak henti-hentinya menumpahkan kesedihannya.

Favoritku, jendela besar yang mengahadap menuju taman belakang rumah.

Otakku memutar kembali kejadian dimana aku pertama kali menatap matanya.

Teduh dan hangat. Sangat menenangkan.

Kubaca ulang surat pemberian laki-laki bernama Brian itu.

Tak ada yang berubah. Isinya tetap sama.

Apa yang dia pikirkan sampai ingin bertemu lagi denganku?

Baik, kuakui, aku menyukai tatapannya. Seperti yang kukatakan tadi, teduh dan hangat. Tapi tidak dengan wajahnya.

Wajah jail yang selalu ada pada wajah anak-anak yang sering dipanggil ke ruang BK, dan gayanya seperti anak nakal tidak terurus.

Tapi aku tidak akan pernah melupakan tatapannya itu.

Ya bagaimanapun, aku tetap menganggapnya anak yang menyebalkan.

Della berkata kepadaku bahwa dia lumayan tampan dan baik untukku, tidak perlu bersikap kasar padanya.

Bah, omong kosong.

Dimataku dia berbeda dari pandangan Della.

Tapi,
Untuk kesekian kalinya, aku mengingat-ingat tatapan matanya.

Lagi,


Lagi,


Lagi,


Dan lagi.



Dan akhirnya aku mengerti.




Tatapannya,





Penuh arti.

Jendela SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang