Lisa
Hari ini, entah mengapa, moodku sedang baik. Mungkin Tuhan sedang merencanakan sesuatu yang membahagiakan untukku hari ini.
Aku berjalan menuju kelasku, sambil sesekali tersenyum kepada beberapa orang yang menyapaku.
"Hei, Lisa!"
Aku menengok ke belakang, dan tersenyum.
"Tumben kamu datang pagi," kata Della sambil sedikit terengah-engah karena berlari menyusulku.
"Iya, lagi pengen aja," kataku sambil berjalan menuju kelas.
"Eh, aku kemarin baru nyelesein novel romance loh. Kamu harus baca deh Lis!" Kata Della, kemudian dia menceritakan bagaimana isi dari buku yang dia katakan itu.
Lucu sekali, dia menceritakan tentang dua orang gadis yang bersahabat, dan salah satunya memiliki kekasih. Aku tidak mendengar bagaimana kejadian di tengah ceritanya, tapi yang kuingat, Della berkata bahwa diakhir ceritanya, gadis yang tidak memiliki kekasih itu mengkhianati sahabatnya sendiri dengan merebut kekasihnya. Uh, benar-benar cerita yang kurang enak didengar dikala moodku sedang baik!
Kami masih asyik mengobrol sampai kira-kira 10 menit, hingga tidak sadar bahwa Brian masuk ke dalam kelas.
"Cerita apa sih, sampai laki-laki setampan aku masuk tidak ada yang sadar?"
Aku menengok ke belakang, dan tersenyum.
"Hehe iya maaf, aku tidak dengar suaramu masuk,"
Brian tersenyum kepadaku, dan mengacak-acak rambutku.
"Hei, aku sudah susah-susah bangun pagi hanya untuk mencatok rambutku, jangan diacak-acak dong!" Kataku sedikit kesal sambil mendorong Brian.
Brian tertawa. "Habisnya lucu sih,"
"Apanya?"
"Kamunya,"
"Orang gaada yang lucu!"
"Ada,"
"Mananya yang lucu?"
"Sudah kubilang kamunya kok,"
Aku diam dan kesal. Della tertawa. "Lucu banget deh kalian kalau lagi adu mulut begitu. Pasti kau selalu kalah Lis," kata Della.
"Ih, aku hanya mengalah aja!"
"memang kamunya yang nggak bisa jawab kok," kata Brian sambil tertawa.
"Ih, yaudah emang," kataku sambil cemberut.
Brian tertawa dan mengacak-acak rambutku lagi.
"Tak apa adu mulut kalah, yang penting kamu selalu menang di hati aku," katanya sambil tersenyum manis dan menatap kedua mataku.
Tolong, ini masih pagi.
Della melihat Brian dan aku secara bergantian.
"Wey, ada setan lewat bos ati-ati!" Kata Della yang membuatku berkedip dan memalingkan wajahku kesamping sambil tersipu malu.
"Eh Brian, denger-denger katanya kelasmu sudah ulangan kimia ya?" Tanya Della.
"Iya, udah. Kenapa?" Tanya Brian sedikit dingin.
"Bocorin dong, kan kau tau gurunya kayak apa, ya Brian yaa?" Kata Della sambil memohon.
Brian memutar kedua bola matanya. "Iya, gampang," katanya.
"Yeey! Makasih Yan!" Kata Della.
Aku tersenyum melihat tingkah mereka berdua. Ada sedikit rasa aneh yang aku rasakan di dadaku, dan sedikit rasa tidak suka dengan sikap Della kepada Brian yang seperti itu, meskipun tanggapan Brian dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jendela Senja
Teen FictionCinta. Untuk apa cinta dihadirkan dalam dunia ini, jika hanya untuk merusak sebuah jalinan persahabatan?